Part 18

1.4K 116 0
                                    

Ava bertos ria dengan teman satu kelasnya di lapangan. Tak masalah mereka mendapatkan juara 2, tak masalah juga telapak tangannya berdarah karena tergesek lapangan saat terjatuh di pos pertama tadi. Karena pengalaman hari ini benar-benar menyenangkan.

Setelah ini Ava sudah bisa istirahat, sedangkan perlombaan yang lain masih berlangsung. Ava ingin pulang, menjenguk Azlan. Dia takut cowok itu kesulitan di rumah, Ava sudah bilang kan? Azlan tak suka dibantu dengan para pelayannya.

Tapi bagaimana caranya? Haruskah dia membolos lagi? Yang benar saja.

"Va!" seruan itu membuat Ava dan Rommy menoleh ke asal suara. Jenny berlari tergesa dengan sebuah kamera DSLR tergantung di lehernya.

Waw! Jadi akhirnya Jenny belajar menggunakan kamera dan memilih ikut dalam lomba vidgram?

"Lo jadi ikut lomba vidgram Jen?" tanya Rommy sepemikiran dengan Ava. Tampak takjub karena sebenarnya Jenny tak pernah mau memegang kamera sebelum ini.

"Eh? iya."

"Siapa yang ngajarin pakai kamera?" tanya Rommy lagi. Tak bisa membaca situasi bahwa Jenny terlihat buru-buru.

"Itu– Arjuna."

"Waaaahhh!!" Rommy bersorak sedangkan Ava terkekeh.

"Ish! Tapi gue bukan mau ngomongin kamera," Jenny akhirnya kembali tersadar dengan tujuan awalnya menemui Ava.

"Oh gitu? Terus?" tanya Rommy dengan alis terangkat.

Jenny menoleh pada Ava dan berkata,"Lo ditunggu Azlan di kantin."

Ava mengerutkan alisnya, "Dia sekolah?"

Jenny mengangguk, gadis itu mengalihkan atensi ke arloji di pergelangan tangannya, "Gue mau ke lomba padus dulu deh, semoga kelas kita belum mulai, duluan guyss!" katanya lalu melambaikan tangan.

Selepas kepergian Jenny, Ava dan Rommy saling pandang. "Lo ikut kan?" tanya Ava memastikan.

Rommy menggeleng dan tersenyum kecut, "Kayaknya enggak, gue... agak nggak nyaman sama temen-temennya Azlan."

"Loh, kenapa?"

Rommy menggeleng dan tersenyum saja. Terlalu berbeda dengan sikap bar-bar yang dia tunjukkan biasanya.

"Gue serius loh Rom, kalau ada masalah, cerita sama gue. Disini nggak cuma gue yang cerita soal masalah gue sama lo, tapi juga sebaliknya."

"Nanti," Rommy menjeda, "Kalau gue udah siap cerita, gue pasti cerita."

Ava terdiam agak lama hingga akhirnya memilih mengangguk mengerti, "Jadi? Lo beneran nggak ikut nih?"

Rommy menggeleng.

"Lo mau kemana habis ini?"

"Paling gue lihat lomba. Santai aja, gue anaknya easy going, temen gue banyak. Nggak kayak lo."

Ava mencibir tapi tidak membantah.

"Yaudah, gue pergi, daah!" Ava melambaikan tangannya.

"Papai!" Balas Rommy ikutan melambaikan tangan.

Sampai di pinggir lapangan, Ava menoleh pada Rommy dan mendapati sahabatnya itu sudah bergabung dan tampak akrab dengan penghuni kelas XII IPA 3 yang lainnya. Ava tersenyum lalu melanjutkan langkahnya.

Rommy bisa tetap menikmati waktu tanpa Ava di sekolah. Lain halnya dengan Ava. Ingat kan? Saat seminggu Rommy tak masuk, Ava menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah untuk membaca komik. Bukan berarti dia suka membaca komik dan aroma buku perpustakaan, tidak, dia biasa saja. Ava memang pintar, tapi tak terlalu suka membaca. Meskipun agak janggal karena biasanya orang pintar itu suka membaca. Tapi entahlah, Ava hanya dikaruniai otak cerdas yang gampang menangkap sesuatu. Dan ya, karena dia seorang pelajar, maka dia pintar dari segi akademik sekolah. Kalau pengetahuan umum belum tentu. Karena kembali lagi, Ava tak terlalu suka membaca.

Kalau Jadi Jodoh (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang