Malam ini dua insan anak manusia sedang berada di sebuah perumahan. Mereka baru saja belajar bersama untuk ujian yang akan diadakan besok.
Sebenarnya tidak ada satupun dari mereka yang bisa dibilang perlu diajari. Mereka berdua sama-sama termasuk anak yang pintar.
Yang pertama kali mengajak belajar bersama ialah Jel. Pemuda bersurai orange yang dikenal suka belajar karena tuntutan dari orang tuanya itu memutuskan untuk mengajak Nanamori belajar di rumahnya.
"Naakun, setelah ini apa yang akan kita lakukan?'' Tanya Jel pada Nanamori yang masih sibuk membaca sebuah buku.
Mereka sudah selesai belajar. Sekarang adalah waktu bebas.
Nanamori menoleh pada Jel, ia menutup buku yang dipegangnya itu lalu menaruhnya di atas meja.
"Hmm... Jel-kun, mau nonton film ngak?" Tanya Nanamori lalu beranjak menuju sebuah kotak kecil yang berisi kaset film punya Jel.
"Jel-kun, apa kau masih menyimpan film yang dulu kita tonton?" Nanamori lalu mengacak beberapa kaset film Jel, mencari sebuah film yang mempertemukan mereka pertama kali.
"Kurasa aku masih menyimpannya.'' Jel mencoba untuk mengingat-ingat dimana ia meletakan kaset film yang dimaksud Nanamori itu.
Setelah jeda beberapa detik, Jel akhirnya beranjak dari tempatnya duduk, menghampiri Nanamori. Tangannya ikut mencari dan dia menemukan sesuatu disana.
"Yang ini kan ya?'' Tanya Jel, memperlihatkan kaset itu di depan wajah Nanamori. Memastikan jika memang kaset yang dipegangnya itulah yang di maksud Nanamori.
Bukannya Jel meragukan ingatannya, dia hanya ingin memastikan saja. Kalau kalau ingatannya ini sedikit rusak akibat kebanyakan belajar.
"High&Low : The Red Rain."
Nanamori terdiam sesaat memperhatikan kaset yang dipegang Jel. Ia tersenyum sekilas lalu mengambil kaset yang penuh kenangan itu.
"Natsukashi na." Ucap Nanamori teringat akan masa lalu nya, yang dimana menjadikannya salah satu penyemangat hidup.
Nanamori menghadap Jel di sampingnya, "kita tonton lagi ya!" ia tersenyum lalu beranjak dari duduknya sambil mengelus pelan surai orange yang terdiam itu.
Jel mengangguk, menyetujui usulan Nanamori.
Dia lalu memperhatikan Nanamori yang sedang mengutak-atik dvd player miliknya. Setelah selesai Jel tersenyum, lalu mulai memposisikan dirinya duduk di pinggir tempat tidur.
"Kochi!'' Jel menepuk lantai yang ada disampingnya, menyuruh Nanamori untuk duduk disana.
"Un!" Balas Nanamori balik tersenyum mengarah pada Jel. Ia pun mendekati Jel yang sedang duduk sendirian itu.
Mereka berdua menikmati layar dihapannya, sambil sesekali terbawa suasana akan film yang ditayangkan.
Beberapa adegan mengundang tawa dari keduanya, tak lupa rasa sedih yang ditayangkan juga mengundang rasa tangis dalam Nanamori.
Walau ia menutup rasa itu, masih terlihat jelas pada pandangan Jel.
"Naakun...'' Jel yang bisa melihat dengan jelas raut sedih temannya itu mencoba untuk menghiburnya dengan mengusap pelan punggung Nanamori.
Tidak seperti Nanamori yang mudah terbawa suasana saat melihat adegan sedih yang ada di film. Jel sama sekali tidak terpengaruh, dia tidak bisa merasakan apapun. Raut wajahnya tetap sama.
Walau sesekali Jel ikut tertawa karena temannya tertawa. Bukan karena adegan lucu yang di tayangkan, tapi karena tawa dari Nanamori yang mengundang tawanya itu keluar.
Jel juga tidak tahu kenapa dia masih mau menonton ulang filmnya. Padahal Jel sama sekali tidak tertarik dengan isi film, toh dia sudah pernah menontonnya kan?
Walau begitu alasan dia mau menontonnya lagi adalah karena Nanamori. Jel suka melihat wajah penuh kegembiraan milik Nanamori saat menonton film ini. Dan lagi film yang mereka tonton ini menyimpan banyak kenangan yang berharga baginya. Jadi walau Jel tidak terlalu menyukai filmnya, itu bukanlah masalah. Selagi dia bisa melihat Nanamori tersenyum, itu sudah lebih dari cukup.
Nanamori mengusap air mata yang terkeluar sendirinya itu, "maaf.. Aku terbawa suasana." Ucap Nanamori tersenyum tipis pada Jel.
karena rasa tenggorokannya yang kering, ia mengambil minuman botol yang ada dihadapannya lalu menguknya tanpa sadar botol yang diminumnya milik Jel.
'A-ah..? I-ini kan punya jel?!'
Nanamori sontak melihat kearah Jel, yang ternyata sedari tadi memperhatikan dirinya. Rasa malu yang ia rasakan tidak hanya terlihat dari kelakuannya yang salah tingkah.
Telingga Nanamori yang mulai merona merah dengan cepat ia tutup menggunakan kepala hoodie yang ia kena kan.
'Apa yang kupikirkan sih?!' Gerutu batin Nanamori.
Jel yang melihat tingkah Nanamori barusan mengundang tawa renyahnya. Tingkah Nanamori itu terlihat lucu baginya.
Jel menghentikan tawanya. "Iiyoo... habiskan saja. Aku gak bakalan marah kok.'' Dia melirik ke arah Nanamori yang menutupi wajahnya dengan hoodie yang dikenakannya itu.
Melihat reaksi Nanamori yang masih diam. Jel akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang sama. Dia mengambil botol minum milik Nanamori dan meneguknya.
"Hora, jadi impas kan?!'' Jel menggoyang-goyangkan botol itu di depan wajah Nanamori. Lalu ia menaruhnya kembali.
Kenapa Jel melakukan hal itu? Entah karena dia polos atau memang bodoh. Jel sama sekali tidak mengerti mengapa Nanamori bisa salah tingkah saat salah mengambil botol miliknya. Ditambah raut wajah Nanamori yang memerah.
Jel pikir Nanamori merasa tidak enak dan takut membuatnya marah, karena sudah meminum air miliknya. Makanya Jel melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan pemuda itu. Agar Nanamori merasa lega dan tidak merasa bersalah lagi, karena sudah meminum air botol miliknya.
Jika Jel tahu alasan sebenarnya Nanamori bersikap begitu. Mungkin dia akan terdiam, tak bisa berkata-kata, sambil menyembunyikan wajahnya dibalik bantal.
Melihat hal yang baru saja dilakukan Jel. Nanamori menghembuskan nafas leganya.
'Yokatta... Aho nya Jel datang tepat waktu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tentang Mereka
NouvellesAku hanya ingin membagikan kisah ini pada kalian. Kisah cerita yang mungkin tidak seberapa jika dibandingkan dengan kisah cerita yang lainnya.