34. Kekacauan (2)

4.7K 251 44
                                    

"tunggu dulu, mohon jaga ucapan tante. Ada yang harus saya priksa dari adik saya" ujar bang Tama dan langsung menarikku.

Bang Tama langsung mengangkat bagian belakang baju ku ke atas. Dan terlihat tubuh belakangku yang masih tersisa memar memar waktu itu.

"bang Tama, kenapa?" ujar ku kaget, da langsung menarik bajuku yang ia pegang.

Bang Tama menghela nafas.

"tante salah, bukan adik saya yang pantas di bilang sialan. Tapi anak tante" ujar bang Tama.

"saya baru saja dapat pesan dari seorang. Ia bilang Bryan melakukan sesuatu pada adik saya, dan buktinya dengan melihat punggung adik saya" jelas bang Tama dan memperlihatkan layar hp nya kepada orang tuaku dan keluarga Bryan.

"LIHAT PUNGUNG ADIK SAYA. DAN ANAK TANTE YANG SUDAH MELAKUKANNYA" bentak bang Tama frustasi.

Bagaimana bang Tama mengetahui hal ini? Tentu saja aku yakin Axel orangnya. Pasti dia orang dimaksut bang Tama

Papa dan mama ku langsung melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan bang Tama. Yaitu, mengecek peunggungku.

"yaampun Quin" ujar mama dan papa ku yang terlihat kaget.

"kenapa jadi Bryan yang disalahkan. Pasti dia, dia sendiri yang menggoda Bryan. Atau bisa saja itu perbuatan pria lain" bela mama Bryan sambil menangis.

"Quin bilang yang sejujurnya! Katakan Quin!" bentak bang Tama kepadaku. Sambil memegang kedua bahuku dan menggoyang goyangkan tubuhku.

"maafkan Quin dan Bryan"

Hanya hal itu yang bisa ku katakan. Semua orang terlihat kecewa dengan apa yang sudah kami lakukan. Tentu saja mereka pasti sekarang tau bahwa kami berdua sudah melakukan hubungan badan sebelum menikah.

"tidak, Bryan bukan anak yang seperti itu. Saya kenal anak saya, dia tidak mungkin melakukan itu" ujar mama Bryan.

"maaf" hanya kata itu yang bisa terus ku katakan.

Aku mengerti bahwa mama Bryan sekarang pasti sedang sangat frustasi.

"apa tante nggak keterlaluan. Jika ingin membela anak tante maka jangan salahkan adik saya!" bentak bang Tama kepada Mama Bryan.

"bang, bukannya abang udah keterlaluan bentak mama aku. Mama aku sedang frustasi memikirkan Bryan yang terbaring tak berdaya disana, jadi tolong dimengerti" bela bang Gabson.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain, seperti singa dan srigala yang akan bertanding.

"sudah cukup" ujar papa ku memisahkan mereka berdua, sedangkan papa Bryan masih mencoba menenangkan istrinya.

"maaf, tolong jangan buat keributan dirumah sakit" ujar dua orang security rumah sakit yang menghampiri kami.

Papa dan mama membawa aku dan bang Tama kekamar bang Jano. Meninggalkan keluarga Bryan yang berada didepan ICU.

Bang Jano terlihat sangat kesal, ia bahkan tak mu melihatku. Mama dan papa hanya duduk diam dikursi dan tak berbicara apapun.

"kenapa?" tanya bang Jano kepadaku. Dan aku menggeleng.

Tok tok tok

"permisi" suara itu berasal dari depan pintu. Aku pun berjalan dan membukanya.

"kami dari pihak kepolisian, bisa berbicara dengan Mr. Jurad Jano dan Nn. Quin Michella?" ujar polisi itu.

"iya saya Quin, dan yang terbaring didalam sana abanb saya Jurad Jano" balasku.

"boleh kami masuk?" tanya polisi itu dan aku mengangguk.

The Last is You! (Sex University 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang