Part 3 - Bidadari Metromini

395 79 245
                                    

Terima kasih buat kalian yang mendukung cerita ini. Bantu support aku terus ya, sampai cerita ini rampung.

Jangan lupa vote dulu ya sebelum membaca.

Happy Reading Readers.

🍁🍁🍁Adanya orang baru dalam hidup itu ada dua kemungkinan, mendatangkan masalah atau malah membantu menyelesaikan masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍁🍁🍁
Adanya orang baru dalam hidup itu ada dua kemungkinan, mendatangkan masalah atau malah membantu menyelesaikan masalah.  Atau mungkin ... membuat hati gundah.

🍁🍁


"Ma, Bima sama Fay ke mana?"

Sejak kejadian kemarin, baru kali ini Binar membuka pembicaraan bersama Vera. Meskipun hubungan di antara keduanya belum dikatakan membaik, tapi Binar tidak bisa terus terdiam dan membiarkan Vera diam.

"Sekolah," jawab Vera, singkat. Tanpa menoleh pada Binar. Dia sangat tidak ingin melihat wajah gadis itu untuk saat ini. Tangannya dengan telaten mengoleskan selai pada roti.

"Binar ditinggal?" tanya Binar, dengan raut terkejut.

"Salah sendiri bangun siang." Vera beranjak, sambil membawa roti di tangannya. Vera lebih memilih sarapan di tempat lain, daripada harus bersama Binar.

Tidak ada waktu lagi untuk sarapan. Manik mata Binar mengamati arloji di pergelangan tangannya yang terus berputar. Ia berlari, menjauhi pekarangan rumah.

"Jangan sampe, gue terlambat lagi kali ini."

Mata gadis itu terbinar, saat menemukan metromini yang menjadi kendaraannya ke sekolah. Dengan cepat Binar masuk ke dalam sebelum penuh.

Selama perjalanan, matanya tak sengaja menangkap cowok yang mengendarai motor mencuri pandang padanya. Binar yakin itu orang yang sama. Cowok yang kemarin mengajaknya berkenalan di sekolah. Ardana Putra Winata.

"Ngapain, sih, lihatin gue mulu. Risih banget," dumel Binar, yang tidak terdengar oleh Dana karena terhalang oleh kebisingan jalanan.

Lagi dan lagi, sepertinya cowok itu sengaja memperlampat laju motornya agar bisa melihat Binar. Cowok itu membuka kaca helm-nya, tangannya tak sungkan untuk melambai kepada Binar, dengan senyum yang turut serta mengembang.

"Emang gila, tuh, cowok. Gimana coba kalau dia jatuh dan membahayakan pengendara yang lain?"

Metromini itu berjalan makin lambat.  Sepertinya kesialan menimpa dirinya kembali. Jalanannya macet karena ada kecelakaan di depan. Hanya kendaraan beroda dua saja yang bisa menerobos jalanan.

Antara Cinta dan Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang