Bab 44. Pahit & manis

34 8 1
                                    






🌺🌺🌺








"Subhanallah, cantik banget." Shaquilla terkagum-kagum melihat pemandangan dari villa yang berhadapan langsung dengan pantai.

"Dek,"

Shaquilla menoleh, dan mendapati Satria disana.

"Nih koper kamu," ucapnya.

"Oh astaga, kelupaan. Hehe,"

"Mandi lalu sholat. Jam lima kita berangkat ke pantai, mau liat sunset kan?"

Shaquilla mengangguk semangat.

===


"Mam, kesana yuk." Ajak Shaquilla.

"Ngapain?" tanya Imam.

"Fotoin."

Imam pun berdiri dari duduknya.

"Mau kemana?" tanya Satria.

"Kesana, Kak Quilla mau foto-foto katanya." Jawab Imam jujur.

Imam dan Shaquilla pun berlalu pergi.

"Ikut sana," ujar Fathanael.

Azka pun berdiri dari duduknya, berjalan santai mengikuti langkah kakak beradik tadi.

"Satu...dua...ti...ga"

Ckrekkk

Ckrekkk

"Sana berdua, biar kakak fotoin." Tawar Azka. Imam pun memberikan handphonenya pada Azka dan menghampiri Shaquilla.

Kakak beradik itu berpose berbagai gaya. Hanya Shaquilla sih, kalau Imam hanya pose jempol sama dua jari.

"Kak Azka nggak ikutan? Sini kita selca." Ajak Shaquilla.

Azka menggeleng.

"Sini kak, kenang-kenangan." Imbuh Imam.

Azka tetap menggeleng tak mau. Dia paling anti sama kamera, tapi suka sama fotografi. Gimana coba tuh?

Pada akhirnya Azka pun ditarik paksa oleh Imam dan Shaquilla.
Beberapa jepretan foto berhasil diambil. Tak buruk, Azka cocok jadi model. Posenya natural dan keren tentunya. Azka gitu loh😎



===




Makan malam telah berakhir, kini mereka tengah berbincang santai sambil menikmati dessert yang dipesan sebelumnya.

"Shaquilla, gimana? Udah ada kemajuan sayang?" tanya Patricia.

"Sedikit tante, beberapa udah mulai ingat tapi masih rada samar-samar."
Jawab Shaquilla.

"Syukurlah kalau begitu."

"Rencana Shaquilla mau lanjut kuliah dimana? Atau mau langsung nikah?" kekeh Fathanael.

"Pa," tegur Patricia.

"Becanda," kata Fathanael kemudian. "Tapi kalau emang Shaquilla mau, boleh kok. Bukan begitu Azka?"

Semua tatapan langsung tertuju pada Azka. Terutama Shaquilla, ia penasaran dengan respon Azka.

Azka mengangguk pelan. Mata Shaquilla sontak membola, kaget tentunya.

"Gimana?" tanya Fathanael kemudian menatap Shaquilla.

Shaquilla diam seribu bahasa, tak tahu harus memberi tanggapan seperti apa. Hingga...

"Hahaha, Kak Azka sama Om Fathanael pinter akting ternyata." Tawa Shaquilla garing.

"Aku serius," ujar Azka.

The Careless GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang