Bryan siang ini harus pergi untuk urusan bisnisnya dan aku hanya akan berada dihotel saja. Karena tak mungkin aku keluar dengan keadaan begini.
Kalian tau lengan kananku memar akibat terkena cambukannya, punggungkupun, bahkan betis kananku juga. Ditambah pipiku sedikit memar mungkin karena Bryan yang tadi menutup membungkam mulutku denga tekanan yang cukup kuat.
Dan yang lebih parahnya lagi vaginaku dan nipple ku terasa sangat perih. Aku bahkan tak menggunkan Bra sekarang.
Sebelum Bryan pergi kami menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu dan tentu saja itu pesan antar karena jika aku berjalan vaginaku akan terasa perih.
'Bryan gila' umpatku dalam hati.
Apa Bryan tidak mengobatiku?
Tentu tidak.
Karena tidak da obatnya.Bryan mengatakan saat ia pulang dari rapatnya nanti ia akan pergi membelikan aku obat pereda nyeri dan juga salap.
Kenapa tidak minta anak buahku membelikannya?
Tentu saja aku pergi ke sini tanpa sepengetahuan keluarga ku. Bahkan bang Tama juga tidak mengetahuinya.
Bryan membelikan ku tiket pesawat dan aku membeli tiket kepulangan untukku dan anak buahku. Tapi saat dibandara aku berpisah dengan mereka dan pergi menyusul Bryan ke China.
Aku yakin mereka sekarang sedang pusing mencariku, dan dari kemarin aku juga belum mengaktifkan hp ku sama sekali.
Aku menghidupkan handphone ku dan tak melihat sama sekali pesan whatsapp masuk.
"ahh ini di China" ucapku kepada diriku sendiri.
Aku baru sadar bahwa aplikasi sperti Whatsapp, Line bahkan Gmail sekalipun tidak dapat ku gunakan di negara ini.
Untungnya saja kartuku tetap bisa digunakan karena sudah terdaftar secara roaming.Telponku berdering.
Bang Tama menelpon ku.
Dengan berani aku mencoba mengangkatnya karena aku yakin ia akan sangat marah ke padaku sekarang.
"halo" kataku.
"kamu di mana?" ucap bang Tama yang langsung to the poin sambil berteriak.
"emm maaf tapi Quin lagi pengen liburan" jujur jawabanku sangat tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan. Hanya saja aku tak tau harus mengatakan apa lagi.
"abang tanya kamu dimana Quin!!!" bentak bang Tama.
"di China bang" jawabku gugup.
"sama siapa?" tanyanya tegas.
"Bryan" jawabku masih gugup.
"kamu yang mau ikut dia atau dia yang ajak kamu kesana?" tanya bang Tama.
"Quin yang mau ikut" balasku.
"sekarang anak buah kamu bakal nyusul kami kesana. Dan besok kamu harus pulang sama mereka" ujar bang Tama.
"tapi bang.."
"nggak ada tapi-tapian!!! Kamu gak tau gimana khawatirnya kita kamu ga ada kabar dan tiba-tiba ngilang gitu aja. Pokoknya besok pulang sama anak buah kamu!!!l bentak bang Tama.
"anak buah aku? Bukannya itu anak buah kalian? Anak buah bang Tama, Papa dan Mama. Quin tau kalian khawatir, tapi Quin punya privasi, punya hak buat gak di intilin terus sama orang-orng itu. Quin juga capek kaya gini, capek pura-pura kuat dan anggep semuanya baik-baik aja. Padahal setiap kali ngenjalanin urusan bisnis apa abang tau? Quin rasanya seperti mau muntah melihat semua dokumen-dokumen itu. Dada Quin rasanya sesak setiap dengar obrolan tentang bisnis ini bisnis itu, rapat ini dan rapat itu. Rasanya seperti tercekik dan akan segera mati" ucapku lalu langsung menutup telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last is You! (Sex University 2)
RomanceKelanjutan dari kisah Quin, Axel dan Bryan setelah tamatnya "Sex University". Apakah hubungan Quin dan Axel akan berjalan mulus? setelah 3 bulan perjanjian mereka apakah Axel mampu membuat Quin jatuh cinta kepadanya? Lalu, bagaimana dengan Bryan? Ap...