"Selamat berkeja semuanya! Utamakan kepuasan pelanggan! Jangan lupa untuk menaati peraturan yang ada!" peringat Pak Kim mengawali apel pagi mereka sebelum jam operasional mulai.
Semua orang berpencar ke tempat masing-masing dengan langkah penuh semangat. Tak ada satu orang pun yang memperlihatkan wajah muram mereka, termasuk Yu Ri.
Yu Ri sangat bersemangat karena hari ini dia bertugas mengurus penjualan produk baru mereka dan tentu saja dapat dipastikan dia akan banyak berbicara dengan pelanggan. Antusias masyarakat khususnya para beauty vlogger terhadap produk baru mereka sangat tinggi, membuat gadis itu kewalahan menghadapi mereka yang saling berebut mendapat paket spesial yang hanya diproduksi terbatas.
Selama hampir tiga jam, produk itu sudah tidak tersedia di rak. Pengunjung yang datang silih berganti, bahkan tak sedikit dari mereka yang membeli semua varian produk itu dari mulai perona pipi, pemerah bibir, dan yang lainnya.
Meski merasa sedikit lelah, Yu Ri tetap berada di tempatnya sembari menunggu pegawai gudang untuk membawakan stok produk yang masih tersisa untuk dipajang di raknya.
Dia juga melayani pelanggan lainnya meski hanya untuk melakukan konsultasi singkat mengenai produk lainnya yang dirasa bagus untuk mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
"Permisi, aku ingin mencari concealer, di mana aku bisa menemukannya ya?" tanya seorang wanita sesaat setelah menghampiri Yu Ri.
Dengan ramah, Yu Ri mengantarkan wanita itu untuk menuju rak pajangan produk yang wanita itu butuhkan.
"Kalau saya boleh tahu, concealer seperti apa yang anda butuhkan?" tanya Yu Ri sembari mengambilkan beberapa jenis warna yang sekiranya cocok dengannya dari semua jenis concealer yang tersedia.
Wanita itu tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Yu Ri. Bahkan raut wajahnya terlihat sangat bingung saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Yu Ri.
Yu Ri yang sudah terbiasa melihat raut wajah seperti itu, langsung bisa menebak arti yang dimaksud. Wanita itu belum pernah menggunakan concealer selama ini.
"Belum pernah menggunakan produk ini ya?" Wanita itu tersipu malu aat mendengar pertanyaan Yu Ri yang tampak seperti pernyataan baginya.
Yu Ri mengajak wanita itu untuk duduk di salah satu meja yang disediakan di sana untuk melakukan konsultasi atau hanya untuk beristirahat. Setelah mengajaknya untuk duduk, dia meninggalkan wanita itu sebentar untuk mengambil produk-produk yag bisa dicoba dan juga sebuah kertas survei yang bisa membantu wanita itu mengetahui kebutuhan kosmetiknya.
Sebelumnya Yu Ri mengenalkan dirinya sebelum memulai sesi konsultasi yang akan mereka lakukan. Kemudian, Yu Ri mulai menunjukkan empat jenis concealer yang ada dan juga warna-warna yang kemungkinan cocok dengan wanita itu.
"Anda bisa isi formulir survei ini dulu ya. Dari sini kita bisa tahu produk mana yang anda butuhkan," terang Yu Ri.
Wanita itu dengan teliti menjawab semua pertanyaan yang diberikan di dalam survei itu tanpa terkecuali. Sekitar sepuluh menit dia sudah menyerahkannya kepada Yu Ri.
Dengan senang hati Yu Ri menerimanya dan membacakan ulang setiap jawaban yang ditulisnya untuk memastikan semua yang jawaban yang dia tulis sudah sesuai dengan dirinya.
"Terakhir ya, tidak ada alergi khusus terhadap kosmetik?"
"Iya, tidak ada," ucap wanita itu dengan nada yang terdengar sedikit ragu.
Namun, jawaban yang dia berikan masih tetap sama setelah Yu Ri memastikan alerginya beberapa kali.
"saya jelaskan dulu ya untuk perbedaan dari tiap jenisnya. Yang ini liquid concealer, bisa dipakai untuk semua jenis kulit, tingkat coverage-nya bagus, saat dipakai juga ringan dan mudah diaplikasikan," Yu Ri berusaha memberikan penjelasan yang mudah dipahami. Dia juga mencoba mengaplikasikan di lengannya yang dengan spons miliknya.
Selain itu, dia juga memberi penjelasan mengenai jenis lainnya yaitu, concealer yang berbentuk krim, stik, dan juga concealer tabur yang cara penggunaannya lebih praktis dari ketiga jenis lainnya.
"Sepertinya aku akan coba yang stik, menurutku ini lebih mudah digunakan," ucap wanita itu.
"Silahkan dicoba, saya rasa warna yang ini pas di kulit anda." Yu Ri memberikan produk contoh kepada wanita itu agar dia bisa mencobanya dan menentukan pilihannya sendiri.
Dengan arahan dari Yu Ri, wanita itu berhasil menggunakannya dengan baik. Bahkan hasilnya terlihat sangat natural dan mampu menutupi bagian bawah matanya yang menghitam karena terlalu banyak begadang.
Belum ada satu menit dia menggunakan produk itu, tiba-tiba dia merasakan gatal dan panas yang bersamaan di bagian bawah matanya. Matanya juga mulai sedikit memerah akibat rasa panas yang dia rasakan.
Wanita itu berpikir bahwa itu adalah efek yang wajar ketika menggunakan produk itu, sehingga dia tidak mengatakan rasa sakit itu pada Yu Ri.
Yu Ri yang terus memerhatikan gerak-gerik wanita itu merasa curiga. Wanita itu terus memegang bagian bawah matanya dan terus berkedip dalam hitungan yang tidak wajar.
"Ada apa? Apa rasanya tidak enak?" tanya Yu Ri penasaran. Ada perasaan cemas yang menyelimuti dirinya berharap tidak akan ada hal buruk yang tidak terjadi.
"Hm, Apa rasanya memang gatal dan panas ya saat memakai ini?" Mendengar pernyataan wanita itu, Yu Ri langsung memintanya untuk menghapus make up yang ada di wajahnya.
Yu Ri mulai panik saat melihat bagian bawah mata wanita itu terdapat ruam-ruam merah seperti tanda alergi.
"Yu Ri! Apa yang kamu lakukan?" pekik Yoo Na saat dirinya tak sengaja melihat ruam yang dialami oleh wanita itu.
"Kak, aku tidak tahu kenapa bisa menjadi seperti ini. Dia bilang tidak memiliki alergi," terang Yu Ri dengan suara yang bergetar.
"Tolong, mataku semakin terasa panas!" Wanita itu mulai merasa panik saat rasa panas itu mulai menjalar ke bagian matanya hingga dia tidak bisa mencoba membuka matanya.
Dia juga menangis karena takut terjadi sesuatu dengan matanya hanya karena produk yang baru ingin dia coba.
Semua mata yang ada di sana mulai tertuju pada kekacauan yang mereka buat. Bukannya membantu, mereka justru saling berbisik membuat deduksi yang menyudutkan Yu Ri.
"Mi Na, beri tahu Pak Kim kalau aku dan Yu Ri akan ke rumah sakit untuk mengantar pelanggan yang mengalami alergi," pesan Yoo Na.
Yu Ri dan Yoo Na bergegas membawa wanita itu untuk pergi ke rumah sakit dengan memapahnya menuju mobil Yoo Na yang terparkir di belakang bangunan.
Yu Ri mencoba mengontrol dirinya yang sedang dilanda kepanikan hingga membuat tubuhnya menegang. Di dalam mobil, Yu Ri mencoba mengurangi rasa panas yang dirasakan wanita itu dengan mengompresnya dengan batu es.
Dia juga mencoba membuat wanita itu agar lebih tenang dengan memberikan harapan bahwa tidak akan ada yang terjadi pada dirinya. Jika memang terjadi sesuatu, maka dia akan menebus kesalahannya.
"Jika memang matamu terluka karenaku, aku siap untuk menggantinya dengan mataku."
⚘⚘⚘
강선화
07.30.2102011
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Flower | C O M P L E T E D
ChickLitHubungan yang sudah dibangun selama lima tahun harus kandas begitu saja. Baginya rasa sakit itu begitu menyesakkan karena dia harus berpisah dengan cinta pertamanya. Namun, gadis itu tidak ingin terus larut dalam kesedihannya, dia pun memilih untuk...