XXXIV

54 3 0
                                    

Bukannya merasa terancam berkat intimidasi yang diberikan oleh Jeong Woo, pria tua itu justru menyeringai seolah menyepelekan ucapannya.

Yu Ri tahu pertikaian mereka berdua tak akan berhenti hingga salah satu mengakui kekalahannya. Namun hal itu tidak akan terjadi karena tingkat ego yang dimiliki keduanya sangat tinggi.

Meski kakinya masih terasa kaku untuk digerakan, Yu Ri mencoba menghampiri Jeong Woo dan membujuknya untuk segera pergi dari tempat itu. Dia tidak ingin ada keributan yang lebih besar lagi, apalagi hngga menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung lainnya yang bisa saja mencoba mengkaitkan mereka dengan polisi.

"Jeong Woo, sudah ayo kita pergi," rayu Yu Ri sembari melingkarkan tangannya pada Jeong Woo.

Kedua netra mereka bertemu, di sana Jeong Woo melihat ketakutan yang amat besar. Tak hanya itu, dia melihat kumpulan air mata yang kapan saja bisa turun tanpa peringatan dari sang empunya. Jeong Woo menghembuskan napasnya dengan kasar lalu berucap, "untuk kali ini aku biarkan dia karena permintaanmu, tapi jika dia melukaimu lagi aku tidak akan segan membuatnya kehilangan nyawa dengan tanganku sendiri." Yu Ri mengangguk menerima apa yang dikatakan oleh Jeong Woo.

Tanpa menoleh lagi ke tampat pria tua itu berada, mereka berdua meninggalkan kafe itu. Genggaman di tangan Yu Ri begitu erat seolah tak ingin melepaskannya barang sedetik pun. Yu Ri pun tak masalah, selama mereka bisa meninggalkan tempat itu.

Selama perjalanan menuju rumah, tak ada satu pun dari mereka yang berusaha membuka keheningan di antara mereka. Bahkan, minuman serta makanan yang tadi dibeli oleh Yu Ri tak tersentuh. Mereka sibuk meredakan emosi mereka masing-masing.

"Istirahatlah! Aku akan minta Ibu untuk membuatkan sup hangat untukmu," titah Jeong Woo sesampainya mereka tiba di depan rumah.

"Terima kasih untuk hari ini. Maaf membuatmu harus mengalami hari yang buruk karenaku." Mendengar permintaan maaf Yu Ri, membuat Jeong Woo ingin menarik tubuh mungil perempuan yang dia cintai itu ke dalam dekapannya. Namun dia tidak ingin mengambil sebuah kesempatan yang menguntungkan untuknya di tengah kesedihan gadis itu.

Hanya tangannya yang tak bisa dia kontrol terulur begitu saja ke puncak kepala gadis itu dan membelainya dengan lembut. "Tidak perlu merasa bersalah. Jangan pikirkan aku, fokus pada dirimu sendiri kali ini. Masuk dan istirahatlah, hari ini terlalu melelahkan."

Yu Ri langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Dia merasa beruntung memiliki Jeong Woo disisinya. Tak akan pernah bosan untuknya mengucap syukur akan kehadiran laki-laki itu dalam hidupnya. Meski berada di titik terendahnya pun, Jeong Woo masih terus setia berada disampingnya. Dia tak memiliki kekurangan apapun.

***

Gadis itu terus bergerak dengan gelisah dalam tidurnya. Bulir-bulir keringat membasahi tubuhnya, tapi rasa ketidaknyamanan itu tidak dia rasakan karena rasa itu terkalahkan oleh rasa takut yang disebabkan oleh mimpinya.

"Jangan mendekat!" pekik Yu Ri sembari terus berjalan mundur penuh ketakutan meski ditangannya kini terdapat sebilah pisau untuk melindungi dirinya.

Bukannya takut, pria yang kini baru saja melepaskan kemeja hitamnya semakin maju menghampiri Yu Ri dengan seringaian yang sangat mengerikan. Bahkan tangannya mencoba meraih Yu Ri.

"Percuma kamu berteriak dengan sekuat tenaga!" ledek pria itu puas.

"Sekarang hanya ada kita berdua di sini. Tidak akan ada yang mendengar teriakanmu, lebih baik kamu simpan tenagamu untuk bersenang-senang dengan nanti, di tempat itu." Pria itu melirik ke arah kasur dengan seprai berwarna putih bersih.

Tubuh Yu Ri semakin tak terkontrol, tubuhnya gemetar dengan hebat hingga tangannya menjatuhkan pisau itu karena tak memiliki tenaga lagi untuk mencengkeramnya. Keterkejutannya karena lepasnya alat perlindungan dirinya, membuat gadis itu kehilangan kesiagaannya juga. Tangan pria itu berhasil meraih pinggang Yu Ri dalam sekali jangkauan.

"Lepaskan, kumohon. Jangan ... jangan ...."

Jeong Woo yang kebetulan melewati kamar Yu Ri mendengar suara lirih Yu Ri. Kepanikannya meningkat, membuatnya langsung mendobrak pintu kamar Yu Ri. Namun yang dia lihat hanya Yu Ri yang sedang mengigau karena mimpi buruk yang dia deritanya. Tanpa pikir panjang, Jeong Woo membangunkan Yu Ri dari alam bawah sadarnya.

Begitu membuka mata, Yu Ri menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Jeong Woo sembari terisak. Jeong Woo tak membuka suara dan membiarkan gadis itu puas dengan tangisannya dan tenang dengan belaian dirambutnya.

"Aku takut. Pria itu menghampiriku hingga ke dalam mimpiku. Aku bahkan masih sama, aku tidak bisa melawannya meski memiliki kesempatana," ujar Yu Ri di tengah isakannya yang membuat baju Jeong Woo mulai basah karena air matanya.

"Tenang, aku ada di sini sekarang. Dia tidak akan berani mengusikmu lagi. Aku janji itu!"

⚘⚘⚘

Hi semuanya!
Selamat malam Rabu! ㅋㅋㅋ
Besok libur kalian mau ngapain nih? Ada rencana, 'kah? Sebelumnya aku mau ucapain selamat merayakan hari waisak bagi yang merayakan! Satu hari lebih awal ngga apa-apa ya (❁´▽'❁)

Oh iya, aku mau cerita nih! Kemarin aku udah selesai sidang prakerin dan syukurnya berjalan dengan lancar. Padahal waktu mau ujian deg-degannya bukan main sampai keringat dingin, tapi untungnya semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan! 🎉🎉

Tinggal tunggu pengumuman kelulusan, nih! Doain ya biar lulus!

⚘⚘⚘

강선화
23.29.210525

Wild Flower | C O M P L E T E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang