Hampa

412 23 15
                                    

Bruk!

Pintu terbuka akibat seseorang membukanya secara paksa. Seseorang itu dengan perasaan kesalnya menghampiri perempuan yang terduduk di dekat jendela kamar. Seseorang itu mendekat lalu tersenyum menyeringai.

"Gara-gara kau, yang tidak mau membantuku sedikitpun. Aku jadi harus meluangkan waktuku lebih banyak hanya untuk pekerjaan ini. Aku dan kau ini adalah patner kerja, seharusnya kau membantuku, bukannya diam terus seperti patung." Perempuan itu masih diam, sama sekali tidak merasa terganggu sedikitpun dengan kehadiran seseorang tersebut.

Seseorang itu mendekat. Senyumannya kian melebar. Senyuman jahatnya. Dengan gerakan cepat seseorang itu mencengkram pundak perempuan yang sedang terduduk itu, lalu menariknya dan menghempaskan perempuan itu pada ujung dinding. Menguncinya dengan kedua tangan yang ia letakan pada sisi kiri dan kanan pundak perempuan itu.

Seseorang itu menghembuskan nafas kasarnya kehadapan wajah si perempuan. Namun perempuan itu masih tetap diam dengan wajah tertunduknya.

"Kau! Kenapa kau diam saja? Jawab aku!" Perempuan itu mendongakkan wajahnya ke atas. Membuatnya dapat melihat wajah seseorang yang menjadi patner kerjanya kali ini. Seorang pria yang egois dan kasar. Dia daritadi hanya diam saja, karena dia sendiri tidak mau berurusan dengan pria seperti Soraru Franz ini. Tapi, karena pria itu sudah lancang masuk ke kamarnya dan mengganggunya. Dia tidak boleh tinggal diam. Mata hazelnya menatap benci ke manik mata biru Soraru. Kakinya dengan sengaja menginjak kaki pria itu. Membuat Soraru kehilangan keseimbangan dan konsentrasinya. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Tangannya dengan cekatan mengunci pergerakan tangan pria itu ke belakang. Soraru tersentak kaget dengan apa yang perempuan itu lakukan padanya. Bagaimana mungkin ia sampai kecolongan seperti ini?

"Kalau kau macam-macam denganku. Akan ku patahkan tanganmu ini." Ancam perempuan itu pada Soraru yang masih menahan sakit di tangan dan kakinya. Pria itu meringis pelan, masih mencoba untuk melepaskan diri dari perempuan itu. Namun hasilnya nihil, perempuan yang berada di dekatnya ini bukan perempuan biasa. Tenaganya tidak boleh ia anggap remeh.

"Lepaskan aku, Lon Amoura!" bentak Soraru.

Perempuan bernama Lon itu menghempaskan tubuh kekar Soraru ke lantai. Soraru menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

Ia menatap tajam ke arah Lon. Perempuan itu masih dengan muka datarnya menatap balik ke arah Soraru.

"Pergi! Jangan ganggu aku." Soraru masih terdiam di tempat, menyaksikan wajah perempuan itu yang tiba-tiba saja terlihat menyedihkan. Sepertinya Lon menyimpan kesedihan di dalam dirinya. Lagipula apa peduli Soraru pada perempuan itu? Dia tidak begitu mengenalinya. Lebih baik dia pergi dari sini. Percuma juga dia mengatakan itu semua pada Lon. Hanya membuang-buang waktunya saja.

Soraru keluar dari kamar perempuan itu dengan perasaan kesal. Tapi, ketika ia terbayang wajah menyedihkan Lon sebelum keluar tadi. Soraru merasa perasaannya semakin tidak karuan. Dia merasa bersalah karena telah membentak perempuan itu.

"Tunggu Amatsuki-sama! Aku ingin bicara denganmu." Pria berumur duapuluh lima tahun itu menghentikan langkahnya, tepat sebelum ia membuka pintu ruang kerjanya. Amatsuki membalikkan badannya menghadap ke sumber suara yang barusan memanggilnya.

Memang rumah tempat tinggal Amatsuki ini. Sengaja ia jadikan sebagai tempat bekerjanya. Rumah ini terbagi menjadi tiga lantai. Lantai pertama seperti rumah pada umumnya, terdapat ruang tamu, ruang bersantai, ruang makan dan juga dapur. Lantai ke dua di isi oleh beberapa karyawan, karena di lantai ini khusus di jadikan sebagai kantor kecil dimana para karyawan berkerja. Sedangkan lantai tiga menjadi tempat peristirahatan para karyawan untuk menidurkan tubuhnya yang seharian bekerja.

Kisah Tentang MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang