Part 45 - Usaha Penyelamatan

436 34 100
                                    

Part ini lumayan panjang. Awas gumoh.

Bintangnya dipencet dulu.

Jangan lupa share ke teman-teman kalian, ya.

Jangan lupa siapin tisu, guling buat diremes, dan jari buat digigit. Part ini nano-nano.

Warning!!!
Part ini ada adegan kekerasan. Jadi buat yang masih di bawah umur 15 tahun ke bawah minggir ya!

Play List Kamu || Rapuh ~ Agnes Monica

Happy Reading.


🍁🍁🍁
Jika selama ini kehadiran seseorang tidak pernah diharapkan dan diberi sambutan, bukankah kepergiannya tidak harus dihadiahkan upacara kesedihan dalam bentuk tangisan?
🍁🍁🍁



Vera menangis, menahan perih yang mendera area wajahnya. Pasalnya, beberapa jam yang lalu, sebilah belati digoreskan ke wajahnya oleh Ferdi, sampai Vera meringis kesakitan.

Bau amis darah menyeruak ke indra penciuman, dan merembes turuh ke baju yang ia kenakan. Pasalnya, tidak hanya sekali Ferdi melakukan itu, tetapi sampai empat kali. Vera tidak menyangka, kenapa takdir begitu keji padanya. Apakah ini merupakan sebuah hukuman serta karma akibat perbuatannya ke Binar selama ini?

"Lihat, muka kamu sudah hancur, Vera, saya yakin tidak ada pria mana pun yang bisa menerima kondisimu, selain saya."

"Tidak untuk mantai suamimu itu, bahkan anak-anakmu."

Ucapan Ferdi beberapa jam yang lalu terngiang begitu saja, saat Ferdi memegang cermin di depan wajah Vera. Tentu saja Vera terkejut karena wajahnya dipenuhi darah segar serta goresan belati yang terpampang begitu jelas.

Vera meringis, menahan rasa sakit dan nyeri dengan kondisi masih terikat di kursi dan hampir kehilangan kesadarannya.

''Binar, mama sayang Binar,'' Vera berucap lirih. Jika ini merupakan akhir hidupnya, Vera ingin memeluk Binar untuk yang terakhir kali. Bertahun-tahun, ia jauh dari anak kandungnya sendiri meskipun berada  di atap yang sama.

Baru saja Vera memperbaiki kesalahannya, dia sudah dihadapkan pada kenyataan pahit dan getir tentang masa lalu yang masih membelenggu.

Vera ingin bebas dari sini, tetapi tidak bisa. Tangannya terlalu lemah untuk memberontak, ikatan tali semakin menekannya kuat sampai memerah jika melakukan hal itu. Sedangkan kakinya, terasa sulit digerakkan karena kesemutan berlama-lama duduk terikat. Matanya pun, terasa buram karena air mata yang sudah mengalir sejak ia mengetahui fakta mengenai suaminya.

Ceklek.

Suara pintu yang terbuka, terdengar di indra pendengaran. Vera tak menatap ke sana, tetapi dia tahu itu siapa. Sayup-sayup, suara langkah kaki terdengar, Vera membuka mata ketika tangan lembut mengelus rambutnya.

"Maafkan saya, Vera."

Vera terkejut, mendengar pernyataan Ferdi, dia meminta maaf untuk kesalahan yang mana?

"Saya tidak berniat untuk melukai wajahmu. Saya gak tau apa yang sudah saya perbuat. Saya khilaf." Mata Ferdi basah, ada setitik penyesalan di sana.

Tadi bersikap begitu kasar dan garang, sekarang bicara dengan lembut. Vera yakin jika suaminya itu mempunyai kelainan mental.

"Maaf karena saya sudah menghancurkan wajah kamu," ucap Ferdi lagi.

"Tapi hati aku lebih hancur, Mas." Vera rasanya ingin muntah saat memanggil Ferdi dengan panggilan 'mas'. Orang yang menyakiti keluarganya tak pantas lagi untuk dihormati 'kan?

Antara Cinta dan Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang