Misi Pertama

280 22 0
                                    


Apakah pembunuh sepertiku juga bisa merasakan apa yang dinamakan cinta? Sepertinya tidak mungkin ya? Mana ada yang mau jatuh cinta dengan seorang pembunuh. Kalaupun ada mungkin dia sudah gila atau dia juga sama sepertiku yaitu seorang pembunuh.

Jika bisa memutar balikkan waktu, aku ingin mengulang kemasa itu. Masa sebelum aku terjun ke dunia kegelapan ini. Jika kupikir-pilir lagi, kenapa juga waktu itu aku mengiyakannya ya?

"Luz, ada misi baru untukmu." Suara Mafu membuat diriku tersadar dari pikiranku. Dia adalah senpaiku.

Sebenarnya dia jugalah yang telah mengajakku untuk memasuki pekerjaan ini. Tepatnya satu tahun yang lalu, saat aku kehilangan semuanya. Pekerjaanku... rumahku... dan keluargaku...

Aku mengangguk kecil saat Mafu, selesai membisikan sesuatu ditelingaku. Segera saja aku bersiap-siap menuju kamarku yang letaknya ada dilantai atas. Saat ini aku dan Mafu memang sedang berada ditempat yang menjadi perkumpulan para pembunuh yang diketuai oleh Soraru. Dia adalah salah satu pembunuh profesional, dia bahkan bisa membunuh targetnya hanya dengan sekali kedipan mata. Sudah banyak klien yang mempercayai Soraru untuk menjalankan tugasnya.

Aku juga sangat menghormati dan mengaguminya. Tapi aku tidak ingin menjadi sepertinya. Dia sudah bukan seperti manusia, menurutku Soraru lebih mirip robot. Apalagi ditambah dengan ekspresi mukanya yang datar itu. Aku benar-benar tidak ingin menjadi sepertinya. Mungkin jika harus disuruh memilih, aku lebih memilih menjadi pembunuh seperti Mafu ketimbang Soraru. Walaupun pekerjaannya adalah pembunuh, tapi dia tetap bersikap biasa-biasa saja. Seperti orang normal lainnya. Bahkan akupun saat pertama kali bertemu dengannya, awalnya kukira dia bekerja di sebuah perusahaan. Tapi ternyata dugaanku salah.

Kupikir para pembunuh itu menyeramkan dan tidak bersahabat. Namun, berbeda dengan Mafu dia sama sekali tidak menyeramkan. Kupikir tingkahnya itu sangat lucu dan tentunya dia juga sangat bersahabat. Menurutku hanya dialah yang memiliki aura berbeda dengan seluruh pembunuh yang tinggal disini.

"Luz-kun ganbate! ini misi pertamamu tanpa diriku, kan?" ucap Mafu memberiku semangat. Aku mengangguk kecil. Secepatnya kulangkahkan kakiku ini menuruni tangga menuju Mafu yang masih dalam posisi duduk dikursi ruang tengah. "Jangan sampai salah target, seperti waktu itu." Mafu tersenyum, saat diriku sudah berdiri dihadapannya.

Mukaku memerah, mendengar perkataan barusan. Itu memang benar, minggu lalu saat menjalankan misi dengan ditemani Mafu-karena aku masih baru, jadi selama satu tahun aku tidak boleh menjalankan misi seorang diri, harus ada yang mendampingi, mungkin itu juga termasuk latihan?

Waktu itu aku hampir saja salah mengenali target yang harus dibunuh. Untung saja Mafu bisa segera mengatasi kesalahanku itu. Huft... jujur saja aku sangat tidak ingin mengingat kejadian itu.

"Mafu-san tolong jangan ingatkan aku tentang hal itu. Itu memalukan!" ucapku memasang wajah cemberut.

Mafu tertawa pelan. "Gomen, Luz-kun. Aku tidak bermaksud begitu."

"Un, wakateru."

Mafu tersenyum, lalu menyerahkan satu lembar kartu nama padaku. Itu adalah kartu nama berisi foto beserta nama targetku kali ini.

"Karena urusanku disini sudah selesai. Aku akan kembali ke rumah. Istri dan anakku pasti sudah menunggu."

Inilah salah satu alasanku, ingin seperti Mafu. Walaupun pekerjaannya seperti ini, tapi dia tetap bisa memiliki sebuah keluarga. Mafu memang sangat-sangat beruntung, karena bisa menemukan seorang istri yang mau menerimanya.

"Ahh... kau beruntung sekali ya. Aku jadi iri," ucapku tersenyum simpul.

Mafu menepuk pundakku pelan, "kau juga pasti bisa menemukannya. Aku yakin itu."

Kisah Tentang MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang