14. Apakah Aku Egois?

6.8K 251 29
                                    

"kenapa gue harus kaya dulu?" tanyanya

Aku menghela nafas, tak habis pikir. Bagaimana bisa Bryan sekarang seperti ini.

"hadiah ulang tahun gue" kataku, karena tak tau lagi apa yang harus ku jawab dari pertanyaannya dan masih berharap ia akan luluh.

"emm ada syaratnya" ujarnya lalu menoleh kesekeliling rumah dan mendekatkan wajahnya denganku. Sehingga aku reflek mundur karena rasa khawatir dan takut apa yang akan ia lakukan.

"gue mau bisikin sesuatu" lanjutnya sehingga membuatku terdiam.

"gue bisa lakuin itu, asal lu putus sama dia" bisiknya.

"gimana?" tanyanya.

Aku menggeleng - gelengkan kepalaku. "gak bisa Ian, dia gak salah dan gue sayang sama dia, gak mau nyakitin dia" balasku dan Bryan terlihat menunduk.

"terus gue gimana?" ujarnya dengan nada membentak lalu berdiri berjalan kearah luar rumah.

"Bryan, tunggu" kataku dan mengejarnya.

"Bryan plis, lu itu sahabat terbaik gue" kataku sambil memegang tangan kirinya. Menahannya yang sudah di teras rumahku.

"lu tau gue suka sama lu, tau gue benar - benar sayang sama lu. Dan lu? Lu malah mainin perasaan gue Quin!! Lu yang minta, tapi lu nyuruh gue lupain. Lu yang kasi ijin buat gue lakuin! Tapi sekarang? Seenaknya lu nyuruh gue buat balik jadi Bryan yang dulu? Lu takut gue bilang ke Axel apa yang udah kita berdua lakuin selama dia gak ada ha? Lu takut Axel marah dan pergi ninggalin lu, tapi lu gak mikirin perasaan gue Quin!!" Bryan mengatakannya dengan lantang dan penuh emosi bahkan membuat matanya sampau terlihat nerah, entah ada atau tidak orang yang mendengarnya.

Kini aku hanya bisa menunduk dengan hati yang dipenuhi emosi.

"mau lu sekarang apa Quin? Kita kaya dulu lagi? Segampang itu lu bilang setelah semua yang kita lakuin. Gue gak seberengsek itu, buat ngelupain semuanya dengan mudah. Kalo ada yang berengsek disini. Itu lu Quin, bukan gue" ia berjalan kearah luar menuju pagar. Tak tau kenapa rasanya aku masih harus mengejarnya, karena aku tak ingin semua berakhir seperti ini.

"Bryan Plis tunggu, maafin gu.." belum selesai aku bicara Bryan langsung memotongnya.

"maaf kata lu? Emang lu sadar kalo lu salah? Lu egois Quin, cuma mikirin diri lu sendiri. Lu tau gue segimana sayangnya sama lu, dan itu yang buat lu jadi seenaknya mainin perasaan gue" katanya.

"Bryan gak gitu, gue gak maksut" balasku dengan air mata yang satu persatu mulai menetes.

"lu kaya gini karena takut gue ngomong ke Axel kan? Gue gak akan bilang apa - apa kedia. Tapi gue udah capek kaya gini, gue gak sanggup buat jadi temen lu lagi. Pertemanan kita cukup sampe disini Quin." ujarnya lalu pergi.

Dan kali ini rasanya aku tak bisa mengejarnya, perkataan Bryan semua benar. Jika ada yang berengsek disini, orang itu adalah aku. Aku yang egois dan aku yang secara tidak langsung mempermainkan perasan dua orang pria.

Siapa aku? Sampai punya hak untuk mempermainkan dan menyakiti hati orang lain.
Bahkan Tuhan saja selalu melindungi umatnya dari hal - hal buruk, dan memperbaiki hati mereka yang rusak.

Tapi sifat dasar manusia adalah egois, dan apa salahnya jika aku jatuh cinta? Aku sudah jatuh cinta kepada Axel. Tapi kenapa ini semua berjalan buruk? Ketakutan yang ku miliki menjadi kenyataan.

Aku memang mendapatkan cintaku tapi aku kehilangan sahabat terbaikku. Dan itu semua karena keegoisanku.

******

Hari telah berlalu, sekarang h-3 sebelum pesta ulang tahunku dan bang Jano.

Bryan tak pernah terlihat, bahkan main bersama bang Jano pun sepertinya tidak. Entah apa yang ia lakukan sekarang.

The Last is You! (Sex University 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang