"Ah, sejuknya malam ini," ucap Yu Ri sembari merentangkan kedua tangannya selebar mungkin. Yu Ri memberi izin pada angin untuk bisa membelai kulitnya yang terbuka. Bersamaan dengan hembusan angin yang mengenai kulitnya, rasa sesak yang sejak tadi dia rasakan menguap begitu saja.
"Sudah lebih baik?" Tanpa menoleh, Yu Ri mengangguk mengiyakan pertanyaan Jeong Woo.
Mereka berdua menutup mulut mereka dengan rapat, tak ada satu kata pun yang terucap. Hanya suara indah dari hembusan angin dan mesin kendaraan bermotor roda empat yang berlalu lalang. Berada di tempat yang tinggi untuk menikmati hembusan angin saat perasaanmu sedang buruk adalah hal yang terbaik.
"Terima kasih, berkatmu perasaanku sudah lebih baik."
Jeong Woo menolak ucapan terima kasih Yu Ri. Dia tidak membutuhkan itu. Hanya dengan melihat senyuman Yu Ri kembali terbit, rasa senang dan syukur memenuhi sebuah ruang kosong di hatinya yang dia siapkan untuk Yu Ri. Saat ini, hanya hal kecil yang bisa dia lakukan untuk membuat Yu Ri kembali tersenyum.
Jika ada hal lain yang bisa dia lakukan untuk Yu Ri, pasti akan dia lakukan detik itu juga. Meski dia harus megorbankan banyak hal untuk melihat senyum sahabat, sekaligus wanita yang berhasil mencuri hatinya.
"Ya! Kenapa kamu memelukku?" Yu Ri mencoba melepaskan diri dari Jeong Woo yang tiba-tiba menarik dia ke dalam pelukannya.
Jeong Woo meminta Yu Ri untuk membiarkan mereka berdua di posisi yang sedikit canggung itu. Tanpa berkelit seperti biasanya, Yu Ri membiarkan Jeong Woo melakukan apa yang dia inginkan. Selain itu, Yu Ri merasa sesuatu di dalam dirinya menginginkan pelukan hangat yang mampu membuatnya percaya bahwa ada seseorang yang bisa dia jadikan sandara ketika rasa lelah dan sedih menghampirinya.
Sentuhan lembut yang dilakukan Jeong Woo di puncak kepala Yu Ri membuat gadis itu semakin terhanyut. Tanpa sadar, tangan Yu Ri semakin erat melingkari pinggang Jeong Woo yang ramping.
"Yu Ri-ah!"
"Hmm?"
"Pelukanmu terlalu kuat hingga membuatku sulit bernapas," canda Jeong Woo yang mulai merusak suasana di antara mereka.
Yu Ri mendorong Jeong Woo dengan sekuat tenaga hingga membuat laki-laki itu mundur beberapa langkah menjauhinya. Dengan perasaan jengkel sekaligus malu, Yu Ri bergegas turun melalui tangga darurat meninggalkan Jeong Woo yang masih menertawakan dirinya.
Jeong Woo mengejar Yu Ri yang berjalan dengan cepat di depannya, sembari meminta maaf pada Yu Ri karena candaannya sudah melampaui batas. Namun, Yu Ri tetap mengabaikan Jeong Woo yang terus berbicara tanpa henti.
"Apa yang salah denganmu? Kenapa kamu terus mempermainkanku? Kamu pikir candaamu itu lucu?" cecar Yu Ri setelah menghentikan langkahnya tiba-tiba.
"Maaf, aku tahu tadi bukanlah saat yang tepat untuk bercanda dengamu. Tapi, Yu Ri-ah, aku tidak bisa tidak menggodamu meski sudah kulakukan berkali-kali," balas Jeong Woo sekenanya membuat Yu Ri yang merasa gemas mencubit lengannya dengan kencang hingga membuat Jeong Woo mengaduh kesakitan.
"Sudah puas?"
"Belum, rasanya aku ingin membuatmu hilang dari dunia ini selamanya," ketus Yu Ri.
"Kali ini keinginanmu tidak akan bisa kukabulkan." Yu Ri menatap Jeong Woo dengan penuh kebingungan.
"Bagaimana aku mampu menghilang dari dunia ini dan jauh darimu? Sedangkan hanya dengan melihatmu bersedih, dunia serasa menjauhiku dan membuatku hanya berteman dengan rasa kecewa pada diri sendiri karena tidak mampu membuatmu bahagia." Jeong Woo menyuarakan semua perasaan yang selama dia sembunyikan.
"Jeong Woo, aku sama tidak paham apa maksudmu," ucap Yu Ri yang semakin dibuat kebingungan.
Tatapan mata Jeong Woo terlihat begitu serius, kali ini dia meyakinan dirinya sendiri untuk mengungkapkan semua perasaannya pada Yu Ri setelah sekian lama menyimpannya sendiri dalam kotak di relung hatinya yang terdalam.
"Aku tahu ini akan membuat kita berdua menjadi canggung, tapi otak dan hatiku sudah tidak mampu untuk menyembunyikannya." Jeong Woo meraih kedua tangan Yu Ri yang terasa sangat dingin. "Aku menyukaimu! Sepertinya lebih dari itu, aku menyayangimu bukan sebagai seorang sahabat lagi, tapi sebagai seorang laki-laki yang menyayangi seorang perempuan."
Sepasang bola mata Yu Ri mendelik begitu saja tanpa bisa dia kontrol setelah mendengar pengakuan dari laki-laki yang selama sembilan tahun menjabat sebagai sahabat dan orang yang bisa dia andalkan.
Mulut Yu Ri seolah terkunci, dia kehabisan kata-kata untuk menanggapi pernyataan tulus Jeong Woo yang terus mengutarakan perasaan yag dia pendam. Jeong Woo memberi tahu semuanya, mulai dari Yu Ri yang menjadi alasannya untuk selalu bertahan menghadapi kekejaman dunia dan juga alasannya untuk bersedih.
"Jangan memberikan jawaban itu sekarang, karena aku masih belum ingin mendengar kalimat pahit jika kamu menolakku. Satu lagi, jangan merasa canggung, karena aku tidak ingin membebanimu dengan pengakuanku," pinta Jeong Woo.
Dengan mudahnya, Jeong Woo mengecup dahi Yu Ri lalu gantian meninggalkannya seperti saat Yu Ri meninggalkannya. Kaki Yu Ri serasa terpaku berkali-kali, otaknya dan tubuhnya masih terkejut dengan pengakuan cinta Jeong Woo dan kecupan manis yang dia sematkan.
⚘⚘⚘
강선화
22.02.2102023
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Flower | C O M P L E T E D
Literatura FemininaHubungan yang sudah dibangun selama lima tahun harus kandas begitu saja. Baginya rasa sakit itu begitu menyesakkan karena dia harus berpisah dengan cinta pertamanya. Namun, gadis itu tidak ingin terus larut dalam kesedihannya, dia pun memilih untuk...