XXVII

52 3 0
                                    

"Bagaimana keadaanmu? Sudah merasa lebih baik?" tanya Jeong Woo begitu menyadari Yu Ri sudah sadar dari tidurnya,

Yu Ri berusaha menyandarkan tubuhnya pada kepala brankar dengan bantuan Jeong Woo. Setelah berada di posisi yang tepat, Jeong Woo menyodorkan segelas air mineral dengan sedotan.

"Terima kasih," ucap Yu Ri sembari mengembalikan gelasnya.

"Kamu tidak pulang?" tanya Yu Ri.

"Tidak, aku akan menemanimu di sini. Jadi, jangan sungkan untuk bilang padaku jika kamu membutuhkan sesuatu," pesan Jeong Woo membuat Yu Ri merasa tidak enah hati.

Jeong Woo mengajak Yu Ri untuk mengobrol, dia menceritakan hal-hal lucu yang dia temui di sosial medianya. Tak hanya itu, dia juga menunjukkan beberapa video lucu pada Yu Ri dan membuat gadis itu dipenuhi gelak tawa.

Berkat bantuan Jeong Woo, suasana hati Yu Ri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Gadis itu bisa sedikit melupakan kejadian yang menimpanya. Namun, bukan berarti otaknya berhenti memikirkannya. Sekelibat bayangan tentang kejadian itu masih menghantuinya.

"Kamu lebih cantik saat tertawa," puji Jeong Woo saat Yu Ri masih berusaha meredakan tawanya.

"Mana mungkin! Jangan memuji secara berlebihan, Jeong Woo!" kekehnya.

"Aku hanya mengungkapkan kenyataannya saja, tidak ada yang aku lebihkan."

"Ternyata apa yang dikatakan orang-orang itu benar ya, cinta itu buta!" sindir Yu Ri sembari tertawa.

Bukannya tersinggung dengan ucapan Yu Ri, Jeong Woo justru ikut menertawakan dirinya sendiri. Menurutnya apa yang dikatakan Yu Ri adalah kebenarannya. Matanya sudah dibutakan oleh pesona gadis itu, meski saat ini penampilannya berantakan hati dan otaknya masih menganggap dia cantik.

"Kalau kamu sudah tahu, kenapa kamu belum memberikan jawabanmu?" tantang Jeong Woo membuat Yu Ri tertegun. Dia tak menyangka Jeong Woo akan melontarkan pertanyaan semacam itu.

Yu Ri menjadi salah tingkah, wajah terlihat gelisah begitu mendengar pertanyaan dari Jeong Woo. Otaknya menjadi tak bisa memikirkan satu kata pun untuk memberikan sebuah jawaban atas pertanyaan itu. Sejak awal, Yu Ri belum pernah memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan. Hatinya masih berusaha untuk memantapkan perasaan yang tak pernah bisa dia artikan sebelumnya.

"Jeong Woo, apa masih ada tambahan waktu untukku? Maaf, aku belum bisa memberi jawaban itu saat ini. Maaf karena sudah membuatmu menunggu terlalu lama," balas Yu Ri sembari menundukkan kepalanya. Dia tak sanggup untuk menatap Jeong Woo.

Jeong Woo menahan tawanya dengan menutup mulutnya, "Tenang saja, kamu bisa ambil semua waktu yang ada untuk berpikir. Aku tidak mau membuatmu terpaksa menerimaku karena merasa tidak enak. Aku tahu saat ini kamu sedang berusaha memantapkan hatimu."

"Terima kasih. Kamu tahu, aku merasa menjadi perempuan yang beruntung karena bisa dipertemukan dengan seseorang yang mau menjadi sahabat dan juga mencintaiku dengan setulus hati."

Jeong Woo mengelus rambut Yu Ri dengan penuh kasih sayang, kemudian membelai pipinya yang terasa dingin karena suhu ruangan yang rendah. Namun, tangannya berhenti di pipi kanannya. Jarinya mengelus pipi yang terlihat memerah.

"Aku baru menyadarinya, ada apa dengan pipimu?" tanya Jeong Woo dengan nada khawatir.

Yu Ri menjauhkan tangan Jeong Woo dari pipinya dan menutupi pipinya dengan rambut. Yu Ri berusaha meyakinkan Jeong Woo bahwa pipinya baik-baik saja, tapi Jeong Woo tidak mempercayainya terlebih lagi karena tingkah Yu Ri yang terlihat mencurigakan.

"Sebenarnya ada apa? Apa kamu tidak bisa memberitahuku mengenai kejadian yang sudah terjadi padamu? Kejadian yang membuatmu berakhir di rumah sakit?"

⚘⚘⚘

강선화
21.51.210427

Wild Flower | C O M P L E T E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang