Part 29

1.2K 105 0
                                    

Masih lima hari lagi untuk sampai ke hari yang Azlan janjikan. Rutinitas berjalan sebagaimana mestinya. Ava rutin berkunjung ke rumah Rommy ketika sampai hari jum'at kemarin gadis itu tidak masuk sekolah. Dan kini sudah hari Senin lagi, sahabatnya itu lekas membaik, karena kedua orang tuanya pun memberikan support alih-alih menyalahkan Rommy atas kondisinya.

Bukan berarti kedua orang tua Rommy membenarkan sex before marriage, atau tindakan menerima yang mereka lakukan dianggap sebagai pembenaran, tentu saja tidak. Tapi menyalahkan Rommy atas semuanya juga bukan tindakan yang tepat. Semua sudah terjadi, tugas mereka sebagai orang tua selanjutnya adalah memberikan support dan edukasi tentang cara menjadi orang tua pada gadis remaja tersebut.

Tapi sungguh, meski kedua orang tua Rommy bersikap demikian, tidak diragukan lagi bahwa mereka pun sedih, kecewa, dan merasa gagal. Ya jelas, orang tua mana yang adem ayem saja saat anak gadisnya ternyata hamil di luar nikah, bahkan saat belum lulus SMA.

Ava beberapa kali tak sengaja mendapati Saras menangis sendirian atau Bakrie melamun dengan ekspresi sendu. Itu menyakitkan. Bahkan Ava yang bukan siapa-siapa saja bisa merasakan kesakitan mereka.

Hal lain yang agak mengherankan, selama hampir satu minggu kemarin Reynald pun tak masuk sekolah. Entah apa yang terjadi. Tapi kalau Ava boleh berharap, semoga Reynald merasa bersalah.

"Mau makan di mana?" tanya Rommy saat bel istirahat baru saja berbunyi.

"Dedek mau makan di mana?" tanya balik Ava, bermaksud ingin bertanya keinginan bayi di dalam perut Rommy.

"Dedek lagi pingin bakso–"

"Jijik banget sih, Rom! Dadak Dedek Dadak Dedek! Geli banget dengernya!"

Suara mengejutkan yang memotong ucapan Rommy barusan membuat Ava dan Rommy refleks menoleh dengan wajah pias, bisa-bisanya mereka mengobrol tentang kehamilan Rommy dengan santainya. Padahal jelas-jelas itu bukanlah suatu hal yang boleh diketahui penghuni sekolah.

"Arjuna!" Lily menyenggol lengan sang ketua kelas itu dengan jengkel. Ngomong-ngomong, mereka berdua—Lily dan Arjuna—pacaran sejak beberapa waktu lalu. Bukan hal yang mengejutkan juga sebenarnya, Arjuna beberapa kali terlihat dekat dengan Lily melebihi hubungan antara ketua dengan sekretaris kelas. Hemm, padahal Arjuna mengatakan dia suka Ava, iya kan? Oke! Itu hanya candaan.

Kembali lagi pada keempat penghuni kelas XII IPA 3 itu. Arjuna terlihat terkekeh, tapi suara seseorang lagi terdengar menyetujui ucapan Arjuna.

"Iya, nih! Jijik ah, Rom! Ava lebih cocok jadi Dedeknya daripada lo!"

Jenny, gadis itulah yang baru saja bersuara. Membuat Ava dan Rommy saling pandang. Seakan mengatakan: Memangnya kita tadi ngomong apa sih? Kok reaksi mereka nggak kelihatan kaget?

"Suka-suka mereka lah!"

Serempak lima orang di dalam kelas XII IPA 3 itu menoleh ke arah pintu, tempat suara itu berasal. Dan di sana sudah berdiri seorang cowok yang membawa sebuah paperbag di tangan kanannya.

"Canda doang elah! Ngegass amat lo jadi Abang!" balas Arjuna melangkah mendekati Rudi dan menepuk pundaknya pelan sebelum akhirnya menghilang di balik pintu kelas diikuti Lily di belakangnya.

Sedangkan Jenny hanya terkekeh dan kembali sibuk dengan kegiatan awalnya, mengotak-atik kamera, sepertinya dia menyukai dunia fotografi sejak acara 17an waktu itu.

"Ngapain lo?" tanya Rommy setelah Rudi masuk ke kelasnya.

Rudi mengangkat paperbag yang dia bawa, "Gue bawa ayam, lo pengen makan ayam kan tadi pagi?"

Kalau Jadi Jodoh (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang