Season 2 : Problem yang tiada henti

2.4K 153 20
                                    

"saat malam kejadian itu, abang ada di restoran kecil di samping hotel. Suara ledakannya, bahkan percikan api dan asapnya sampai sekarang abang bisa mengingatnya dengan jelas" ujar bang Jano dan menangis.

Mendengar perkataannya aku yakin bang Jano menghadapi hari-hari yang sulit sejak kejadian itu.

Aku terus menenangkan bang Jano dengan berkata semua akan baik-baik saja. Meski aku tak tau bagaimana kondisi keluargaku di Indonesia sekarang.

Karena untuk menanyakan kepada bang Jano sekarang bukanlsh momen yang tepat, malah hanya akan membuat bang Jano semakin terbebani.

Namun aku sadar, ada satu orang yang seharusnya kulihat dari tadi

"dimana Bryan?" Tanyaku kepada bang Jano.

"Bryan, dia dirawat dikamar lainnya, lukanya cukup parah namun sekarang sudah membaik" jawab bang Jano.

"untunglah" sautku, karena jujur aku sangat khawatir terhadap Bryan.

"apa keluarganya datang kesini?" tanyaku.

"tidak, Bryan melarang memberitaukan apa yang terjadi padanya ke keluarganya. Maj melihatnya?" tanya bang Jano dan aku mengangguk.

"abang ambil kursi roda dulu" lalu bang Jano keluar dari kamar.

Bang Jano kembali kekamar dengan membawa sebuah kursi roda, dengan bantuannya aku pun duduk dikursi roda tersebut.

Sebenarnya kaki ku tidak apa-apa, hanya saja tubuhku yang masih terasa lemah.

Kami pergi ke kamar Bryan dan bukannya menyapaku, Bryan langsung membuang wajahnya.

"Bryan" panggilku. Dan ia masih tidak juga menoleh.

"gue tinggal kalian berdua ya" ujar bang Jano dan keluar.

"Bryan" ucapku lagi namun Bryan masih dengan posisi membelangiku.

"maaf membuatmu dalam bahaya" ucapnya namun tetap dengan posisi yang sama dengan sebelumnya.

"justru aku yang harusnya minta maaf, dan kamu gak seharusnya terlibat dengan masalah aku dan keluarga Louie" ucapku.

"jadi aku salah?" tanyanya dan langsung menoleh kearahku.

"MAKSUT KAMU AKU SALAH QUIN? APA AKU GAK BOLEH MENCOBA MELINDUNGI KAMU DAN PERASAAN KAMU? AKU LAKUIN SEMUA ITU DEMI KAMU QUIN. AKU GAK MAU PERASAAN KAMU TERLUKA. TAPI TERNYATA YANG AKU LAKUIN ITU SALAH. IYA, MEMANG GAK SEHARUSNYA AKU LAKUKAN ITU. KARENA AKHIRNYA AKU GAK BISA LINDUNGIN KAMU DAN KAMU JUSTRU SEMAKIN DALAM BAHAYA GARA-GARA AKU" bentak Bryan yang sontak membuatku mati kutu.

Aku tak bisa mengucap sepatah katapun karena ia membentakku. Sudah lama aku tidak melihat Bryan seperti ini.

"KAMU, SEBAIKNYA KELUAR. KALO KAMU DISINI, CUMA BAKAL BUAT KAMU DALAM BAHAYA. DAN AKU, AKU GAK BAKALAN PERNAH BISA BERHASIL BUAT LINDUNGIN KAMU SEKUAT APAPUN USAHA YANG AKU LAKUIN. MESKI DIA BERASAL DARI KELUARGA YANG MEMBENCI KELUARGAMU tapi SEPERTINYA dia yang lebih bisa menjagamu" ucapnya lalu kembali membekalangiku.

"pergilah dari sini sekarang, sebelum suatu yang buruk kembali menimpamu lagi" ucapnya.

Mataku berari.
Entah apa yang dimaskut dengan perkataan Bryan.
Tapi aku hanya bisa berharap sekarang mood Bryan sedang tidak bagus dan sebaiknya aku pergi.

Aku oeegi keluar dari kamar rawat Bryan dengan menggunakan kursi roda dan berharapan mood dia akan segera membaik dan dia mengatakan bahwa yang dia ucapkan barusan benar-benar hanya karena moodnya sedang tidak baik.

Sesampai diluar, tepatnya didepan pintu kamar Bryan aku tidak melihat bang Jano. Bukankah seharusnya ia menunggu ku disini?

Deg!!!

The Last is You! (Sex University 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang