26. Terus Mengkhianati

6K 279 22
                                    

Aku menggantikan bang Jano ke kantor, dan mewakilinya rapat. Tapi ternyata rapatnya tidak lama, hanya 30 menit saja.

Aku membuka hp ku untuk melihat jam berapa sekarang, dan menanyakan keadaan Bryan.

Fakosku teralihkan karena adanha tulisan "1 Pesan Masuk"

Aku membuka pesan tersebut. Dari nomor yang tak dikenal, sudah pasti itu adalah Axel.

Sore ini datanglah ketempatku.
15.40

Me.
Maaf, sepertinya aku tidak bisa.
15.44

Baiklah jika kau tidak bisa, aku juga tidak bisa merahasiakan dokumenmu
15.45

Me.
Baiklah. Tapi aku tidak bisa menginap
15.47

Oke, kemarilah sekarang. Agar kita punya banyak waktu untuk berduaan.
15.47

Aku langsung berjalan kearah parkiran, dan justru bertemu dengan Papa dan bang Tama.

"loh Quin, mau kemana?" tanya bang Tama menghentikan langkahku.

"mau pergi ketemu teman" balasku.

"loh bukannya kata Jano Bryan lagi sakit" sambung Papaku.

"iya pa, cuma Quin udah janji. Jadi gak enak kalo tiba tiba dibatalin kaya gini" bohongku.

"Quin cuma pergi bentar kok, entar abis makan malem langsung balik" kataku.

"yaudah, nanti jangan lupa langsung jenguk Bryan" kata Papa dan aku mengangguk.

Kau langsung menjalankan mobilku secepat yang ku bisa. Karena berbicara dengan papa dan bang Tama cukup memakan waktu, dan aku tak tau apa yang akan terjadi jika aku terlambat.

"cukup lama aku menunggumu" ujarnya yang sedang duduk disofa saat aku membuka pintu.

"jika kau telat 5 menit lebih lama mungkin sudah kusebar luaskan" ujarnya sambil berjalan kearahku.

"kenapa kau sangat rapi sayang?" tanyanya sambil tangannya membuka blazer ku.

"axel, apa kau tak lelah?" tanyaku kepadanya.

"aku tak pernah lelah jika itu kau" bisiknya ditelingaku lalu menjilatnya sekilas.

Kini ia langsung melumat bibirku. "jangan diam saja sayang" ujarnya.
Aku mengerti ia menyuruhku untuk membalas ciumannya.

Axel mendorongku sampai menabrak dinding. "kenapan kau hanya diam saja?" tanyanya kepadaku, aku sangat takut melihat tatapannya.

Tatapannya yang mengintimidasiku, sudah lama aku tak melihat itu.

"axell sampai kapan..." belum selesaiku bicara Axel langsung melumat kembali bibirku. Menggigit sedikit bibir bawahku agar aku membuka mulut.

Axel benar benar berubah, dia tak seperti Axel yang aku kenal.

Dulu dia sangat lembut dan seperti sangat menyayangiku. Tapi kenapa sekarang ia seperti ini? Aku seperti seorang budak baginyam budak untuk memuaskan nafsunya.

"minum ini" ujar Axel memberikan ku sebuah obat.

"axell" jawabku sambil menggeleng.

"minum sayang, jangan buat aku marah oke?" katanya sambil mengelus rambutku.

"axell ku mohon" aku masih belum menyerah untuk menolak obat ini. Karena aku tau pasti ini obat perangsang.

"aku tak suka mengulang omonganku sayang, cepatt!" bentaknya. Dan akhirnya aku pun meminum obat itu.

The Last is You! (Sex University 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang