Sedikit informasi, dalam menulis part ini saya akui saya menangis 😬. Entah mengapa jika berhubungan dengan masalah orangtua, selalu membuat saya terbawa perasaan.
Adakah yang sama?
Okay, langsung saja⤵️
🌺🌺🌺
"Beneran nggak papa?" tanya Imam yang berdiri di depan pintu kamar Shaquilla.
"Iya, cuman masalah sepele kok. Paling besok udah baikan" jawab Shaquilla berbohong. Ia berkata kalau penyebab dirinya menangis tadi siang adalah karena bertengkar dengan Marcella. Maafkan Shaquilla yang membawa-bawa nama Marcella dalam kebohongannya.
"Yaudah, besok bicarain baik-baik. Temenan kok berantem"
Shaquilla mengangguk, "udah sana" usir Shaquilla lalu menutup pintunya.
Imam sampe mundur beberapa langkah menatap pintu yang ditutup dengan sedikit kuat didepannya.
==
Shaquilla melirik jam yang menunjukkan pukul setengah empat. Ia memutuskan untuk mandi, tapi entah mengapa kejadian tadi terus saja muncul di kepalanya. Ucapan Azka terus terngiang-ngiang di otaknya.
Shaquilla menangis dibawah shower yang menyala. Shaquilla memang tak tahan dengan kata-kata kasar dan pedas. Ia mudah terbawa perasaan sehingga ia terluka.
"Apa salah gue? Gue nggak pernah mau terlahir seperti ini. Gue juga mau seperti orang pada umumnya, tidak ceroboh dan tak merepotkan. Tapi-- hiks, Ya Allah kenapa sesakit ini" lirih Shaquilla masih menangis. Rintikan air dari shower menyamarkan tangisannya.
Shaquilla berdiri dengan lemas, mematikan shower lalu menatap wajahnya pada kaca yang ada di kamar mandi miliknya.
"Quilla harus kuat, nggak boleh kaya gini. Nggak papa dia benci aku, yang terpenting masih banyak yang sayang sama aku" monolognya meyakinkan dirinya sendiri.
Shaquilla beristighfar beberapa kali, lalu melanjutkan mandinya.
==
"Kenapa muka Quilla pucat?" tanya Satria menatap Shaquilla teliti.
"Nggak papa bang" jawab Shaquilla.
"Quilla tunggu sebentar, abang masakin makanan dulu buat Quilla makan, terus nanti biar minum obat, oke." Tutur Satria mengelus kepala Shaquilla yang dibalut jilbab instan warna pink.
Shaquilla mengangguk, lalu berjalan perlahan menuju meja makan.
"Abi belum pulang?" tanya Imam yang baru turun dari kamarnya.
"Belum, katanya ada perlu sama Om Fathanael. Jadi pulangnya telat" jawab Satria yang sudah berjalan menuju dapur.
"Lo sakit kak?" tanya Imam menempelkan punggung tangannya ke dahi Shaquilla.
"Eh, iya. Panas"
"Mam bantuin sini" panggil Satria dari dapur.
Imam pun menurut, keduanya asyik memasak di dapur. Sedangkan Shaquilla duduk di kursi ruang makan dengan kepala yang ia telungkupkan diatas meja makan.
Perlahan memejamkan mata, kepalanya pusing mungkin dengan tidur akan reda pikirnya.==
Shaquilla meringis pelan saat kepalanya terasa sakit, pandangnnya buram sehingga ia beberapa kali mengerjap untuk menetralkan penglihatannya.
Ia menatap sekeliling, matanya menangkap ruangan bernuansa putih.
"Abi" lirihnya pelan.
"Iya sayang, abi disini" balas Adam yang memang sejak tadi setia duduk di sebelah ranjang RS yang Shaquilla tempati.
![](https://img.wattpad.com/cover/250285500-288-k371546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Careless Girl
RomansaKarya ke-5 🤧😍 Selamat menikmati hasil imajinasi saya>.< ~The Careless Girl~ Tokoh : ~Azka Nathanael Calvindes ~Shaquilla Fridavani Az-Zahra ~••~ WORK V ~••~ DON'T COPY MY STORY!!! Copyright© Just_9irl🍁 Mulai : 06 Desember 2020