Season 2 : Selesai sudah

2.5K 149 17
                                    

Sekarang pistol itu sudah berada ditangan Yohan dan Axel terduduk dilantai. Entah bagaimana caranya Yohan bisa merebut pistol itu dari tangan Axel.

Yohan mengarahkan pistol itu kepada kami berempat.

Dengan sigap dua orang itu melindungi aku dan Bryan.

"hah kalian pikir aku pengecut seperti adikku? Aku tidak takut menembak kalian semuaaaaa" teriaknya lalu Yohan menembakan pistol itu kearah kami.

"menunduk nona" teriak orang asing yang ada didepanku.

Dua suara tembakan terdengar dengan selang waktu yang kurang dari 1menit jarak antar tembakan itu.

Brruuukkk

Pria yang berada didepanku untuk melindungiku terjatuh.

Aku yang terduduk dilantai hanya bisa melihat kearah Yohan dengan gemetar karena ia menodongkan pistolnya ke arahku.

"kau sungguh tidak tau malu Quin, bukankah tadi kau ingin mati saja setelah mengetahui semuanya? Tapi sekarang kau justru ingin kabur Hahahaa" ujar Yohan yang berjalan semakin mendekat kearahku.

Aku hanya diam dan menunduk untuk menghindari tatapannya.

Namun ada satu hal yang aku pikirkan.

Ada dua kemungkinan.

Pistol itu hanya memiliki 7 peluru dan seharusnya sekarang sudah habis.

Atau, pistol ini memiliki 14 peluru dan sekarang masih tersisa 7 peluru lagi yang mampu mengahabisi kami semua yang ada diruangan ini.

Brruuukkkk.

Aku menoleh kearah suara itu.

Bryan pingsan. Tentu saja aneh jika ia masih terus bertahan dengan luka separah itu.

"heii tenang, aku tidak akan membunuh Bryan karena aku maaih membutuhkannya. Aku hanya akan membunuhmu, jadi kau tak perlu khawatirkan Bryan" ujar Yohan sambil menempelkan ujung pistol itu ke keningku.

Entah apa yang kuharapkan sekarang.

Aku tak ingin mati sekarang karena aku masih harus bertemu dengan Bang Jano.

Tapi disisi lain, mendengar cerita dari Yohan. Apakah kematianku bisa membuat semuanya membaik? Jika iya, apakah aku sebaiknya mati sekarang agar keluargaku tidak lagi diganggu oleh keluarga Louie. Atau kematian ku tetap tidak cukup untuk menebus kesalahan kami dimasa lalu?

"ada pesan terakhir?" ujarnya dan aku hanya menunduk kebawah sambil menutup mataku.

"baiklah sepertinya tidak ada" ucapnya.

Jantungku berdebar cepat, tubuhku semakin bergetar karena ketakutan.

Tunggu...

Sudah lebih dari sepuluh detik kenapa ia tak juga menembak.

"AAHHHH SIAL!!" teriaknya membuat pandanganku mengarah padanya.

Ya. Aku rasa pelurunya habis.

"sialan kau, mati kau"

Kaliam tau, setelah mengatakan itu ia menendang ku tepat dibagian wajahku.

Rasanya sangat sakit bahkan pengelihatanku tampak samar-samar sekarang.

"mati kau bangs*t" kini ia mencekikku.

Aku tak bisa melawan dan berbuat apa-apa.

Nafasku sesak, kepalaku terasa sangat sakit.

Tapi dengan samar aku melihat pria yang melindungi Bryan tadi menarik Yohan.

Namun tetap rasanya tubuhku sangat lemas, meski sekarang Yohan sudah tidak mencekikku lagi.

The Last is You! (Sex University 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang