Jeong Woo menyusul Yu Ri dan Ji Soo kembali ke kantor. Dia menghampiri Yu Ri yang duduk termenung di salah satu kursi tunggu karena saat ini gadis itu masih belum memiliki ruangan sendiri untuk bekerja. "Jangan pikirkan apa yang wanita tua itu katakan!" titah Jeong Woo sembari mendudukan tubuhnya di samping Yu Ri.
"Tentu saja aku tidak akan memikirkannya," ucap Yu Ri dengan memperlihatkan senyumnya dengan terpaksa.
Bukan dalam hitungan hari mereka saling mengenal, Jeong Woo sudah hapal dengan segala kebiasaan dan sifat Yu Ri. "Sayang sekali wajahmu tidak bisa berbohong padaku!" ejek Jeong Woo.
Yu Ri hanya tertawa miris mendengar ejekan Jeong Woo karena memang begitu adanya. Dia tidak akan pernah bisa menyembunyikan perasaannya. "Apa perasaanmu pada wanita itu?" tanya Jeong Woo.
"Kecewa, aku kecewa karena Ji Ah eonni tidak mempercayaiku. Di lain sisi, aku merasa kasihan padanya karena harus hidup bersama laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan menjadikan perempuan seperti boneka mainan." Tatapan Yu Ri menjadi sendu ketika gadis itu membayangkan ketik harus hidup bersama dengan laki-laki seperti itu. Hidupnya pasti akan seperti neraka.
"Kamu ingin membalaskan dendammu pada Manajer Kim?"
"Tidak, lebih tepatnya aku ingin membantu Ji Ah eonni untuk menyadari sifat asli Manajer Kim dan mencegah adanya korban baru. Aku ingin tidak ada yang menjadi sepertiku dan Min Jung eonni," putus Yu Ri yang mendapat dukungan penuh dari Jeong Woo.
Jeong Woo tahu masa ini akan datang ketika Yu Ri mencoba bangkit dari keterpurukannya. Meski dengan memikirkan kebaikan orang lain merupakan hal yang membuatnya bangkit, itu sudah menjadi alasan kuat bagi Yu Ri. "Aku mendukungmu! Nanti kita bahas lagi saat di rumah. Lebih baik kamu menemui Ji Soo eonni dan memintanya untuk mengajarimu tentang segala sesuatu yang harus kamu ketahui saat bekerja di sini."
Percakapan singkat mereka berdua berhasil menaikkan suasanan hati Yu Ri menjadi lebih baik. Tak hanya itu, dia juga kembali menyadari apa yang seharusnya dia jadikan prioritas saat ini. Sepeninggalan Yu Ri, Jeong Woo juga ikut kembali ke pekerjaannya karena ada beberapa tugas yang harus dia selesaikan, khusunya membuat susunan lagu yang akan dia nyanyikan di beberapa acara.
Walaupun acara yang dia hadiri adalah acara pernikahan, tapi setiap pengantin memiliki selera berbeda dan juga keinginan yang berbeda tentang lagu dan juga bergantung pada tema pernikahan mereka. Dan Jeong Woo yang bertanggungjawab mengenai urusan entertainment di kantor mereka.
"Hyeong! Bagaimana dengan track list yang sudah aku buat untuk acara pernikahan tuan Cha Min Kyu?" Jeong Woo menghampiri salah satu kubikel di mana suara itu berasal.
***
Selepas bekerja, Yu Ri membersihkan dirinya dengan air hangat dan juga mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan yang nyaman. Saat ini jam sudah menunjukkan waktu pukul tujuh dan ini waktu yang pas untuk mengisi perut yang sudah berbunyi sejak tadi.
Yu Ri keluar dari kamarnya sembari menggenggam ponselnya yang bahkan sejak pagi tidak ada satu pun notifikasi masuk. Namun, gadis itu terus saja tidak melepaskannya seolah ia takut melewatkan sesuatu yang berharga.
"Wah, masakan Ibu harum sekali!" puji Yu Ri seraya mencoba mencicipi kuah sup buatan Ibu Jeong Woo. "Enak sekali! Ibu memang jago memasak!"
"Bagaimana hari pertamamu bekerja di tempat Jeong Woo? Anak itu pasti menyulitkanmu ya?" tanyanya dengan tatapan penuh perhatian.
Yu Ri menampik dugaan Ibu Jeong Woo dengan menceritakan kegiatannya hari ini yang bisa berjalan dengan lancar berkat bantuan Jeong Woo dan juga Ji Soo. Mendengar penjelasan gadis yang sudah dia anggap seperti putrinya sendiri, Ibu Ji Soo menjadi merasa lega.
"Kalian berdua pasti sedang membicarakanku ya?" tebak Jeong Woo yang tepat sasaran.
"Jangan terlalu percaya diri, siapa juga yang membicarakanmu!" elak Yu Ri sembari memukul pundak Jeong Woo.
"Dasar kasar!"
"Sudah jangan bertengkar, ayo makan malam dulu!"
⚘⚘⚘
강선화
23.23.210622
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Flower | C O M P L E T E D
Literatura FemininaHubungan yang sudah dibangun selama lima tahun harus kandas begitu saja. Baginya rasa sakit itu begitu menyesakkan karena dia harus berpisah dengan cinta pertamanya. Namun, gadis itu tidak ingin terus larut dalam kesedihannya, dia pun memilih untuk...