"aahhh" desahku saat jari jari Bryan mulai menyusuri tubuhku dengan sabun.
"aku kira aku sudah cukup mengenalmu Quin, tapi aku tidak tau kamu sesensitif ini" bisik Bryan ditelinga ku sambil terus melanjutkan aktivitasnya.
"aahh aku juga tidak tau Bryan" aku masih terus mendesah.
"tapi kamu akan segera tau bahwa yang ku katakan tadi benar" ujar Bryan.
"aku tak ingin melakukannya di kamar mandi Quin, mari kita kekamar" ujar Bryan yang baru sama membersihkan tububku dari sabun dan langsung menggendongku ke kamar.
Sudah lama aku tak melakukan hal ini, sejak terakhir bersamanya di Bogor. Ternyata Bryan cukup ahli, bukan. Tapi sangat ahli dalam membuatku mendesah. Tentu saja, karena Bryan sudah memiliki banyak pengalaman.
Jika dibandingan dengan Axel? Aku tak bisa menentukan siapa yang lebih hebat. Mereka berdua ahli dalam hal ini.
Tunggu tunggu.
Kenapa aku barusan memikirkan Axel. Kenapa aku justru mencoba membandingkan mereka berdua.
"aww" pekikku saat Bryan mulai memasukan miliknya.
"aahh rasanya lebih sempit" ujar Bryan. Dan aku merasakan hal yang sama.
"aahhh Bryannnn" aku tak bisa menahan desahanku ketika Bryan mulai memaju mundurkan miliknya di miss v ku.
"aahhh fasterr" desahku kembali, bukannya mengikuti Bryan justru memperlambatnya dan tersenyum jahil kepadaku.
"Bryann, ahh apa maksutmu. Kumohon" pintaku, karena aku hampir sampai pada puncak kenikmatanku.
"ahh jangan terburu buru sayang" ujar Bryan menggodaku, dan mulutnya kembali bermain di payudaraku.
"eemmpphhh Bryan, faster please"
Akhirnya Bryan nengikuti keinginanku, ia mempercepat temponya dan aku kembali mendesah kenikmatan.
Milik Bryan terasa sedikit lebih panjang, hingga saat ia menekan penuh miliknya, tentu saja langsung mengenai titik terdalamku yang membuatku mendesah hebat karena sensasinya.
"aaahhhh iaannnn ahh" desahku sambil meremas lengannya karena aku sudah samapi pada puncak pertamaku dan ini sangat nikmat.
Tapi dia tak memperdulikan cairan yang keluar dari dalam tubuhku, ia masih terus maju mundurkan miliknya sehingga cairan yang ku keluarkan sebagian masih tertampung didalam sana dan memberikan sensai berbeda.
Bryan sangat handal. Handal dalam permainan ini.
Dan tiba tiba aku teringat, sudah berapa banyak wanita yang merasakan sensai kenikmatan yang ia berikan.
"ahh Bryann.... Berhenti dulu" ujarku sambil memukul mukul dada bidangnya.
"kenapa sayang?" tanyanya, tapi masih melanjutkannya.
"berhentii bryannn" kataku kembali, dan ia mengikutinya tapi tanpa mencabut miliknya.
"kenapa Quin? Ada apa?" tanyanya sambil menatapku, dan begitupun sebaliknya. Aku menatap dia dengan kesal.
"kenapa ekspresi mu seperti itu?" tanyanya kembali, dan mengelus wajahku dengan jemari tangannya.
"sudah berapa banyak wanita yang kamu buat kenikmatan seperti ini?" tanyaku kepadanya. Wajahku terasa sangat panas sekarang.
"jadi kamu memikirkan itu?" ujar Bryan dan justru ia tertwa kecil, membuatku semakin kesal.
"aku tidak ingat Quin, karena yang aku ingat saat bermain dengan mereka hanya kamu" ujarnya dan menciumku sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last is You! (Sex University 2)
RomanceKelanjutan dari kisah Quin, Axel dan Bryan setelah tamatnya "Sex University". Apakah hubungan Quin dan Axel akan berjalan mulus? setelah 3 bulan perjanjian mereka apakah Axel mampu membuat Quin jatuh cinta kepadanya? Lalu, bagaimana dengan Bryan? Ap...