Part 39

1.4K 104 1
                                    

Entah berapa lama Azlan dan Ava diam sejak cerita itu diakhiri, yang pasti keheningan di antara keduanya baru terpecahkan saat Raja tiba-tiba muncul dari dalam rumah.

"Bang Dylan sama Kak Kyla udah datang," ucapnya malas-malasan memberitahu.

Azlan cepat saja beranjak dan mulai melangkah mendekati Raja, "Di mana mereka?"

"Ruang tamu."

"Mama sama Papa di sana juga?"

Raja mengangguk saja sebagai jawaban. Melihat itu, Azlan menoleh ke arah Ava selama beberapa saat, lalu mengajaknya masuk, sedangkan Raja tetap tinggal.

Mereka baru sampai di ruang keluarga, masih ada sekat yang harus mereka lewati untuk sampai ke ruang tamu ketika suara Bagas terdengar.

"Om nggak akan ganggu, tapi tolong ceritakan yang sebenar-benarnya. Ceritakan apa yang waktu itu kalian katakan pada Om. Om mohon, jangan kecewakan Om lagi untuk yang kedua kalinya."

Kedua alis Azlan sedikit merapat mendengar hal itu. Terlalu naif jika menganggap bahwa barusan Bagas benar-benar memohon. Pria itu mengatakannya tanpa menyelipkan kelembutan sama sekali. Azlan tak ingat kapan terakhir kali Bagas memperlakukan dua orang yang menjadi tamu itu sedemikian dinginnya.

"Pasti ada alasan kenapa kalian menundanya sampai saat ini. Maaf kalau Tante terdengar jahat, tapi... Tante nggak suka anak Tante diperlakukan seperti itu."

Ucapan Rere adalah hal terakhir yang Azlan dengar sebelum dia berhasil melewati sekat menuju ruang tamu. Begitu kedua orangtuanya melihatnya datang, mereka segera beranjak dari sofa dan pamit pergi, memberikan waktu untuk keempatnya agar dapat berbicara leluasa.

"Sorry tiba-tiba nyuruh kalian datang. Papa yang minta," ucap Azlan begitu dia sudah duduk di salah satu sofa dengan Ava di sampingnya, "Gue nggak tau ada apa, tapi kalau gue nggak salah tangkap, kayaknya ada yang harus kalian jelasin ke gue kan?"

Dylan tampak gusar selama beberapa saat, tapi pada akhirnya dia menghela napas panjang, "Maafin gue karena udah menunda ini terlalu lama," ucapnya memulai, "Tapi Lan, Axelion itu anak gue."

Azlan membuka mulutnya. Hampir membalas tapi Dylan begitu cepat menyela, "Dia anak kandung gue. Gue, ayah biologisnya."

Selama beberapa saat ruangan itu hening. Azlan terdiam menatap Dylan dengan ekspresi bingung juga tak percaya, begitu juga Ava yang menunjukkan reaksi sama hanya saja dalam versi yang lebih halus. Sedangkan Kyla menampilkan senyum masam dengan kedua tangan bertaut erat.

"Gue tau ini udah terlalu lama, gue bener-bener minta maaf."

Azlan menelan ludah alot, menatap Dylan serius, "Kenapa bisa jadi lo? Lo yang ngelakuin itu sama Kyla?" tanyanya seakan penjelasan Dylan tadi benar-benar kurang jelas.

Dylan mengangguk, "Gue yang salah."

***

Pagi itu, entah pukul berapa, sayup-sayup Dylan mendengar isak tangis di dekatnya. Isakan itu terdengar pilu. Benar-benar menyakitkan. Perlahan, Dylan membuka matanya yang terasa berat. Kenyamanan dalam tidurnya semalam menahannya untuk bangun.

Saat matanya mulai terbiasa dengan kegelapan ruangan yang dia tempati, dia bisa melihat punggung telanjang seorang gadis di sampingnya. Cepat saja kepalanya seperti dijatuhi batu besar, dan sebuah kesadaran menghantamnya.

"Kyl?" panggilnya memastikan.

Bahu gadis itu terangkat kaku sebagai respon dari panggilannya. Dan Dylan tau dia benar. Apalagi ingatan kejadian semalam di acara ulang tahun Kyla berputar di kepalanya. Sial!

Kalau Jadi Jodoh (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang