Otanjoubi omedetou

126 11 0
                                    

Tokyo adalah kota besar yang tidak cocok untukku. Seharusnya aku tidak datang kesini. Namun semuanya sudah terlambat. Aku menyesalinya, mungkin.

"Ah, maaf. Boleh aku duduk disini?''

Aku menoleh, lalu tersenyum palsu. "Douzo!''

"Arigatou,'' ucapnya terdengar lembut.

Aku hanya membalas ucapannya itu dengan senyuman.

Pikiranku kembali pada beberapa waktu setelah aku tinggal di kota ini. Semuanya tidak sesuai dengan yang aku harapkan.

Orang yang sangat aku ingin temui dan orang yang membuatku mengunjungi kota ini juga adalah karenanya. Tapi dia justru tidak menginginkan keberadaanku. Aku tidak dibutuhkan.

Lalu untuk apa aku berada disini?

Lebih baik aku kembali. Itu lebih baik.

"Anu.. daijoubu desuka?'' Suara lembut itu kembali membuatku tersadar dari lamunanku.

Aku menoleh kearahnya, lagi-lagi tersenyum palsu. ''Watashi wa daijoubu desu.''

"Hounto? Tapi kau terlihat tidak baik-baik saja.''

"Eh?''

Sosok lembut itu sepenuhnya menghadap kearahku. Aku menunduk, tidak ingin bertatapan langsung dengannya.

Bagaimana bisa dia tahu bahwa aku tidak baik-baik saja?

"Kalau kau tidak mau cerita padaku juga tidak apa-apa. Lagipula mana ada orang yang mau menceritakan masalahnya pada orang yang baru saja ditemuinya kan?!''

"Kalau kau tidak mau cerita, apakah boleh aku yang bercerita disini?''

Aku sedikit kaget dengan apa yang dikatakannya. Aku mengangkat wajahku untuk melihat raut wajahnya itu. Dia terlihat sama sepertiku. Raut wajahnya menggambarkan kesedihan dan kekecewaan.

"Kau tahu? Hari ini adalah hari ulang tahunku.'' Dia tertawa pelan. Tawa yang disengaja.

"Harusnya dihari ini aku merasa bahagia, tapi kebahagian itu langsung hilang ketika aku sadar bahwa lamaranku padanya tidak akan pernah diterima.''

"Kenapa kau berpikir begitu?'' Kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku penasaran dengan ceritanya.

Dia melirik sekilas kearahku, lalu tersenyum. "Karena dari awal aku tahu, bahwa aku hanyalah cadangannya. Dan benar saja dia baru saja menolak lamaranku dan lagi lewat line singkat.'' Dia lagi-lagi tertawa.

"A-anu... kurasa kita berdua senasib ya?! Walau mungkin ceritanya sedikit berbeda.''

Dia menatap wajahku lembut dan tersenyum tulus. "Berarti kita teman.'' Katanya.

"Hai,'' balasku tersenyum.

Sebuah bus berhenti tepat di depan kami berdua. Itu bukan bus yang kutunggu, melainkan bus yang dia tunggu. Jadi ini adalah perpisahan ya?!

Padahal aku masih ingin mengobrol banyak hal bersamanya. Apa boleh buat, pertemuan singkat ini memang harus diakhiri secara singkat juga.

Dia berdiri menatap kearahku, ''busku sudah datang. Terima kasih karena sudah mau mendengarkan kisah orang asing ini. Jaa...'' Dia lalu berbalik menuju kearah bus yang masih berhenti.

"A-anu...'' panggilku tertahan.

Dia menoleh, menunggu diriku mengucapkan sesuatu.

"Otanjoubi omedetou.'' Aku memberikannya kotak bekal buatanku yang tadinya ingin kuberikan pada orang yang sudah membuatku begini.

Dia terlihat bingung, namun tangannya perlahan menerima kotak bekal pemberianku itu. "Arigatou.''

"Kalau kau tidak suka, kau bisa membuangnya.''

Dia terkekeh pelan, ''mana mungkin aku membuang makanan enak yang kau berikan ini. Aku pasti akan menghabiskannya.''

Aku tersenyum mendengarnya.

"Jaa.. matta.''

"Un, matta..''

Sosoknya menghilang memasuki bus.

Aku kembali duduk, lalu tatapanku tertuju pada kantong coklat besar yang ada di bawah kursi. "Bukankah ini miliknya?''

Aku buru-buru mengambil kantong besar itu untuk mengembalikannya pada si pemilik. Namun terlambat, bus yang dinaikinya sudah pergi jauh.

Dengan rasa penasaran aku mulai membuka isi kantong itu dan disana berisi berkas-berkas yang aku yakini sebagai berkas penting miliknya.

Disalah satu sampul depan berkas itu tertulis nama perusahaan dan alamatnya disana juga tertulis nama yang membuatnya.

"Nanamori?'' Aku tersenyum kecil, lalu memasukan kembali berkas itu kedalam kantong.

Selesai

お誕生日おめでとうななもりさん💜🎂

Tsukihime Yozora

Kisah Tentang MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang