Apakah Semuanya Baik-baik Saja?

145 11 2
                                    

Semuanya baik-baik saja. Aku tahu itu. Hari inipun seperti biasa, dia datang dengan wajah cerianya menyapa orang-orang yang tidak sengaja berpapasan dengannya dan berakhir dengan menyapa diriku yang merupakan teman sebangkunya.

Kami berada di kelas yang sama semenjak memasuki masa sekolah menengah ini. Tahun ini adalah tahun kedua aku dan dirinya menjadi teman.

"Naakun kau sedang menulis apa?" tanya dia tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya kearahku. Lebih tepatnya agar dirinya bisa dengan jelas melihat apa yang tertulis di buku yang sedang ku pegang itu.

Posisi ini membuat Jatungku merasa sangat tidak nyaman. Cepat-cepat saja aku menutup buku milikku dan sedikit mendorong tubuhnya agar menjauh.

"Tidak ada!"

"Hountouni?"

"Un,"

"Souka," dia terlihat nampak sedih.

Apakah ini karena perlakuanku tadi padanya? Aku yakin penyebabnya bukan itu.

Sejak memasuki kelas ini, dia memang terlihat sedih. Walaupun dia berhasil menutupi kesedihannya itu dengan senyuman yang selalu ia pasang ketika berpapasan dengan orang lain. Tetap saja dia tidak bisa menutupi kebohongannya itu dariku.

Aku ingin bertanya tentang penyebab kesedihan yang tiap hari dirasakan olehnya itu. Namun aku tidak berani menanyakannya. Apalagi dia tidak pernah mau terbuka padaku. Dia tidak pernah mau menceritakan masalahnya kepada siapapun. Aku tahu dia merupakan tipe orang yang selalu menanggung semua masalahnya sendirian. Tapi setidaknya aku ingin dia sedikit lebih terbuka padaku, sebagai teman yang sudah mengenalnya selama lebih dari satu tahun.

"Kamu benar baik-baik sa.."

"Oy Jel! Jadi kan kita ke mall bareng?" pertanyaan dari teman sekelasku bernama Satomi yang baru saja datang itu, membuat Jel yang duduk disampingku langsung menoleh kearahnya.

Perkataanku untuk Jel jadi terabaikan! Aku menghela nafas, lalu pandanganku menatap kearah mereka berdua yang tampak asik mengobrol. Bahkan sepertinya kehadiranku ini sama sekali tidak dianggap ada.

"... sore ini kan ya?! Kita berdua aja kan?" Aku bisa melihat wajah Jel yang mulai memerah sekarang.

Kini pandanganku beralih menatap Satomi untuk melihat reaksinya itu yang seakan pura-pura sama sekali tidak peduli dengan perubahan raut wajah Jel.

"Un, soudayo. Futari de," jawabnya.

Jel menunduk, mungkin untuk menyembunyikan wajahnya. "Colo-chan wa? Apa kamu tidak ingin mengajaknya?" tanya Jel, dari nada bicaranya aku yakin sebenarnya dia tidak ingin menanyakan hal itu.

Satomi terdiam sejenak, "maa.. maa.. maa.. kurasa tidak usah, nanti aku belikan hadiah saja untuknya."

"Souka, un soudayo ne.." kata Jel.

Melihatnya begini, entah kenapa rasanya aku jadi tidak suka. Langsung saja aku menarik tangan Jel, membawanya keluar kelas.

Satomi yang melihat hal itu sedikit terkejut dengan tindakanku, sedangkan Jel dia hanya terdiam mengikuti kemanapun tanganku membawanya pergi.

"Naakun?! apa yang kau lakukan?" ujar Satomi cukup keras. Untungnya kelas saat ini sedang sepi, jadi tidak akan ada yang merasa terganggu oleh drama dadakan ini.

Aku terhenti tepat di depan pintu kelas. Aku berbalik menatap Satomi tidak suka.

"Berhentilah memberikan harapan palsu padanya!"

"Hah?!"

"Berhentilah bersikap seolah kau tidak tahu apapun! Itu benar-benar menyebalkan!"

"Nani iite no?"

"Pikirkan saja sendiri!" Aku kembali menggandeng tangan Jel dan membawanya pergi dari sana.

"Naakun..." gumam Jel pelan, dia mengeratkan pegangan tangannya.

Aku tersenyum dalam diam, kala melihat tingkahnya itu. Dia benar-benar terlihat lucu dan menggemaskan.

➣➣

Awalnya aku pikir semuanya akan baik-baik saja. Sama seperti hari-hari sebelumnya.

Tapi setelah aku tidak sengaja melihatnya menangis sendirian di taman sekolah. Ternyata semuanya tidak baik-baik saja.

Aku salah mengambil kesimpulan bahwa dia akan baik-baik saja. Padahal aku tahu dia adalah manusia rapuh yang mudah hancur kapan saja.

Harusnya aku tidak membiarkan keadaannya menjadi seperti ini. Jika saja dulu aku bertindak lebih cepat untuk membantunya atau sekedar untuk menghiburnya. Semua ini pasti tidak akan terjadi.

Setidaknya dia tidak akan terluka lebih dari ini.

Aku dengan cepat menghampirinya, lalu memeluknya. Dia tidak membalas pelukanku, dia masih menangis.

"Jel-kun, maafkan aku karena tidak bisa membantumu. Jika saja aku lebih memperhatikan dirimu, semuanya tidak akan jadi begini." Aku perlahan mulai menghapus air mata yang membasahi wajahnya itu.

"Naakun.. apa aku salah bila menyukainya?" dia bertanya padaku sambil menatap kearahku.

Aku bisa melihat matanya yang memerah itu. Aku benar-benar tidak menyukai keadaan ini.

"Kamu tidak salah apapun. Jadi berhentilah menangis! Aku tidak suka melihatmu begini."

Dia menatap kearahku bingung, tangisnya mulai sedikit mereda. "Dou yu imi desuka?"

Aku mengacak sedikit rambutku. sepertinya, inilah waktu yang tepat untuk memberitahukan padanya apa yang selama ini kurasakan.

"Seperti yang kukatakan tadi, aku tidak suka melihatmu bersedih. Aku ingin melihatmu tersenyum. Aku ingin kamu bahagia." Aku melonggarkan pelukanku, lalu kedua tanganku menyentuh bahunya. "Aku tidak akan menyuruhmu untuk melupakannya, karena aku tahu betapa sulitnya melupakan orang yang kita sayangi. Jika kamu ingin melupakannya, aku bisa membantumu." Aku tersenyum kearahnya.

Dia menundukan kepalanya, lalu tangannya perlahan menghapus sisa-sisa air matanya itu.

Aku masih terdiam menunggu jawabannya.

"Arigatou Naakun," ucapnya sambil tersenyum manis padaku.

Aku jadi ikut tersenyum melihatnya.

Semenjak hari itu, Jel sudah mulai kembali dengan sikap biasanya yang ceria dan penuh senyuman. Walau dibalik sikapnya itu, aku dapat merasakan sedikit kesedihan yang masih belum hilang. Tapi aku yakin semuanya akan baik-baik saja.

"Ohayou Naakun," kali inipun Jel menyapaku dengan senyumannya itu.

"Ohayou Jel-kun." balasku diiringi dengan senyuman.

Hari inipun Jel terlihat baik-baik saja. Aku pasti akan melindungi senyumannya itu, tidak akan aku biarkan siapapun menyakitinya.

Ya! Semuanya pasti baik-baik saja!

Selesai

Tsukihime Yozora

Kisah Tentang MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang