⚠️Warning⚠️
Part ini lumayan panjang. 2000 word lebih. Awas gumoh.
Sebelum baca, aku boleh minta emot dulu dong? 💗💗
Jangan silent readers ya.
Jangan lupa siapin tisu, siapin cemilan, sama guling buat diremes-remes.
Bintangnya jangan lupa di pencet ya bunds. ☆☆ 🤭
Dengerin playlisnya ya, di mulmed. Biar feel-nya dapet.
Play list kamu|| You Don't Know ~ Katelyn Tarver
Happy Reading
🍁🍁🍁
Pada akhirnya, aku kembali di titik awal perjuangan. Merasa sendirian dalam situasi yang menyakitkan.
🍁🍁🍁Bruk
Tubuh Binar terasa remuk, saat tiba-tiba dijatuhkan secara paksa oleh Vera, sehingga Binar kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai.
Binar masih sedia di tempatnya, matanya berair---kembali menangisi takdir hidupnya yang penuh dengan sandiwara.
"Kamu! Mama nyuruh kamu jaga rumah malah keluyuran seenaknya?! Mau jadi apa kamu!" Vera berteriak.
Binar menghapus air matanya kasar, ia kembali berdiri, menatap Vera dengan berani. "Sebenernya Binar anak Mama apa satpam? Suruh jaga rumah."
Binar menelan salivanya kasar. "Lagian, Mama Papa sama yang lain pergi gak bilang-bilang sama Binar, kan? Sebenernya Binar di mata kalian ini apa?" Binar melirik Vera dan Ferdi secara bergantian. Lalu melanjutkan ucapannya, "hanya anak pungut?"
"Jaga ucapan kamu, Binar! Papa sama sekali gak nganggap kamu begitu." Ferdi mulai bersuara. "Papa aja gak pernah membeda-bedakan kamu sama Fay dan Bima."
Binar tertawa getir, berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah. "Oh ya? Lalu yang terjadi hari ini apa? Papa sama Mama gak bilang sama Binar kalau kalian ngerayain Anniversarry ulang tahun pernikahan kalian di kantor? Bahkan, Mama sama Papa ngajak Fay dan Bima jalan-jalan juga. Sedangkan Binar, hanya disuruh jaga rumah. Apakah itu yang namanya tidak membeda-bedakan, Pa? Jawab, Pa?!"
Plak
Sebuah tamparan keras mendarat pada pipi mulus Binar. Kali ini pelakunya bukanlah Vera, melainkan Ferdi. Tangan kokoh yang dulu menggendongnya, kini beralih menamparnya.
"Lancang sekali kamu berteriak di depan Papa!" Rahang Ferdi mengeras, amarahnya mulai terpanggil.
Bendungan itu mulai runtuh, air mata Binar lolos begitu saja. Rasanya sakit, berada dalam situsi sulit. Kini Binar berada kembali di titik awal perjuangan, merasa sendirian dalam situasi yang menyakitkan.
"Binar itu gak sopan banget, Pa, sama orang tua. Waktu itu aja berani teriak di depan Mama." Fay ikut berucap.
"Diam kamu, Fay! Papa lagi ngomong sama kakak kamu!" Kini, Fay pun terkena semprot oleh Ferdi.
Fay berdecak. "Binar bukan Kakaknya Fay. Kakak Fay cuma Bima."
"Fay ...." Bima memberi teguran untuk Fay, menyuruhnya untuk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...