Part 14 - (Tidak) Sepahit Kopi

215 58 142
                                    

Sebelum baca, cuma mau ngingetin buat share cerita ini ke temen-temen kalian ya. Apalagi di musim pandemi seperti ini kebanyakan orang butuh hiburan.

Kita simbiosis mutualisme, oke? Kalian vote, baca, dan komen, aku lanjut nukis part selanjutnya. Doakan aja semoga idenya gak mampet.

Play list kamu|| Risalah Hati ~ Dewa 19

Happy Reading Readers.

🍁🍁🍁
Pada akhirnya, yang bisa menyembuhkan luka adalah orang yang telah membuat luka tersebut ada.
🍁🍁🍁

"Bidadari gak boleh nangis, entar cantiknya ilang lho."

Binar terperanjat, mengetahui sang pemilik suara tersebut adalah Dana. Astaga, sudah dua kali dia tercyduk sedang menangis oleh cowok itu. Sebenarnya ini salahnya juga, menangis di tempat umum.

Namun bagaimana lagi, air matanya sudah tidak bisa dibendung. Luruh begitu saja tanpa diminta.

"Lo ngapain di sini?" tanya Binar, sembari menghapus air matanya. Walaupun tetap saja masih meluncur.

"Sekolah lah. Harusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini? Nangis di depan gerbang?"

"Siapa yang nangis. Orang kelilipan debu."

"Klasik banget, sih, alesan lo." Dana mencekal pergelangan tangan Binar. "Ikut gue yuk?"

Binar mendongak, perlahan. "Hah? Ke mana?"

"Udah, ikut aja."

"Lo mau ngajakin gue bolos? Enggak, enggak sudi gue." Binar tidak ingin tertinggal mata pelajaran. Dia juga tidak mau mendapat hukuman seperti dulu. Belum lagi, Bima pasti akan mengadu pada mamanya.

"Jam pertama tempat lo Pak Sa Lee Min, kan?" Dana bertanya, memastikan.

"Iya."

"Dia gak masuk hari ini. Izin ke tempat saudaranya yang meninggal."

"Kok lo tau?"

"Tau lah. Kan, Pak Sa Lee Min wali kelas gue." Alasan kedua, karena Pak Sa Lee Min adalah tetangga Dana. Jadi, Dana mengetahui akan masalah itu. "Nah, sekarang lo gak ada alasan buat nolak ajakan gue, kan?"

"Tapi kalau ada tugas gimana? Entar gue ketinggalan dong."

"Gampang. Lo lihat tempat gue aja. Tugasnya cuma bikin makalah doang kok."

"Lo sendiri gimana? Bolos? Emang gak dimarahin guru mapel pertama kelas lo?"

Mendengar Binar memberi pertanyaan yang bertubi-tubi, Dana mengembuskan napas kasar. "Jam pertama tempat gue Bu Joo Min Ten. Lo tau, kan kalau guru itu rada-rada pelupa? Salah satu muridnya gak masuk gak bakal tau. Lagian, gue udah nitip absen sama Jo."

Binar mendengkus, Dana selalu saja punya jawaban atas pertanyaan yang dia lontarkan. "Gue gak mau, nanti dihukum."

"Lo tenang aja, selama ada gue, semuanya aman terkendali. Jarang-jarang, kan, lo diajak kencan sama Duta Siswa Tertampan, saat jam sekolah lagi." Dana meraih jemari Binar, lalu menggenggamnya erat. Ia menarik Binar menjauhi halaman sekolah.

Antara Cinta dan Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang