Bab 17. Bullying

84 37 5
                                    

Selasa pagi 🌄

Seperti biasanya, setelah sholat subuh Shaquilla akan menjemur pakaian yang tadi malam ia cuci.
Terkadang abangnya datang membantu jika pria itu sedang tidak buru-buru berangkat kerja.

"No... not today" senandung Shaquilla tak jelas.

==

Setelah selesai bersiap-siap, Shaquilla turun untuk ikut bergabung sarapan dengan keluarga lainnya.

"Pagi!" sapa Shaquilla riang seperti biasanya.

"Pagi" balas Adam, Satria dan Imam.

==

"Sudah" ucap Imam setelah memeriksa jarum dan tali sepatu sang kakak.

"Lain kali, kalau nggak bisa jemput telfon abi atau Bang Satria aja. Jangan lagi kaya kemarin" peringat Shaquilla.

"Iya, lagian kan Kak Azka nggak nolak kok." Imam masih mencoba membenarkan perbuatannya kemarin.

"Dia bakal merasa nggak enak kalau nolak Bakwan! mikir dong!"

"Iya... iya, slow aja kali ngomongnya." Imam menyimpan helm yang baru Shaquilla kenakan.

"Gue berangkat" ucap Imam lalu tancap gas.

"Eh, tapi emang manusia kaya Kak Azka punya perasaan nggak enakan?" Shaquilla jadi bingung sendiri. "Kayanya nggak deh" Shaquilla melanjutkan langkahnya memasuki area sekolah.

Brubukk...

"Astagfirullah" ucap Shaquilla sambil meringis pelan saat ia tersungkur dilantai koridor. Kali ini bukan salah tali sepatu, tapi karena seseorang menyenggol Shaquilla dengan sengaja.

"Rasain" ucap si pelaku pelan, lalu pergi begitu saja.

Shaquilla berdiri, dan menatap punggung orang itu lekat.

"Sha, liatin siapa?" tiba-tiba Galang datang.

"Eh, Kak Galang. Bukan siapa-siapa kok kak" balas Shaquilla tersenyum lebar.

"Bentar lagi masuk, buruan ke kelas" ujar Galang yang juga tersenyum manis sehingga menampakkan dimplenya, Shaquilla dibuat keras menahan rasa gugupnya.

"I-iya kak, Shaquilla permisi ya" Shaquilla langsung pergi, meninggalkan Galang yang memperhatikannya sambil tersenyum gemas.

"Imut" gumam Galang pelan.

==

"Jadi, tadi lo disenggol sama Kak Ardilla?" Shaquilla mengangguk membenarkan.

"Terus dia juga bilang, 'Rasain' katanya" cerita Shaquilla pasal dirinya yang tadi tersungkur di koridor karena perbuatan sang kakak kelas bernama Ardilla.

"Mungkin karena kejadian kemarin, jadi dia salah paham?" Helena berkomentar.

"Kejadian kemarin?" ulang Shaquilla.

"Oh iya! Kak Ardilla kan suka sama Kak Gavian" Marcella berucap sedikit keras, beberapa pandangan manusia di kantin langsung tertuju pada mereka.

"Bisa nggak sih, volume suara lo dikecilin dikit" Helena memandang Marcella tajam.

"Nggak bisa, emang gue tv atau handphone yang volumenya bisa diatur" balas Marcella tak kalah menatap Helena tajam. Kedua orang ini selalu saja ribut, padahal satu meja lohh. Tapi anehnya, nggak pernah tuh marahan sampe berhari-hari. Paling lama hanya 1 jam.

"Jadi, Kak Ardilla beranggapan rumor itu bener. Terus Kak Ardilla benci sama Shaquilla" ringkas Kartika, Marcella mengangguk.

"Kok kaya yang di novel-novel ya, ini mah nanti ujung-ujungnya pembuliyan"

The Careless GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang