10. S patner? (21+)

16.1K 288 31
                                    

Kini aku dan Bryan sudah sampai di apartemennya. Kami tidak jadi pergi makan, karena mood ku sudah sangat buruk. Tak ada rasa ingin makan, dan Bryan? Aku tidak tau, tapi ia menurut saja saat ku bilang tak ingin makan.

Bang Jano juga sudah dijalan menuju kemari. Setidaknya aku dan Bryan tak akan hanya berdua dalam waktu yang lama.

"Quin" Bryan yang keluar dari kamarnya setelah mandi menghampiri aku yang duduk di sofa.

Aku langsung bergeser, menandakan aku tak ingin terlalu dekat dengannya.

"kenapa kau seperti itu Quin?" tanyanya.

"Bryan apa kau bodoh? Kau pikir aku akan biasa saja setelah yang terjadi tadi?" kataku dengan nada membentak.

Beginilah wanita, jika moodnya jelek maka ia akan sangat emosional, dan perkataan apapun bisa keluar dari mulutnya tanpa dipikir terlebih dahulu.

"bukannya kau tadi mengatakan jangan membahasnya lagi?" balas Bryan. Dan kini justru ia balik membentak ku.

"heii! kau pikir situasi ini tidak cangung bagi ku! aku takut kau melewati batasan mu lagi seperti tadi" balasku dan membentaknya kembali.

"jika kau masih mau membahasnya kejadian tadi mari kita bahas! Saat dimobil tadi kau sendiri yang mengatakan tak mau membahasnya" Bryan lagi lagi membentakku balik.

"sumpah aku benci kau Bryan! Mood ku hancur! Kau terus membuat aku bimbang! Aku benci!" kataku sambil memukul dadanya dengan sekuat tenaga yang ku punya.

"jikankau masih ragu, maka jangan! Lebih baik kau ragu seperti ini, maka aku masih memiliki kesempatan" ujarnya memegang kedua tanganku yang memukulinya tadi.

"bodoh! Dari dulu! Kesempatan mu sudah dari dulu Bryan!! Tapi sekarang sudah tidak ada lagi!!" kataku membentaknya dan berusaha melepaskan genggamannya.

"jika sudah tidak ada, kenapankau mengatakan kau bimbang? Seharusnya kai sudah yakin sekarang" dan benar yang dikatakan Bryan barusan, seharusnya aku tak bimbang lagi. Berarti aku masih mengharapkan Bryan.

Trrringgggg

Telpon ku berdering.

Ternyata itu bang Jano, aku kira itu Axel.

"hallo" jawabku ketus.

"dek, gue masih cari barang lagi ni. Soalnya nyokap malah nitip yang aneh-aneh" kata bang Jano.

"terserah abang aja, males" jawabku ketus lalu mematikan telponya, aku sangat kesal sekarang.

Axel tak ada kabar seharian, sekarang sudah menunjukan pukul 20.30 tapi dia belum membalas 1pun pesanku.
Lalu bang Jano yang melarang ku ikut, dan tadi mengatakan akan segera pulang tapi nyatanya ia mengatakan harus pergi lagi.

Dan sekarang aku hanya berdua dengan Bryan, sahabat ku yang kini membuat aku takut padanya.

Trrringggg

Hp Bryan berbunyi.

"hallo bang" kata Bryan.

"iya iya, dia lagi bad mood kayanya. Lu kapan pulang? Serem juga gue sama cewek yang lagi bad mood" lanjutnya. Dan aku tau itu oasti bang jano yang menelponya.

"oh yaudah hati-hati" ujar Bryan lalu menutup telponnya.

"Quin, kayanya gue tau malasah diantar kita berdua"

"mungkin lu cuma penasaran sama gue, bukan benar - benar suka sama gue. Kalo emang dulu lu suka sama gue, gak mungkin segampang itu berpaling. Walaupun konteksnya sekarang lu masih bimbang, tapi rasa penasaran lu ke gue yang buat lu bimbang" katanya dan aku mencerna semua kata - kata itu.

The Last is You! (Sex University 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang