"Gue duluan, ya!" Ava berdiri dari tempatnya saat mercedes benz merah milik Reksa sudah terparkir di depan cafe. Kerja kelompoknya sudah selesai sejak beberapa waktu lalu.
Melihat teman-temannya mengangguk, Ava bergegas menemui Reksa.
"Jadi kita mau ke rumah Reynald?" tanya Ava saat mobil sudah melaju bersama kendaraan lain di jalan raya.
Reksa menoleh ke arah Ava sebentar, "Enggak, bukan ke rumahnya. Kita ke rumah sakit."
"Rumah sakit?"
"Dia di sana, sejak dua hari yang lalu."
Ava menelan ludahnya, "Dia kenapa?"
Reksa menoleh ke arah Ava lagi, kali ini agak lama, menjawab "Nanti lo juga tau," lalu kembali fokus pada jalanan di depannya.
"Beli buah dulu."
"Nggak usah."
Ava menoleh pada Reksa dan mendapati cowok itu menatap jalanan di depannya tanpa ekspresi berarti. Mungkin sebenarnya, Reksa masih kesal pada Reynald.
Sisa perjalanan dilalui keduanya dalam keheningan. Begitu sampai di rumah sakit, keduanya masih diam dengan Ava yang setia mengikuti langkah Reksa.
"Kenapa baru sekarang lo ngomong ke gue, sat?!"
Suara familiar itu membuat Ava refleks berhenti dan menoleh ke sumbernya, sedangkan Reksa masih berjalan. Di selasar yang cukup sepi di bagian departemen kesehatan anak itulah Ava melihat dua orang cowok tengah berbicara. Azlan dan Dylan.
Wait... Azlan dan Dylan?
Mengabaikan Reksa yang sudah cukup jauh menuju ruang perawatan Reynald yang berada di departemen lain, Ava memilih tetap berdiri di tempatnya. Memang tidak sopan menguping pembicaraan orang lain. Tapi itu salah mereka karena tidak berbicara di tempat yang lebih pribadi dan malah melakukannya di selasar rumah sakit seperti ini. Lagipula, sejak lama Ava kan penasaran dengan hubungan antara Azlan dan Dylan. Jadi salahkan saja sisi keponya. Oke, salahkan Ava juga tak apa, dia tak peduli.
"Gue pikir gue bisa sendiri. Sekali aja, gue pengen sekali aja nggak nyusahin lo," Dylan berbicara dengan nada sendu.
"Lo nggak pernah nyusahin gue."
Ava mengangguk-anggukan kepala paham, benar kan, mereka lebih dari sekedar kenal seperti dugaannya selama ini. Tapi yang dia tidak paham, kenapa Dylan merasa bahwa dia menyusahkan Azlan?
"Mereka bukan tanggung jawab lo," kata Azlan setelah keduanya diam selama beberapa saat.
Dari tempatnya berdiri, Ava bisa melihat Dylan yang masih menunduk, tapi kini tangannya mengepal erat. Mendadak rasa khawatir itu muncul, jangan sampai mereka baku hantam di rumah sakit ini. Kan tidak lucu sama sekali.
"Bagian mana yang bukan tanggung jawab gue, hah? Kyla istri gue, dan Axelion anak gue."
Ava mematung sejenak, memproses pengakuan Dylan barusan.
Wait... what?!! Ava menutup mulutnya terkejut, Jadi selama ini Dylan udah nikah?! Bahkan udah punya anak?!!
Tapi itu bukanlah satu-satunya hal yang membuat Ava terkejut, melainkan ucapan Azlanlah yang hampir membuatnya serangan jantung di tempat. Dia tidak hiperbolis, serius.
"Axelion bukan anak lo, dia anak gue. Nggak peduli lo yang maju nikahin Kyla, tapi dia tetap anak gue, tanggung jawab gue. Jadi jangan pernah merasa terbebani cuma karena gue yang keluar uang. Itu bukan buat lo, tapi buat anak gue."
Azlan mengatakan 'anak gue' seakan menekankan hal itu. Dan Ava tak punya alasan untuk bertanya 'Gue nggak salah denger?' Karena jawabannya sudah jelas, cowok itu bahkan mengulangnya sampai tiga kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Jadi Jodoh (Selesai)
Teen Fiction-Azlan Zaydan Eithar- *** Judul: Kalau Jadi Jodoh Penulis: Leli Liliput Status: Selesai Genre: Fiksi Remaja *** Ava bertemu lagi dengan Azlan setelah bertahun-tahun lamanya karena sebuah perjodohan. Seharusnya Ava senang, dia sangat menyukai Azlan...