Setelah menyelesaikan makan malam, Yu Ri dan Jeong Woo langsung meninggalkan restoran. Jeong Woo menjalankan mobilnya keluar dari area parkir restoran. Untung saja saat ini jalanan tidak dipenuhi dengan kendaraan roda empat sehingga mereka bisa melesat begitu saja tanpa halangan.
"Kita mau ke mana lagi?" tanya Yu Ri begitu sadar bahwa jalan yang Jeong Woo tempuh bukan menuju persinggahan mereka.
"Kita keliling seoul gimana? Besok jadwalmu libur, 'kan?"
Yu Ri menyetujui ide Jeong Woo. Namun, Yu Ri meminta Jeong Woo untuk mencari minimarket terdekat. Mendengar permintaan Yu Ri, Jeong Woo mulai melambatkan mobilnya agar dia bisa dengan mudah memperhatikan keeradaan minimarket disekitarnya.
Sekitar seratus meter dari tempat permintaan Yu Ri terucap, Jeong Woo memberhentikan mobilnya di depan minimarket. Yu Ri bergegas turun dari mobil membawa dompetnya saja.
Di dalam sana, Yu Ri mengambil beberapa makanan ringan yang ia dan juga Jeong Woo sukai. Tak hanya itu, ia juga mengambil beberapa kaleng bir dan kopi hitam kesukaan Jeong Woo. Karena Jeong Woo sedang menyetir, Yu Ri hanya akan memberikan kopi hitam. Sedangkan, ia akan menikmatinya sendiri.
Setelah selesai berkutat dengan rak-rak yang berisi makanan, Yu Ri berjalan ke kasir untuk membayar itu semua dengan kartu miliknya. Penjaga kasir yang Yu Ri taksir umurnya lebih muda darinya mulai memindai kode batang di setiap produk dan memasukkannya ke dalam kantong plastik putih.
"Ini belanjaannya," ucap penjaga kasir dengan ramah lalu menerima kartu milik Yu Ri.
"Terima kasih," ucap Yu Ri sembari menerima kembali kartunya.
Gadis itu berjalan dengan santai menuju mobil Jeong Woo. Begitu masuk ke dalam mobil Yu Ri memberikan kantong belanjaannya pada Jeong Woo. Dengan senang hati Jeong Woo menerimanya dan membongkar isi kantong itu.
"Kenapa beli bir juga?"
"Aku lagi mau minum bir," jawab Yu Ri santai.
"Han Yu Ri! Kenapa kamu menjadi tidak adil? Kamu tahu kalau aku tidak bisa mengabaikan keberadaan anak-anak ini!" Seperti biasa, Jeong Woo menganggap kaleng-kaleng bir itu sebagai anaknya yang tidak bisa dia abaikan.
"Ayolah Jeong Woo, biarkan aku kali ini saja menikmati 'anak-anakmu' itu sendiri," rajuk Yu Ri yang hanya ditanggapi helaan napas berat Jeong Woo.
"Oke!"
Jeong Woo membuka kaleng minumannya lalu meneguknya hingga habis setengah kaleng. Setelah membasahi tenggorokannya, Jeong Woo menyalakan mobilnya dan kembali melanjutkan perjalanan mereka.
Kerlap-kerlip lampu jalanan menemani mereka menikmati keindahan kota Seoul. Sembari mata Yu Ri mengawasi sekitar, tangan dan mulutnya bekerja dengan sinkronisasi menikmati makanan ringan rasa keju yang dia beli.
Sesekali dia menyuapi Jeong Woo agar bisa ikut menikmatinya bersamaan. Perhatian Yu Ri pada Jeong Woo membuat laki-laki itu seolah mendapat secercah harapan akan hubungan mereka yang masih belum berlanjut karena jawaban yang masih tertahan.
"Seharusnya kita ajak Ibu untuk ikut makan bersama," ucap Yu Ri tiba-tiba sembari membalikkan badannya menghadap Jeong Woo.
"Aku sudah mengajaknya tadi. Sayangnya, Ibu tidak mau. Ibu bilang dia ingin beristirahat." Yu Ri menganggukan kepalanya/
Gadis itu bisa memahami alasan Ibu Jeong Woo dengan baik. Semakin bertambah usia, tubuhnya makin mudah merasa lelah. Ditambah lagi kegiatannya yang semakin banyak mengurus penginapan itu sendiri kala Yu Ri dan Jeong Woo harus pergi bekerja.
"Jeong Woo!" Jeong Woo hanya berdeham menanggapi panggilannya.
"Apa kamu tidak berpikir untuk mencari orang yang bisa membantu Ibu mengurus penginapan?"
"Aku belum memikirkan hal itu. Apa perlu kita mencari orang lain?" tanya Jeong Woo meminta pendapat Yu Ri.
"Tentu saja! Apa kamu tidak memikirkan kesehatan Ibumu?" oceh Yu Ri yang gemas dengan pemikiran Jeong Woo. Laki-laki itu selalu berpikir bahwa Ibunya adalah wanita yang kuat, tapi ada hal lain yang dia tidak perhatikan, mengenai tubuhnya Ibunya yang semakin menua dan mulai tak mampu menanggung semua beban pekerjaan yang sama seperti dulu.
"Kita berdua tidak bisa terus berada di rumah membantu Ibu. Pekerjaannya terlalu berat untuk usia Ibumu. Kalau kamu merasa tidak terlalu membutuhkan pegawai, kamu bisa membuat orang itu nantinya datang di saat kita berdua tidak ada di rumah."
"Aku akan pikirkan lagi mengenai saranmu."
"Bagus! Tenang saja, saat aku sedang mendapat jadwal liburku, aku pasti akan membantu Ibumu. Kamu tidak perlu khawatir tentang itu!" ucap Yu Ri sembari menepuk pundak lebar Jeong Woo.
"Terima kasih atas perhatianmu, Yu Ri. Jika Ibu mendengarnya, dia pasti akan senang. Bahkan aku yang anaknya saja tidak begitu memperhatikan Ibuku sendiri."
"Tidak perlu berterimakasih padaku. Lagipula, dengan kamu mau memikirkan saranku, itu sudah menjadi bentuk perhatianmu padanya."
⚘⚘⚘
강선화
21.31.210330
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Flower | C O M P L E T E D
Literatura FemininaHubungan yang sudah dibangun selama lima tahun harus kandas begitu saja. Baginya rasa sakit itu begitu menyesakkan karena dia harus berpisah dengan cinta pertamanya. Namun, gadis itu tidak ingin terus larut dalam kesedihannya, dia pun memilih untuk...