XXVI

57 5 0
                                    

Suara tamparan yang dilayangkan Ji Ah terdengar begitu nyaring hingga membuat semua orang yang berada di sana mulai penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Beberapa pegawai mulai berkerumun di depan ruangan manajer Kim yang pintunya sedang terbuka. Mencuri-curi pandang melongok ke dalam ruangan.

"Keluar! Cepat keluar!" teriak Ji Ah.

"Eonni, dengarkan penjelasanku. Apa yang terlihat tidak sesuai dengan kenyataannya!" mohon Yu Ri sembari menyentuh lengan Ji Ah dan sesekali mengatupkan kedua tangannya.

"Keluar!" Ji Ah menyeret Yu Ri untuk segera keluar dari ruangan suaminya.

Tangisan Yu Ri benar-benar pecah. Gadis itu berusaha mengabaikan pandangan orang-orang yang di sekitarnya. Namun, tak dapat dipungkiri dirinya tak bisa mengabaikan pandangan itu.

"Ada apa?" tanya Jeong Woo yang sejak tadi masih setia menunggu Yu Ri.

Yu Ri langsung memeluk Jeong Woo dengan erat. Isakannya semakin kencang begitu Jeong Woo mulai mengelus puncak kepalanya. Tak lama, kesadaran Yu Ri mulai menghilang. Pandanganya menjadi gelap.

***

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Jeong Woo.

"Tidak perlu khawatir dengan keadaannya. Dia hanya perlu beristirahat. Satu lagi, usahakan agar dia tidak terlalu stres."

"Terima kasih, Dok!"

Sepeninggalan dokter itu, Jeong Woo kembali berada di samping Yu Ri. Dia menggenggam tangan Yu Ri dengan erat sembari sesekali mencium tangannya.

"Ada apa denganmu? Kenapa sampai seperti ini? Kamu tidak tahu kalau aku sangat mengkhawatirkanmu?" ucap Jeong Woo.

Perhatian Jeong Woo teralihkan ketika mendengar decitan suara pintu kamar yang terbuka. Ibu Jeong Woo masuk ke dalam kamarnya dengan wajah yang sangat khawatir. Meski rasa panik menyerangnya begitu mendengar kabar anak perempuannya, Ibu Jeong woo masih sempat membawakan makanan untuk Jeong Woo.

"Istirahatlah, biar Ibu yang menggantikanmu. Ibu sudah bawakan makanan untukmu," ujar Ibu Jeong Woo yang hanya dibalas anggukan lemah.

Ibu Jeong Woo merapikan selimut milik Yu Ri agar menutupi lagi bagian tubuh yang terbuka. Tak hanya itu, dia juga membasukan wajah dan tangan Yu Ri dengan tisu basah.

Air matanya tak dapat lagi terbendung saat melihat cap tangan berwarna merah di pipi Yu Ri dan wajah pucatnya yang sangat terlihat tidak sehat. Tanpa sadar, tetesan air matanya membuat Yu Ri terbangun dari tidurnya.

"Ibu," panggil Yu Ri dengan lemah.

"Ibu ada di sini! Istirahatlah lagi agar tubuhmu bisa cepat pulih," bujuk Ibu Jeong Woo.

Bukannya menuruti bujukannya, Yu Ri justru kembali menitikkan air mata begitu mengingat kejadian yang sudah menimpanya. Mendengar tangisan pilu Yu Ri membuat Ibu Jeong Woo tergerak untuk memeluknya. Wanita itu berusaha menenangkan Yu Ri yang terlena dengan tangisnya.

"Sudah, ya. Jangan menangis dulu. Tubuhmu butuh istirahat. Lagipula kamu tidak perlu cerita pada Ibu saat ini juga. Berbicaralah ketika kamu sudah merasa tenang." Yu Ri menganggukkan kepalanya.

"Jeong Woo dimana, Bu?" tanya Yu Ri ditengah isakannya sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari keberadaan laki-laki yang sudah menolongnya untuk kesekian kali.

"Dia sedang ke kantin. Ibu menyuruhnya untuk makan dan memintanya bergantian menjagamu. Tidak apa-apa, 'kan?"

"Tentu, Bu. Maaf karena sudah merepotkan kalian berdua dan terima kasih sudah mau menjagaku saat ini."

"Tak perlu mengucapkan maaf dan terima kasih. Kamu lupa kalau kita adalah keluarga?"

⚘⚘⚘

강선화
23.43.210422

Wild Flower | C O M P L E T E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang