"Yu Ri! Kamu tidak berangkat kerja?" Jeong Woo masuk ke dalam kamar Yu Ri tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.
Yu Ri mengabaikan pertanyaan Jeong Woo. Dia justru semakin menenggelamkan tubuhnya pada dekap hangat selimut tebalnya yang berwarna biru. Tubuh Yu Ri meringkuk layaknya seorang janin yang berada di dalam kandungan.
Jeong Woo yang merasa tidak beres dengan tingkah laku Yu Ri, menyibakkan selimut gadis itu hingga sebatas dada dan meletakkan punggung tangannya tepat di dahi Yu Ri. Suhu tubuh Yu Ri terasa sangat panas, membuat Jeong Woo berjalan ke arah meja rias Yu Ri untuk mengambil termometer.
"Cek suhu dulu, yuk!" titah Jeong Woo sembari membantu Yu Ri mendudukan dirinya dan bersandar dengan nyaman.
Yu Ri memasukkan ujung termometer ke dalam mulutnya dan membiarkannya berada di sana hingga bunyi penanda pengukuran sudah selesai. Yu Ri memberikan alat itu pada Jeong Woo dan membiarkannya membaca hasil yang tertera pada monitor alat.
Lemas di tubuh Yu Ri terasa sangat tersiksa, seolah seluruh tulang penyangga di tubuhnya sama sekali tidak berfungsi dengan baik. Bahkan untuk kembali merebahkan tubuhnya saja terasa menyulitkan, belum lagi sakit kepala yang menyiksa.
"Seminggu ini kamu harus istirahat total! Jangan banyak bergerak, kalau butuh sesuatu panggil aku saja."
"Aku baik-baik saja, Jeong Woo. Hari ini kamu ada jadwal, 'kan?" tanya Yu Ri.
Jeong Woo memberitahu Yu Ri bahwa jadwalnya sudah dibatalkan sejak tadi malam, sehingga dia bisa menemani dan merawat Yu Ri seharian. Kenyataannya, Jeong Woo sendiri belum menghubungi Ji Soo yang sedang menunggunya di lokasi.
Mendengar jawaban Jeong Woo, Yu Ri hanya mengangguk pasrah menerima segala perintah Jeong Woo. Lagipula, semua yang dikatakan Jeong Woo adalah untuk kebaikan kesehatannya agar dia bisa cepat pulih. Yu Ri sangat membenci rasa sakit.
"Dalkjuk atau jeonbokjuk?" tawar Jeong Woo memberikan pilihan yang keduanya adalah bubur kesukaan Yu Ri.
"Jeonbokjuk. Tolong buatkan aku itu."
Dengan senang hati Jeong Woo segera memasakkan bubur yang diinginkan Yu Ri dengan memberikan seluruh hatinya di setiap proses yang dia akan lakukan. Sesampainya di dapur, dengan cekatan Jeong Woo bahan-bahan yang dia perlukan. Mulai dari beras, abalone, minyak-minyakan, sayur-sayuran, bumbu penyedap, dan tentu saja rumput laut kering yang tidak mungkin terlupakan.
Selagi merendam beras untuk bahan dasar bubur abalone, Jeong Woo mengolah abalone yang sudah dia siapkan dengan membersihkan abalone yang masih menempel pada cangkangnya dan membumbuinya dengan garam.
Setelah itu, dia menumis bawang putih dalam minyak wijen panas. Ketika bau harum dari bawang mulai menyeruak, Jeong Woo memasukkan semua abalone yang dia miliki dan menumisnya. Saat daging abalone matang, beras yang sudah direndam mulai dimasukkan ke dalam wajan dan aduk rata hingga warna beras berubah warna baru ditambahkan beberapa cangkir air.
Jeong Woo menyelesaikan masakannya dalam waktu singkat, tapi cita rasa yang ada tidak bisa dipungkiri lagi kelezatannya. Bahkan, jika saja makanan itu bukan untuk Yu Ri, dia akan menghabiskannya sendiri dalam sekali suapan.
"Makanannya sudah tiba!" seru Jeong Woo sesaat setelah masuk ke dalam kamar Yu Ri dan membawa nampan yang berisi semangkuk jeonbukjuk dan air mineral.
Jeong Woo meletakkan nampannya di atas meja, kemudian membantu Yu Ri untuk kembali duduk dan mempersiapkan meja kecil yang dia tata di atas kasur. Mencium bau harum dari jeonbokjuk membuat penghuni perut Yu Ri mulai berdemo, bahkan rasa sakit kepalanya pindah ke perutnya yang terasa lapar.
"Kamu tidak ikut makan?"
"Tidak, tadi aku sudah makan bersama Ibu. Habiskan makananmu, lalu minum obat dan beristirahatlah!"
"Baiklah. Selamat makan! Aku akan habiskan makanan yang sudah kamu buat."
Jeong Woo yang duduk di pinggir kasur memperhatikan Yu Ri dengan seksama. Dia begitu menikmati pemandangan dihadapannya itu, hingga membuatnya lupa untuk mengedipkan mata. Yu Ri makan dengan lahap, suap demi suap masuk ke dalam mulutnya meski lidahnya hanya merasakan rasa pahit. Dia memaksakan diri untuk menghabiskan makanan yang dibuat Jeong Woo dengan penuh ketulusan.
"Gadis pintar!" puji Jeong Woo sembari mengelus puncak kepala Yu Ri dengan sayang saat Yu Ri memasukkan suapan terakhir ke dalam mulutnya.
Jeong Woo merapihkan bekas alat makan Yu Ri dan menyingkirkannya dari kasur. Kemudian, dia memberikan sebutir obat dan segelas air mineral pada Yu Ri untuk dia minum. Yu Ri yang menjadi penurut, langsung meminum obat itu dengan baik.
Seperti biasa, setelah meminum obat, rasa kantuk mulai menjalar. Mata Yu Ri mulai terasa berat hingga membuatnya langsung mengubah posisi tubuhnya senyaman mungkin untuk pergi menjelajah ke dalam alam mimpinya.
Melihat Yu Ri yang mulai terlelap membuat Jeong Woo sadar untuk membenarkan selimut yang dipakai Yu Ri agar mampu meyelimuti tubuh gadisnya dengan baik. Sebuah kecupan di dahi Yu Ri juga dia berikan cukup lama. Kali kedua dia berani mengecup Yu Ri setelah pengakuan cintanya pada gadis yang berhasil menduduki salah satu ruangan khusus dalam hatinya.
Jika saja mata indah Yu Ri terbuka lebar saat ini, pasti yang Jeong Woo terima hanyalah penolakan. Bahkan dia bisa mendapatkan amukan dahsyat dari gadis itu. Lagipula, rasanya akan menjadi canggung jika secara terang-terangan dia mencuri kecupan pada Yu Ri meski hanya di dahi saja.
⚘⚘⚘
Dalkjuk - bubur ayam khas korea
Jeokbokjuk - bubur abalone korea강선화
22.10.2102025
![](https://img.wattpad.com/cover/255232943-288-k661404.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Flower | C O M P L E T E D
ChickLitHubungan yang sudah dibangun selama lima tahun harus kandas begitu saja. Baginya rasa sakit itu begitu menyesakkan karena dia harus berpisah dengan cinta pertamanya. Namun, gadis itu tidak ingin terus larut dalam kesedihannya, dia pun memilih untuk...