8. Khilaf

9.7K 237 36
                                    

Bryan tak membawa mobilnya, karena mobilnya dibawa olah bang Jano.

Jadi aku dan Bryan berjalan kaki ke apartemen ku, yang memang dekat dari kampus.

Bang Jano belum membalas pesan, dan Bryan tak tau bang Jano kemana. Hanya saja katanya tadi ada urusan.

Rasanya sedikit canggung. Karena hanya kami berdua disini.

Aku dan Bryan duduk disofa depan tv. Dan sepertinya sudah 10 menit kami diam dan sibuk dengan ponsel masing - masing.

Aku yang sibuk mengechat bang Jano, dan Axel yang sedari tadi belum membalas pesan ku.

Sedangkan Bryan hanya membuka instagram dan terus mengscroll nya kebawah.

"ehemm, mau ninum apa?" tanyaku yang berusaha agar tidak canggung, tapi malah semakin canggung.

"bebas aja" balasnya.

Pernah nggak kalian ngerasain, orang yang sangat dekat dengan kalian. Yang kalo udah bareng dia ga tau malu sama sekali, tapi tiba - tiba sekarang kalian merasa cangung satu sama lain? Bagaimana rasanya? Tentu saja sangat tidak nyaman.

"Quin, beli makan ga?" tanyanya.

"emm gue pengen ngemil aja lah"

"yaudah gue pesen cemilan dulu" uajarnya, dan kami kembali diam.

"eh Quin, gue dari tadikam buka ig. Tapi kayanya lu block ig gue ya?" tanya Bryan, dan aku sangat kaget.

"udah gue duga, ig yang ini udah ga lu pake lagi. Soalnya followersnya ga ada anak - anak kampus bahkan abang - abang lu ga follow akun ini. Dan postingan terakhir 1tahun yang lalu" kata Bryan menunjukan Ig lama ku yang memang sudah tak kugunakan lagi.

"tapi gue cari- cari nama lu gak ketemu, pas tadi lu bikin minuman gue cari ig Axel dan dia gak follow akin lu yang ini. Gak mungkin pacar lu ga follow ig lu" lanjutnya.

"gue....."

"salah gue apa? Sampe lo block gue, sampe nama ig baru lu aja gue gak tau. Kok lu jahat sih?" katanya dengan sedikit membentak.

"gue takut, gak bakalan bisa lupain lu, kalo gue masih harus liat lu. Bahkan di sosmed pun gua gak sanggup" dan ya perkataan jujur itu keluar dari mulutku.

"sekarang? Lu udah lupain gue?" tanyanya, namun belum sempat ku menjawab ia melanjutkan "sejak kapan lu suka sama gue? Kenapa lu ga bilang" katanya. Dan posisi kami sekarang semakin dekat.

Aku menunduk.

"Quin, bilang kebgue yang sejujurnya" suara lembut Bryan tentu saja membuat hatiku luluh.

"Bryan, gue... gu gue" kataku terbata-bata karena tak tau harus mulai dari mana.

"Quin tatap mata gue, kita mulai dari awal. Sejak kapan lu suka sama gue? Dan kenapa lu gak bilang apa - apa ke gue?" tanyanya dengan sangat lembut sambil memegang kedua bahuku.

"sejak kita kelas 3 SMP, tapi pas masuk SMA lu jadian sama cewek. Dan gue sadar gue cuma sebatas sahabat buat lu, lu ga pernah mandang gue lebih dari itu" kataku lalu kembali menunduk.

"maaf Quin, gue gak tau. Seandainya gue tau, gue gak bakalan jadian sama cewek itu. Karena yang kaya gue bilang kemarin, gue suka sama lu. Bahkan sebelum lu suka sama gue" kata Bryan.

"lu ngenjauh dan block ig gue biar bisa lupain gue?" lanjutnya. Dan aku hanya mengangguk.

"sekarang. Apa lu udah bisa lupain gue? Apa sekarang lu benar - benar sayang sama Axel?" tanyanya lagi.

"gue gak tau, tapi rasa takut kehilangan Axel udah muncul dihati gue Ian. Tapi lu buat gue jadi bimbang lagi" kali ini aku menjawab dengan sangat - sangat jujur.

The Last is You! (Sex University 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang