Hai.
Akhirnya setelah sekian lama menghilang aku kembali menyapa kalian dengan cerita baru yang dijamin seru.
Udah masukin reading list belum nih?
Perpustakaan pribadinya juga jangan lupa ya!
Selamat membaca part 1 cerita ini. Semoga suka.
🍁🍁🍁
Setiap orang hanya mengetahui yang terlihat, tanpa mau memahami apa yang tersembunyi. Jadi ... abaikan saja penilaian mereka tentangmu. Jika diladeni belum tentu juga mereka mengerti.
🍁🍁🍁"Ayah!"
Binar terbangun dari tidurnya. Tubuhnya berkeringat dingin. Mimpi itu, mimpi buruk itu datang lagi. Saat-saat di mana ia kehilangan sosok ayah. Saat itu juga ia sudah kehilangan orang yang menjadi pelindungnya.
Selepas kepergian sang ayah Binar menetap di panti asuhan, sampai akhirnya ada orang yang berbaik hati mengangkatnya. Di sinilah Binar sekarang, rumah mewah yang penuh kehampaan. Sebab semua anggota keluarga di rumah ini mempunyai urusan masing-masing.
"Kenapa gue selalu mimpi itu lagi, sih?" Napas Binar tersengal. Gadis itu memijit kepalanya yang terasa pening.
Netra Binar menatap jam yang melekat di dinding kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 12 malam. Saat yang sama ketika ia terbangun tengah malam. Masa lalu yang kelam itu, kini kembali hadir di mimpinya.
"Gue gak bisa tidur kalau gini caranya." Binar menatap sebuah buku, lalu membacanya. Sampai akhirnya matanya kembali terpejam.
***
"Binar!"
"Binar!"
Sentuhan di bahu membuat Binar membuka matanya lamat-lamat. Sosok wanita paruh baya cantik tengah membangunkannya.
"Bangun. Jangan malas-malasan. Ini udah pagi!"
"Mama." Binar merubah posisinya menjadi duduk. Benar saja, cahaya matahari sudah masuk melewati celah-celah jendela kamarnya.
Wanita yang membangunkan Binar itu Vera, ibu angkat Binar. Meskipun sifatnya keras pada Binar, tapi dia juga peduli padanya, meski caranya terkadang berbeda.
"Cepet mandi. Mama tunggu di bawah."
Blam
Pintu kamar ditutup cukup keras oleh Vera. Binar yang melihat itu menghela napas. Hal tersebut sudah biasa terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Roman pour Adolescents[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...