17. Apa ini?

6.2K 211 62
                                    

"gimana lu bisa kenal adek gue?" tanya bang Tama.

"siapa yang gak kenal sama anggota keluarga Tancuslan" ujarnya lalu kembali melihatku dan tersenyum tipis.

"eh berengsek, ngapain lu liatin adek gue mulu" bang Gabson memegang kerah pria asing itu dengan penuh emosi.

Aku menjadi takut, aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Bang Tama mencoba menenangkan bang Gabson yang sepertinya sudah cukup emosi, terlihat dari matanya yang sudah memerah.

"udah son, jangan kacauin acara ini. Karna itu yang si berengsek ini mau" kata bang Tama, dan bang Gabson melepaskan genggamannya pada kerah pria itu.

"sebaiknya lu pergi sekarang, karena lu gak diundang" lanjut bang Tama berbicara kepada pria asing itu dengan penuh penekanan.

"kata siapa? Adek gue diundang kesini dan tentunya gue juga boleh datang dong, iyakan Quin?" kata pria itu lalu menatapku sambil memberikan senyuman khas nya itu.

Aku kaget, bang Tama, bang Gabson, bahkan Bryan meoleh kearahku.
Aku menggelengkan pelan kepalaku tanda tak tau.

"hm pas banget waktunya, itu adek gue" ujarnya menunjuk kearah pintu masuk.

Aku menoleh kearah pintu itu, diikuti Bryan, bang Tama dan bang Gabson.

Kalian percaya apa yang aku lihat?

Bak tersambar petir, itu yang aku rasakan sekarang.

Axel datang dengan menggandeng seorang wanita. Ia berjalan kearah kami, matanya menatap mataku.
Tapi tak terlihat seperti bagaimana biasanya dia menatapan ku.

Ia menatapku dengan tatapan penuh kesombongan, lalu memalingkan wajahnya kearah wanita disampingnyaa dan tersenyum manis. Seperti yang biasa ia lakukan kepadaku.

"hai Quin, terimakasih untuk undangannya. Dan selamat ulang tahun" ujarnya yang sudah berdiri dihadapanku.

Aku terdiam seperti membatu. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan sekarang, bahkan air mataku pun terasa enggan untuk jatuh.
Rasanya sangat sesak hingga membuat ku sulit bernafas.

Aku yang tadinya menatapnya kini hanya bisa menunduk.
Melihat sepatunya dan high heels milik wanita itu saja sudah membuat kepalaku pusing.

Telinga ku terasa berdengung, suara dalam pesta ini.
Musik Jazz yang terus dimainkan oleh band, suara orang - orang yang berbicara, bahkan suara tawa yang cukup nyaring. Semuanya berdengung ditelingaku.

Suara samar bang Tama yang mengkhawatirkanku sedikit terdengar namun tak jelas. Hingga....

Brruukkk...

"bangsat lu"

Suara itu menyadarkan ku. Aku melihat Axel yang sidah terjatuh. Dan bang Gabson yang sedang menahan Bryan.

"ada apa ini?" tanya Ayah ku yang menghampiri kami, diikuti mama dan bang Jano.

Bang Jano berjalan dengan cepat, sepertinya ia akan melakukan hal yang sama dengan Bryan.

Tapi aku menahannya. Aku memegang tang bang Jano, dan menggelengkan kepalaku dengan pelan.

"kenapa Bryan?" tanya Ayah Bryan yang menghampiri kami.

Semua mata orang - orang yang datang dipesta ini melihat kearah kami.

"maaf, Bryan pamit" ujar Bryan dan langsung pergi meninggalkan pesta.

"Daniel, maaf atas ke kacauan yang Bryan lakukan" ujar ayah Bryan, adn ayah ku mengatakan tidak apa - apa.

Ayah, mama, dan ayah Bryan pergi meniggalkan kami. Mengatakan kepada para tamu tidak terjadi apa - apa dan ini hanyalah masalah anak muda. Tapi aku tau ayah sangat marah, entah tatapan kemarahannya itu untuk siapa.

The Last is You! (Sex University 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang