Part 34

1.3K 111 5
                                    

Ava tengah memakai skincare sebelum tidur ketika telinganya menangkap dering ponselnya yang berbunyi. Dia beranjak dari tempatnya dan meraih ponsel yang tergeletak begitu saja di karpet kamarnya.

Nomor tidak dikenal.

Ava berkerut alis tapi tetap menjawab panggilan tersebut. Mengaktifkan pengeras suara, Ava kembali duduk di depan meja rias.

"Halo?" sapa Ava lebih dulu.

"Kakak ipar, kan?" tanya suara di seberang telepon memastikan.

"Ini... Rafael?" tebak Ava tak yakin.

Suara di seberang telepon berdecak. Membuat senyum tanpa sadar tersungging di bibir Ava.

"Maaf deh, Raja ya?" Ava tertawa setelahnya.

"Lo nggak pernah save nomor gue, Kak?" tuduh Raja.

"Ini lo nanya?"

"Iya."

"Pake nada dikit kek, lagi badmood atau gimana sih?" Ava tergelak lagi.

"Ya maap."

"Gue save nomor lo kok! Tapi ini nomor baru kan, jelas aja gue nggak punya!"

"Udah dari lima bulan yang lalu kali, Kak."

"Oh ya? Ya gimana, kita kan jarang banget chatan atau telponan."

"Iya juga."

"Jadi, ada apa nih tiba-tiba telpon?"

"Gue denger besok Kakak mau main ke rumah."

"Eh? Tau dari siapa?"

"Dari Abang."

"Ohh..." Ava mengangguk-angguk. Sebenarnya dia tak yakin akan diajak ke kediaman keluarga Eithar. Rencana itu dibuat sebelum pertunangannya dengan Azlan putus. Kalau sudah putus begini, apa dia tetap harus datang ke sana? Beberapa hari ini dia hampir tak pernah melihat Azlan. Mereka tak lagi berangkat bersama meski dia pernah melihat mobil yang dikemudikan Pak Raden menunggunya di depan rumah—sehari setelah Azlan mengatakan putus. Karena Ava bersikeras menolak diantar, esoknya sampai dengan hari ini, dia selalu berangkat sendiri. Kalau tidak diantar Raisa, ya berarti naik bus.

Yang aneh adalah, hingga detik ini, Raisa tak pernah membahas tentang pemutusan perjodohan. Apa Azlan belum mengatakan hal itu pada orangtuanya? Apakah harus Ava yang mengatakannya pada Raisa?

"Nggak tau deh, jadi apa enggak," ucap Ava akhirnya.

"Kok gitu? Abang udah suruh gue jemput Kakak besok."

"Lo disuruh jemput gue? Kenapa?"

"Katanya Abang sibuk. Datang terpisah. Kok Kakak nggak tau? Ini lagi berantem?"

"Enggak."

"Terus kenapa?"

"Ya dia belum sempat ngomong aja kayaknya."

"Jangan berantem. Gue kasih satu rahasia, Abang tuh masih bucin sama Kakak."

"Bucin apanya?" Ava mendengus geli.

"Nggak percaya? Kakak nggak pernah lihat hasil foto di festival 17 Agustus waktu itu?"

Oh iya! Ava baru sadar. Padahal dia seharusnya menunjukkan foto itu pada Rommy.

"Belum sempat..."

"Pantesan. Intinya, Bang Azlan masih bucin sama Kakak. Abang itu gengsinya aja yang gede."

Kalau Jadi Jodoh (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang