Akhirnya ada waktu luang untuk update.
Sebelum kalian baca, aku mau tanya dulu, deh.
Dari 1-10 berapa antusias kalian baca cerita ini?
Penjet bintangnya, share ke temen-temen kalian jangan lupa juga, ya.
Play List Kamu|| Tatiana Manaois ~ Like You
Happy Reading.
🍁🍁🍁
Jangan berusaha mengerti, jika pada akhirnya memutuskan untuk pergi. Untuk itu, jangan memintaku agar tetap di sini. Mungkin, esok hari situasinya sudah tidak sama lagi.
🍁🍁🍁
Gelisah menghuni batin Binar saat ini. Kepalanya tiba-tiba diisi oleh wajah samar seorang anak laki-laki yang bahkan tidak ia ketahui siapa sebenarnya. Satu yang terekam jelas cuma suara yang terus berbicara di telinga.
Namun, yang membuatnya lebih cemas adalah keadaan Fay saat ini. Ya, kejadian semalam masih terngiang begitu saja. Apalagi ketakutan dari manik mata Fay terekam begitu jelas.
Selama jam pelajaran, Binar sama sekali tidak mendengarkan ataupun melihat apa yang sedang diajarkan oleh Pak Sa Lee Min. Pikirannya sedang berisik saat ini, terusik oleh permasalahan baru tanpa tahu pasti akan berakhir seperti apa. Entah dia bisa menyelesaikannya sendiri, atau dibantu oleh orang lain nantinya.
Semakin hari, Binar semakin ketergantungan oleh obat dari Dokter Irma. Terkadang, ia juga merasa takut menjadi dirinya sendiri. Seharusnya Binar bersyukur terhadap hidup yang ia miliki, walau sesulit apa pun keadaannya. Menikmati hidup adalah kunci terpenting.
Gimana gue bisa tau, apa yang dialami Fay saat ini?
Ya, itulah Binar. Berusaha memecahkan masalah orang lain. Sedangkan masalah dirinya sendiri masih belum menemui jalan keluar. Mungkin, dengan membantu Fay ia akan mendapat pencerahan, pikirnya. Mau tidak mau, suka tidak suka, Binar akan tetap menolong adiknya. Berusaha memaafkan orang yang pernah menyakitinya itu proses awal pendewasaan diri.
Apa gue diskusiin ini sama Bima kali, ya? Gimanapun juga, Bima kakaknya Fay.
Binar menoleh ke belakang, melihat Bima yang detik berikutnya juga memandang ke arahnya. Lalu Binar mengalihkan pandangannya ke semula. Sembari menggeleng.
"Gue gak boleh ngasih tau Bima. Yang ada malah makin kacau," gumamnya.
"Untuk materi yang Bapak terangkan tadi, silakan ditulis di buku catatan," ucap Pak Sa Lee Min, sekaligus membuyarkan lamunan Binar.
Tuk
Saat Binar mengambil bukunya di tas, tiba-tiba kotak obat berbentuk segi empat miliknya jatuh ke bawah---berhamburan di lantai. Sontak hal itu membuat seisi kelas melihat ke arahnya. Tak terkecuali pak Sa Lee Min.
"Binar, kamu sakit?''
Sontak, Binar terkejut. Mulutnya menganga tak percaya. Kemudian Binar menggeleng perlahan. ''Enggak, Pak.''
Mana mungkin Binar mengaku ke semuanya jika ia memiliki gangguan kecemasan. Bisa-bisa malah jadi ejekan.
Dengan tergesa, Binar membereskan butiran obat itu dalam kotak obatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...