Dingin.
Lagi-lagi perasaan ini.
Lelaki bersurai kayu itu, melirik sekilas pada jam dinding yang menempel diruang laboratorium. Pukul empat sore. Waktunya ia kembali ke asrama.
"Ura-san, lihat aku baru saja mendapatkan kekuatan sihirku!" Urata menghela nafasnya. Dilihatnya teman satu akademinya itu yang terlihat kelelahan. Mungkin karena ia terburu-buru datang kesini.
Menyebalkan.
Jangan lagi!
"Lihat sihir apiku ini. Keren bukan?" Sakata si pemilik sihir api merentangkan kedua tangannya, dari sana keluar api cukup besar membuat manik mata emerald Urata membesar.
Kring!!!
Akibat api yang dikeluarkan Sakata, pemadam api otomatis menyala dan dari atas tempatnya berdiri percikan air turun membasahi keduanya.
Apa yang dilakukan si bodoh itu?
Urata menarik tangan lelaki berambut merah itu, membawanya berlari keluar dari ruang laboratorium.
"Hahaha.. Ura-san tadi itu seru sekali."
"Kenapa kau tertawa bodoh."
Urata masih tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Sakata. Kenapa dia masih bisa tertawa disituasi begini? Benar-benar orang yang aneh.
Walaupun Sakata orang bodoh dan aneh, dia masih dicintai oleh roh sihir api. Berbeda dengan Urata yang sama sekali tidak dicintai satupun roh sihir. Semua teman-temannya sudah mendapatkan kekuatan sihir, hanya tersisa dirinya.
Benar-benar menyebalkan, ia pikir Sakata juga bernasib sama dengan dirinya. Tapi dugaannya salah.
Apa ada yang salah dengan tubuhnya?
Harus berapa lama lagi ia menunggu?
Kelulusan sebentar lagi. Kalau begini jadinya, ia pasti akan mengecewakan kedua orang tuanya.
"Ura-san, kau pasti sedang memikirkan hal itu lagi. Tenang saja, kekuatan sihirmu pasti akan muncul. Lihat, aku yang bodoh saja bisa mendapatkan kekuatan sihir api. Apalagi Ura-san yang lebih pintar dariku."
Urata tersenyum kecil, "terimakasih, tapi aku tidak butuh belas kasihanmu." Lelaki bersurai kayu itu pergi meninggalkan Sakata.
❖❖❖
Shima yang sedari tadi melihat teman satu kamarnya berjalan bolak-balik, merasa pusing.
Karena sudah tidak tahan lagi melihat temannya itu. Dengan sihir anginnya Shima menghentikan temannya itu.
"Apa yang kau lakukan?" Urata bertanya marah.
Shima menghempaskan tubuh kecil Urata dengan sihir anginnya ke tempat duduk yang berada tepat disampingnya berdiri.
"Urata-san apa kau bertengkar lagi dengan Sakata-kun?" tanya Shima sedikit khawatir dengan keadaan temannya itu.
"Aku tidak bertengkar dengannya. Aku hanya tidak suka dengan sikapnya yang sok akrab denganku."
Urata memasang wajah cemberutnya, membuat lelaki berambut ungu itu gemas dibuatnya.
"Ekhm, menurutku Sakata-kun hanya merasa senang saat bersamamu. Apalagi kalian berdua mempunyai nasib yang sama. Sama-sama belum mendapatkan kekuatan sihir." Ucap Shima yang mencoba untuk tetap terlihat cool.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tentang Mereka
Short StoryAku hanya ingin membagikan kisah ini pada kalian. Kisah cerita yang mungkin tidak seberapa jika dibandingkan dengan kisah cerita yang lainnya.