Ava menguap menahan kantuk setelah menunggu hampir satu jam di rooftop sekolah. Mengangkat ponsel di tangannya, Ava berdecak pelan. Ekskul sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu, seharusnya begitu juga dengan ekskul karate. Tapi kenapa yang ditunggu tak juga menunjukkan batang hidungnya di sini? Ava yakin dia tidak lupa mengabari bahwa dia menunggu di tempat ini.
Jangan-jangan cowok itu sengaja?!
Menahan kesal, gadis bernetra cokelat terang itu bangkit seraya mengambil tas ransel yang tadinya dia gunakan sebagai bantal. Melangkah santai keluar rooftop berharap langsung bertemu Azlan—cowok yang sedari tadi dia tunggu.
Ava baru sampai di pertengahan tangga ketika telinganya menangkap suara decapan menjijikan. Jujur saja, dia tak ingin berpikiran kotor, tapi siapapun yang mendengar pasti tau ini suara apa. Saat itulah kepala Ava membentuk sebuah dugaan baru, dia merapatkan diri ke railing tangga kemudian melongokkan kepala demi bisa melihat sepasang manusia yang tengah bercumbu di anak tangga yang berada satu lantai di bawahnya.
Bibirnya membentuk senyum miring, "Bener kan dugaan gue," gumam Ava saat mengenali salah satu di antara keduanya. "Pantesan nggak dateng-dateng, lagi mesum di sini?"
Ava kesal, jadi ingin mengganggu. Kebetulan matanya menangkap botol minuman yang dia genggam sedari tadi, meminumnya sampai tandas lalu membidik tepat pada pasangan mesum di bawah sana. Dia bergerak menyembunyikan badan sebelum menghitung dalam hati, "Satu... dua...."
Ctakkk!!!
"SHIT!!" makian dari suara yang familiar di telinga Ava terdengar, "Siapa?! Turun lo!"
Ava tersenyum puas setelah yakin botolnya mengenai sasaran. Gadis itu menarik tangan kanannya dan bergegas melangkah menuju lift. Meninggalkan area tangga.
Wow, sejak kapan gue sejail ini? batin Ava geli. Tapi tak urung dia memang puas.
Pintu lift terbuka tak lama setelah Ava menekan tombol. Kosong, tak ada siapa-siapa di dalamnya. Gadis itu segera masuk.
Ava yakin sekali Azlan akan marah. Tapi mau bagaimana lagi? Cowok itu juga sudah tau peraturannya: Ava dilarang ikut campur urusan Azlan dengan gadis lain, dengan syarat Azlan tidak melakukan hal mesum—dengan gadisnya—di depan Ava.
Padahal semudah itu, tapi Azlan tidak bisa memenuhinya. Ava bisa melakukan apalagi selain menghukumnya, iya kan?
Lalu, gadis yang bersama Azlan tadi, Ava tau dia akan bernasib sama seperti gadis yang sudah-sudah. Hanya dijadikan Pacar satu hari—kalau memang mereka sempat jadi pacar.
Kenapa Ava mengatakan 'pacar satu hari'? Percaya saja, besok Azlan pasti sudah ganti gandengan. Bahkan kadang ada yang tidak sampai satu hari. Dimulai sejak bel istirahat berbunyi sampai bel masuk, artinya kurang lebih hanya 20 menit. Gila bukan? Iya. Azlan Zaydan Eithar memang gila.
Dan orang gila itu adalah... tunangannya.
Jangan tanya bagaimana bisa tunangan saat masih sekolah. Hey, menikah saja bisa asalkan tidak hamil. Tidak percaya? Ya sudah.
Lagipula kalaupun tidak bisa, siapa sih yang berani menendang keluar cowok itu dari sekolah ini? Nama belakangnya mampu membuat siapapun berpikir dua kali untuk cari masalah dengannya. Termasuk penghuni sekolah ini.
Aduh, bukannya merendahkan, tapi kepala sekolah bahkan tak berani pada Azlan. Karena ayahnya, Bapak Bagas Eithar yang sahamnya dimana-mana dan bahkan masuk ke dalam lima orang terkaya se-asia itu adalah donatur terbesar sekolah ini. Menyenangkan bukan? Azlan pasti merasa dunia sudah berada di tangan makanya dia bisa bertidak sesukanya dan bersikap mesum di sekolah. Bangke!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Jadi Jodoh (Selesai)
Jugendliteratur-Azlan Zaydan Eithar- *** Judul: Kalau Jadi Jodoh Penulis: Leli Liliput Status: Selesai Genre: Fiksi Remaja *** Ava bertemu lagi dengan Azlan setelah bertahun-tahun lamanya karena sebuah perjodohan. Seharusnya Ava senang, dia sangat menyukai Azlan...