Aku terbangun dari tidurku.
Melihat pria yang kubenci namun aku juga masih menyayanginya. Aku tau itu, karena setelah 4 tahun berlalu perasaanku belum berubah. Aku masih tetap menyukainya, meski terkadang hati ku juga sakit karena hal yang dia lakukan kepadaku dulu.
Bahkan sekarang ia malah mengancamku. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan.
Aku merasakan cinta dan benci secara bersamaan.Rasanya tak ingin melihatnya lagi, tapi aku selalu memikirkannya.
"kau sudah bangun?"
Aku yang tadinya menatapnya kini mengalihkan pandanganku.
"kenapa membuang muka?" katanya, dan ia memelukku dari belakang.
"Axel, aku harus pulang" kataku.
"kita mandi dulu ya tapi" ujarnya sambil tangannya meremas payudaraku, karena kami tidur dengan keadaan tidak menggunakan busana sama sekali.
"Axel cukup, aku lelah" bukan hanya lelah secara fisik, tapi hati dan pikiran ku juga lelah karena prilakunya.
"aku tak perduli Quin, bagaimana jika kau pulang lalu file itu ku sebar" bisiknya ditelingaku sambil tanggannya masih terus meraba raba bagian tubuhku.
Aku hanya bisa diam dan menunduk. Lagi lagi dia mengancamku, sampai kapan aku harus seperti ini. Menjadi pemuas nafsunya meskipun aku juga menikmatinya. Itu semua karena aku masih belum bisa nelupakannya dan mencintainya. Sedangkan dia? Apakah dia mencintaiku atai hanya tubuhku?
Aku melakukannya lagi bersama Axel dikamar mandi. Tapi aku tak bisa menikmati permainan ini sepenuhnya, karena tadi Bryan menelpon ku dan aku tidak mengangkatnya.
Pikiran ku terbagi menjadi dua, dan Axel masih saja mempermainkan aku hingga ia puas dan sampai pada pelepasannya.
Sekarang sudah pukul 11 lewat, aku dan Axel baru saja selesai dengan permainan kami.
Aku segera memakai bajuku yang semalam, dan melangakah keluar. Tapi Axel segera menahan tangan ku.
"kalo aku mengirimmu pesan atau menelponmu, jangan pernah mengabaikannya" ujarnya, lalu mencium bibirku sekilas.
"hati - hati sayang". Lanjutnua
Aku berjalan keluar dari kamarnya.
Sepanjang jalan aku menangis, aku merasa seperti tak memiliki harga diri lagi didepan Axel. Dan siapapun yang mengetahuo hal ini pasti akan berpikiran seperti itu terhadapku.
Aku singgah sebentar ke toko kusus kosmetik. Dengan kaca mata hitam aku keluar dan membeli foundation dan bedak.
Tentu saja untuk menutupi warna merah keunguan yang ada di area leher dan dadaku, karena aku tak membawa alat makeup.
Aku telah menutupi semuanya dengan sempurna. Dan menjalankan mobilku ke arah rumah.
Sesampai dirumah aku langsung masuk, dan melihat Bryan yang sedang berada diruang tv bersama bang Jano.
"nah tu dia" ujar bang Jano, dan mereka berdua menoleh kearahku.
"kenapa bang?" tanyaku dengan sesantai mungkin.
"ini Bryan nyariin lu, sampe mau jemput lu ke bogor kalo sore belum pulang juga. Alay lu!!"
"abis Quin gak angakat telpon gue dari semalem, terus tadi pagi juga gitu bang" jelas Bryan kepada bang Jano.
"elah elu, namanya juga dia lagi ngumpul bareng teman. Ya gak mungkin stay dihp lah. Protektif banget lu jadi cowok" kata bang Jano, namun dengan nada mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last is You! (Sex University 2)
RomansaKelanjutan dari kisah Quin, Axel dan Bryan setelah tamatnya "Sex University". Apakah hubungan Quin dan Axel akan berjalan mulus? setelah 3 bulan perjanjian mereka apakah Axel mampu membuat Quin jatuh cinta kepadanya? Lalu, bagaimana dengan Bryan? Ap...