Ava menatap jam tangannya lalu menghela napas panjang—yang entah sudah keberapa kali untuk pagi ini. Sejak duduk di halte bus, tanpa sadar Ava melakukan kegiatan itu berulang-ulang. Di samping Ava ada Azlan, cowok itu tengah memejamkan mata sambil mendengarkan musik lewat earphone.
Kata ramalan cuaca, hari ini akan turun hujan. Karena alasan itulah Azlan tak mau membawa motornya dan memilih naik bus kota—padahal biasanya tidak begitu. Langit sedang cerah sekali, tapi siapa tau nanti benar-benar hujan.
Ava diharuskan mengikuti Azlan. Selalu saja mengikuti Azlan. Bahkan jika Azlan jalan kaki ke sekolah, mungkin Raisa akan tetap menyuruh Ava mengikuti Azlan. Kalau begitu, kenapa tidak sekalian saja Azlan mati, Ava disuruh ikutan!
"Huaaaa!!! Gue mau—"
"Brisik!" potong Azlan merasa terganggu, dia membuka mata dan melemparkan tatapan setajam silet pada Ava.
"Yon! Kenapa nggak beli mobil aja sih? Kenapa kita harus capek-capek nungguin bus di halte kayak gini? Kita bisa terlambat!"
Azlan tersenyum sinis, "Manja banget sih jadi cewek! Lo mau morotin duit gue? Inget, disini bukan lo yang manfaatin gue, tapi gue yang manfaatin lo. Jadi cewek jangan terlalu materialistis kenapa sih?!"
Ava merapatkan bibirnya menahan sumpah serapah yang akan keluar. Dia memilih membuang pandangan ke arah depan. Kalau tidak begini mungkin bisa saja Ava merobek mulut kasar cowok tampan di sampingnya itu.
Beberapa orang mulai berdatangan. Halte yang tadinya hanya ada Azlan dan Ava, kini mulai padat. Tentu bukan saat yang bagus untuk mengajak Azlan berdebat.
Drrrt! Drrtt!!
Merasakan ponselnya bergetar, Ava merogoh saku jas almamater yang dia kenakan. Begini lebih bagus. Kenapa tidak daritadi saja Ava sibuk dengan ponselnya. Daripada dia bosan dan malah memikirkan kejelekan Azlan.
Dylan❤:
Pagi AvaAva mengerjap beberapa kali. Ini nyata Dylan menyapanya pagi ini?!! Mimpi apa dia semalam?
Dylan❤:
Soal data yang gue minta tadi malam, kayaknya gue aja yang ke kelas lo, gimana?
Nggak papa kan?Ava sontak berdiri sambil menutup mulutnya tak percaya.
Seriusan Dylan mau datang ke kelas gue?!! Ya Tuhaaaannnn!!! batin Ava berteriak senang.
Hampir saja Ava lupa mengetikkan balasan sangking tak percayanya. Oke, jika bersangkutan dengan Dylan, Ava memang bisa jadi gadis yang sedikit berlebihan. Kalian mungkin akan jijik.
Cepat-cepat Ava mengetikkan balasan untuk sang pujaan hati. Senyum di bibirnya belum memudar.
Ava:
Selamat pagi juga DylanAva hampir saja menekan emot hati untuk Dylan. Tapi untungnya akal sehatnya kembali. Gadis itu terkikik memikirkan ekspresi apa yang akan muncul di wajah Dylan jika dia benar-benar mengirimkan emot hati. Mungkin shock? Haha! Atau malah menganggap Ava aneh? Ugh.
Ava:
Nggak papa Dylan:))
Boleh banget ke kelas
Tapi apa nggak sebaiknya gue yang ke kelas lo aja? Biar lo nggak terlalu repot

KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Jadi Jodoh (Selesai)
Novela Juvenil-Azlan Zaydan Eithar- *** Judul: Kalau Jadi Jodoh Penulis: Leli Liliput Status: Selesai Genre: Fiksi Remaja *** Ava bertemu lagi dengan Azlan setelah bertahun-tahun lamanya karena sebuah perjodohan. Seharusnya Ava senang, dia sangat menyukai Azlan...