Tubuhku gemetar, detak jantungku tak beraturan.
Telpon barusan menandakan bahwa benar Bryan bekerja sama dengan mereka.Lalu sekarang apa yang harusbaku lakukan?
"Quinn" teriak Axel menyadarkan ku.
"aku akan pergi kesana sendiri, tapi sebelum itu kau harus pergi dari sini. Aku yakin yang abang ku inginkan kau berada disana, jika aku tak membawa mu kesana bisa saja ia menyuruh orang lain untuk membawamu karena targetnya sekarang adalah kau" jelas Axel.
"aku punya kenalan, akan ku hubungi dia untuk membantumu keluar dari sini. Karena anak buahku sendiri justru sudah tidak bisa ku percaya lagi" lanjut Axel.
"lalu jika kau kesana tanpa aku apa yang akan terjadi?" tanyaku kepadanya.
"aku tak tau, tapi yang pasti kau harus pergi menjauh dari Yohan. Urusan Bryan biar aku yang coba selmatkan dia" ujar Axel.
"untuk apa menyelamatkan Bryan? Apa kau yakin Bryan sedang dalam bahaya? Bukankah bisa saja ini sebuah jebakan? Bukan hanya Bryan dan Yohan, tapi kau juga terlibat" ujarku sambil meneteskan air mata.
"SEBENARNYA APA YANG KALIAN INGINKAN DARI KU DAN KELUARGA KU AXEL? APA HANYA UANG YANG KALIAN PIKIRKAN SEHINGGA HARUS SAMPAI SEJAUH INI" teriakku dengan penuh emosi sambil menangis.
"maafkan aku. Entah apa yang kamu pikirkan tentang ku itu urusan belakangan yang penting sekarang adalah Bryan. Ku tanya padamu, apa kau mau aku menolong Bryan atau tidak? Jika kau tidak mau, aku tidak akan pergi karena Bryan bukanlah orang yang penting untukku. Sedangkan kau, Bryan sahabatmu dan cinta pertamamu. Dia memang melakukan kesalahan, tapi ini masih spekulasi ku saja, dan bukankah jika hal itu benar kau sendiri yang harus menghukumnya bukan Yohan ataupun aku" jelas Axel
Aku hanya menunduk sambil menangis.
"Quin, kita tidak punya banyak waktu lagi. Sebaiknya kau lekas memutuskan" ujar Axel
"baiklah, kita harus menyelamatkan Bryan jika memang dia sedang dalam bahaya" jawabku sambil menghapus air mataku.
"mana hp mu? Biar aku menghubungi kenalanku agar mereka mengantarmuk kebandara" ujar Axel.
"aku bilang kita Axel, bukan kau" sautku.
"ta,,,tapi Quin. Kau bisa saja dalam bahaya" ucap Axel.
"yang abangmu inginkan itu aku bukan? Ia ingin bertemu dengan ku kan? Maka aku juga harus bertemu dengannya, aku sangat penasaran kenapa kalian melakukan hal itu" jawabku
"baiklah, aku akan menghubungi kenalan ku dulu untuk berjaga-jaga" kata Axel dan kami beranjak pergi dari hotel.
Perjalannyanya cukup jauh, kami harus menempuh jarak sekitar 1 jam.
"disini?" tanyaku dan Axel mengangguk.
Sekarang kami berada di pelabuhan, dimana terdapat container box dimana-mana.
Kami berjalan cukup jauh dari tempat memarkir mobil hingga tiba disebuah rumah yang terlihat kumuh seperti rumah yang lama ditinggal penghuninya.
Namjn yang cukup aneh, kenapa ada tempat seperti ini di tengah pelabuhan barang.
"selamat datang Queen" ucap pria yang benama Yohan itu.
"Ratu dari Indonesia" sambungnya sambil sedikit membungkukan tubuhnya sehingga wajah kami menjadi sangat dekat dan saling menatap satu sama lain.
"mana Bryan?" tanyaku langsung to the poin.
"wah kau sangat serius nona, tidak bisakah kita berbicara sedikit santai" sautnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last is You! (Sex University 2)
RomantizmKelanjutan dari kisah Quin, Axel dan Bryan setelah tamatnya "Sex University". Apakah hubungan Quin dan Axel akan berjalan mulus? setelah 3 bulan perjanjian mereka apakah Axel mampu membuat Quin jatuh cinta kepadanya? Lalu, bagaimana dengan Bryan? Ap...