"Sudahku bilang jauhi vampir busuk itu!" Kata-kata itu lagi. Dirinya sudah muak dengan semua perkataan Ayahnya. Kenapa ia harus menjauhi sahabat baiknya demi sang Ayah yang bahkan tak sedikitpun peduli padanya.
Sang Ayah dari pria bermata merah itu menatap putranya dengan tatapan yang mengintimidasi. Didekatinya putranya itu yang terduduk dibawah lantai, ia bisa melihat sosok putranya yang terlihat berbeda sejak putranya menjalin hubungan dengan seseorang yang jelas-jelas seorang vampir, musuh bagi rasnya sendiri, bangsa werewolf. Putranya semakin hari semakin berani membantah perintah dari dirinya.
Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh putra bodohnya itu? Sampai harus berteman dengan bangsa vampir yang telah menghancurkan werewolf bangsanya sendiri ratusan tahun yang lalu. Ia bener-benar tidak mengerti.
Hanya ada satu cara agar putranya kembali menjadi seperti dulu. Apa boleh buat, ia harus melakukannya walaupun nantinya ia harus berurusan dengan orang yang sangat ia benci.
“Kau tahu? Aku sangat membenci orang yang tidak bisa patuh pada apa yang telah aku perintahkan padanya. Apalagi jika orang itu adalah putraku sendiri. Kau mengerti bukan, Mafu-kun?” Ucapan yang terkesan dingin dari sang Ayah itu membuat sang putra yang dipanggil Mafu merasa tertekan.
Ditambah pria itu memaksa Mafu untuk menatap mata merahnya yang memancarkan aura menakutkan.
Mafu mencoba untuk tetap tenang, walau sebenarnya detakan jantungnya semakin cepat. Dirinya tidak boleh terlihat ketakutan, karena ia telah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan berubah, keputusan itu dibuat setelah ia bertemu dengan seorang vampir yang sekarang telah menjadi sahabat baiknya.
Mafu mencoba tersenyum, “aku sudah tidak mau menerima perintah dari Ayah lagi. Aku...”
#plak
Suara tamparan itu menghentikan perkataan Mafu yang belum selesai. Pria tua itu berdiri sambil menarik tangan anaknya untuk ikut berdiri. Tatapan matanya menajam, kemarahan sang Ayah sudah tidak bisa lagi ditahan.
Suasana diruangan itu yang hanya berisikan tiga orang saja, mendadak dipenuhi dengan aura negatif yang mencekam. Membuat kedua orang yang ada diruangan itu tiba-tiba saja merasakan hawa yang tidak enak.
Pria yang sedari tadi hanya menyaksikan kedua Ayah dan anak itu, lagi-lagi harus menahan nafasnya selama kurang lebih tiga puluh detik agar ia bisa terbebas dari aura yang sedari tadi dikeluarkan oleh Tuannya itu. Dirinya juga tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Apa boleh buat, sepertinya Ayahmu ini harus memberimu pilihan agar kau tidak lupa dengan peranmu. Jadi..." Mafu menelan ludahnya, ia sudah tahu kelanjutan dari kalimat yang akan diucapkan oleh Ayahnya.
“Kau pilih ibumu atau vampir itu?” Tebakannya tepat. Hawa disekitarnya menjadi semakin mencekam. Sang Ayah tersenyum, melihat wajah putranya yang terlihat pucat itu.
“Aku....” Suaranya bergetar, ketakutan.
“Souda, jika kau pilih ibumu...,” Ucapan Ayahnya terhenti sejenak. “Aku akan membiarkan vampir itu. Tada, jika kau lebih memilih vampir itu. Kau tau apa yang akan terjadi pada ibumukan? Aku akan membawa ibumu kembali kesini, lalu aku akan membuat ibumu merasakan sekali lagi yang namanya ne....”
“Yamete!” Mata merah Mafu berubah menjadi hitam pekat.
“Hahahahaa, jadi apa pilihanmu Putraku?” Tanyanya.
“Okaasan.”
“Pilihan yang bagus.” Ucapan Ayahnya terhenti sejenak. Lalu pandangannya ia alihkan kepada seorang pria yang sedari tadi menyaksikan perbuatannya kepada anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tentang Mereka
Cerita PendekAku hanya ingin membagikan kisah ini pada kalian. Kisah cerita yang mungkin tidak seberapa jika dibandingkan dengan kisah cerita yang lainnya.