Pagi ini Yu Ri sudah bersiap dengan pakaian terbaik yang dimilikinya. Gadis itu bangun lebih awal dari hari biasanya, lalu bergegas untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa dia lakukan dulu sebelum berangkat ke kantor Ji Soo bersama Jeong Woo.
"Kamu sudah siap?" tanya Jeong Woo sembari mengenakan jaketnya.
"Sudah! Ayo pamit ke Ibu dulu," ajak Yu Ri. Mereka berdua menghampiri Ibu Jeong Woo yang tengah berkutat dengan kegiatan dapurnya.
"Bu, kami berdua pergi dulu ya!"
"Hati-hati di jalan! Jeong Woo jaga Yu Ri ya! Awas kalau terjadi sesuatu pada putriku!" Jeong Woo mengangguk dengan sigap begitu mendengar pesan Ibunya.
Mereka berdua meninggalkan rumah menuju kantor Ji Soo. Namun, saat di pertengahan jalan, Jeong Woo menawarkan pada Yu Ri untuk mampir ke salah satu kedai kopi yang mereka lewati. Tentu saja disambut dengan antusias oleh Yu Ri.
"Kamu mau minum apa? Biar aku yang turun," ucap Yu Ri.
"Ice americano dan tolong belikan aku roti ya. Perutku terasa lapar karena belum sarapan."
"Siap, tunggu sebentar ya." Yu Ri turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu masuk kedai kopi itu.
Suara lonceng berbunyi menandakan ada pelanggan yang baru masuk. Salah satu pramusaji yang ada langsung memberikan salam kepadanya. Tanpa mengulur waktu lagi, Yu Ri bergerak ke arah kasir untuk memesan minuman.
"Dua ice americano dan satu roti lapis, ya."
"Apa ada lagi?" Yu Ri menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Tak membutuhkan waktu lama, semua pesanannya sudah berada di tangannya. Saat gadis itu ingin kembali ke mobil, suara laki-laki yang terdengar familiar di telinganya memanggil namanya.
Merasa penasaran dengan suara itu, Yu Ri membalikkan badannya mencari sumber suara. Matanya langsung tertuju pada sesosok laki-laki yang selama ini menghantuinya. Orang yang memberikan mimpi buruk tak berkesudahan untuknya, manajer Kim.
Tubuh Yu Ri langsung memberikan reaksi saat melihatnya. Kakinya terasa lemas untuk bertahan, bahkan tubuhnya yang sebelumnya baik-baik saja menjadi gemetar tak karuan. Trauma akan kejadian waktu itu membuatnya hampir kehabisan napas.
"Apa kabarmu?" tanya manajer Kim sembari tersenyum tanpa dosa. Pria itu seolah tak melihat reaksi yang diberikan oleh Yu Ri.
Mulut Yu Ri seakan terkunci dengan rapat. Rasanya dia ingin melarikan diri dari tempat itu saat ini juga, tapi kakinya justru memaku di tempat yang sama. Yu Ri tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.
"Sudah lama kita tidak berjumpa dan lihat kamu semakin menarik perhatian," ucap manajer Kim sembari mengelus lengan Yu Ri tanpa ragu.
Di lain sisi, perasaan Jeong Woo menjadi tak enak karena Yu Ri belum kembali dalam waktu yang cukup lama. Karena itu, dia ikut turun dari mobil untuk menghampiri Yu Ri. Namun, matanya harus disuguhi pemandangan yang membuat emosinya memuncak.
Dengan setengah berlari, Jeong Woo menghampiri Yu Ri dan manajer Kim kemudian menepis tangan kotor itu dari lengan Yu Ri. Paham akan keadaan Yu Ri saat ini, Jeong Woo langsung menariknya pergi dari hadapan pria tak tahu diri itu.
"Dasar perempuan sombong! Tak seharusnya kamu bertingkah sok jual mahal karena bagaimana pun kamu akan terlihat murahan di mataku!" teriak manajer Kim membuat semua pasang mata menatapnya dengan pandangan sinis.
Mendengar kalimat jahat dari mulut manajer Kim, Jeong Woo melepaskan tangan Yu Ri dan berbalik ke pria itu. Sebuah tinjuan dia layangkan tepat di rahang manajer Kim hingga membuatnya terhuyung.
Manajer Kim yang tak terima dengan perlakuan Jeong Woo balik menyerangnya, tapi dengan mengandalkan kemampuan bela diri, Jeong Woo mampu menghindar dari serangan pria itu dan membuatnya jatuh tersungkur.
Semua orang yang berada di sana mencoba melerai mereka berdua. Berkat mereka, perkelahian antar kedua manusia itu bisa dihindari agar tak menciptakan luka fisik lainnya.
"Kali ini aku maafkan atas perkataan burukmu mengenai Yu Ri! Sekali lagi aku mendengar kamu mengatakan hal yang tidak benar, aku tidak segan untuk membunuhmu!" ancam Jeong Woo.
⚘⚘⚘
강선화
23.21.210520
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Flower | C O M P L E T E D
ChickLitHubungan yang sudah dibangun selama lima tahun harus kandas begitu saja. Baginya rasa sakit itu begitu menyesakkan karena dia harus berpisah dengan cinta pertamanya. Namun, gadis itu tidak ingin terus larut dalam kesedihannya, dia pun memilih untuk...