Kemarin Mafu dan Amatsuki berhasil menemui Kirie dan membujuk gadis itu untuk membantu penampilan drama yang akan ditampilkan kelas mereka diacara fertival sekolah yang akan diadakan satu minggu lagi itu.
Saat ini mereka berdua sedang berada dikelas bersama dengan yang lainnya, untuk menentukan siapa pemeran-pemerannya.
Nanamori selaku ketua kelas mereka, berdiri didepan kelas dengan tangan yang memegang kotak berukuran sedang yang didalamnya terdapat kertas lipat berisi nama yang akan diperankan.
“Dari ujung depan terus lanjut ke belakang, silahkan kedepan untuk mengambil kertas yang ada dikotak!” teriak Nanamori memberi perintah pada seluruh penghuni kelas.
Satu persatu dari mereka, segera berjalan kedepan untuk mengambil kertas yang akan menentukan hidup mereka selama festival nanti.
“Semuanya udah pada dapat kertasnya, kan?” semuanya mengangkuk sambil memperlihatkan kertas mereka yang masih terlipat itu.
Nanamori menoleh kearah papan tulis yang ada dibelakangnya. “Ok, kalian boleh membukanya. Kira-kira siapa ya yang mendapatkan peran utama untuk drama yang akan kelas kita mainkan difestival sekolah nanti.” Nanamori bersiap untuk menulis nama orang-orang yang mendapatkan peran itu di papan tulis.
Satu orang mengangkat tangannya. Hal itu justru membuat seisi kelas membelalakan matanya kaget. Bisikan-bisakan mulai memenuhi seisi kelas, bahkan Nanamori dapat mendengarnya juga. Saat mendengar itu, Nanamori yang penasaran secepatnya menolehkan kepalanya pada orang tersebut. Mulutnya menganga saking tidak percayanya.
Apa kelas ini akan baik-baik saja? Gumamnya dalam hati.
✿✿✿
Soraru memasuki kelas dengan tidak bersemangat. Ia baru saja dari ruangan OSIS untuk meminta surat izin keluar sekolah hari ini untuk pergi ke rumahnya Kashitaro, ada benda penting yang harus diambil dirumah Kashi. Benda yang akan dipakai kelasnya untuk membuat rumah hantu di festival sekolah nanti. Waktu festival sekolah sudah hampir dekat, kelasnya tidak punya banyak waktu. Apalagi mereka sudah kelas tiga, banyak persiapan yang harus dilakukan saat sudah menjadi kelas tiga. Mereka tidak bisa bersantai-santai lagi.
Kelas tiga yang lainnya sudah seminggu yang lalu sibuk mempersiapkan peralatan untuk festival sekolah. Sedangkan kelasnya mulai baru-baru ini dalam mempersiapkan peralatan.
“Shima, sisanya kuserahkan padamu.” Soraru menaruh surat ijin itu diatas meja Shima yang tengah sibuk menulis barang yang harus dibelinya.
Shima melirik sekilas pada surat yang ditaruh Soraru itu, lalu setelah menyelesaikan tulisannya. Segera saja diambilnya surat itu dengan malas.
“Itou-san, bisakah kita pergi sekarang?” tanya Shima, saat dirinya sudah berada didekat Kashi.
Kashi yang sedang sibuk menjelaskan sesuatu pada teman sekelasnya yang lain tentang pembagian tugas masing-masing itu, menoleh kearahnya. “Ah, hai, chotto matte nee!” Ucap Kashi sambil memberikan isyarat tanda 'tunggu' menggunakan tangannya pada Shima.
Shima menghela nafasnya sejenak. Tak butuh waktu lama bagi Shima untuk menunggu Kashi menyelesaikan urusannya. Ia secepatnya pergi meninggalkan kelas diikuti dengan Kashi yang berjalan dibelakangnya. Tapi tepat saat Kashi berada diambang pintu, ia menolehkan wajahnya pada Soraru yang duduk malas, sambil memainkan ponselnya itu. “Souda, Soraru. Tolong, beritahu Urata agar tidak membolos. Aku tidak ingin ada satupun murid yang membolos di kelas yang ku pimpin ini. Kau mengertikan, wakil ketua kelas Soraru-kun?” Ucapnya seakan mengejek Soraru yang pangkatnya lebih rendah darinya itu.
Soraru ingin membalas perkataan Kashi, namun niatnya itu ia urungkan karena Kashi telah lebih dulu pergi dari pandangan matanya. Percuma juga dibalas, toh tidak ada untungnya juga bagi Soraru.
“Soraru-kun kenapa kau tidak pergi menemui Urata?” tanya Lon yang tidak sengaja mendengar perkataan Kashi pada Soraru, beberapa detik yang lalu.
Soraru menatap malas pada Lon. Lon yang mengerti akan arti tatapan itu segera angkat suara. “Jangan bilang kalau kau malas dan memilih untuk tidur?”
Glek!
Soraru menatap tajam kearah Lon. Perempuan satu itu, selalu bisa membaca pikirannya. Soraru jadi sedikit tidak menyukai Lon. Bisakah Lon mengabaikannya? Kenapa perempuan itu selalu mencampuri urusannya? Terserah Soraru dong, mau menemui Urata atau tidak. Toh Kashi memberi perintah kepadanya
bukan pada Lon.“Aku tidak tanggung jawab ya, kalau nantinya Kashi marah-marah.” setelah mengucapkan itu, Lon pergi meninggalkan Soraru, dengan pikirannya yang masih mencoba berpikir tentang apa yang sebaiknya ia lakukan.
Lon telah mengingatkan kembali kenangan yang tidak ingin ia ingat, kala pertama kalinya Soraru melihat kemarahan seorang Itou Kashitaro. Tidak ingin mengulang kenangan itu lagi, Soraru dengan cepat pergi menuju ruang sains tempat dimana Urata berada. Kali ini ia memilih untuk melupakan tidur siangnya.
Lon tertawa pelan melihat apa yang dilakukan Soraru. Hari ini pun, ia berhasil membuat Soraru meninggalkan kebiasaan tidurnya.
✾✾✾
Bersambung…
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tentang Mereka
ContoAku hanya ingin membagikan kisah ini pada kalian. Kisah cerita yang mungkin tidak seberapa jika dibandingkan dengan kisah cerita yang lainnya.