Sudah seminggu berlalu sejak kejadian di kelab malam itu, Azlan masih belum meminta maaf, dan Ava mulai lelah untuk marah pada cowok itu. Ava baru sadar, hubungan mereka sejak awal kan memang tidak baik, mau marah atau tidak memangnya ada yang berubah? Pun sepertinya mereka memang tidak sedekat itu untuk saling marah. Tau kan? Bahkan kita perlu menjalin kedekatan tertentu dengan seseorang kalau ingin marah, dengan begitu kemarahan kita tidak akan sia-sia, paling tidak pihak yang menyulut kemarahan akan merasa bersalah. Dan mereka akan meminta maaf.
Bukannya kasus seperti Ava ini. Ava marah, tapi Azlan bahkan tidak merasa bersalah. Sifat Azlan masih sama. Cowok itu bahkan semakin tidak peduli pada Ava. Bukan berarti Ava ingin dipedulikan, hanya saja....
Ah! Entahlah!
Ava sudah lelah. Biarkan saja semuanya berjalan seperti biasanya. Padahal dia berjanji hanya marah selama tiga hari, tapi kenyataannya meskipun tiga hari sudah berlalu, tak ada alasan untuk memulai pembicaraan dengan Azlan. Apalagi selama seminggu ini Ava tidak pernah lagi berangkat dan pulang bersama Azlan.
Sejauh itulah mereka berdua.
"Ayo ekskul!"
Suara Rommy membuyarkan lamunan Ava, gadis itu baru kembali dari toilet. Tepat setelah bel pulang berbunyi nyaring tadi, Rommy memang memilih ke toilet lebih dulu sebelum menuju ruang club basket.
"Hem, ayo," balas Ava mengambil tas ransel yang dia letakkan di sampingnya lalu melangkahkan kaki beriringan dengan Rommy menuju ruang club.
"Gue nggak pernah lihat Rudi main ke rumah Azlan lagi," gumam Rommy saat melihat Rudi baru keluar dari kelasnya di depan sana. Disusul Reksa, lalu... Reynald.
Rommy sontak menghentikan langkahnya hingga berhasil membuat Ava menoleh kebingungan.
"Lo kenapa?" tanya Ava. Lalu gadis itu mengikuti arah pandang Rommy.
Oh, Reynald? batin Ava.
Tapi kenapa juga Rommy harus refleks berhenti begini? Biasanya gadis itu bersemangat sekali kalau sudah ada Reynald.
"Oh-ha? Eng– nggak papa," jawab Rommy terbata-bata. Gadis itu mengalihkan pandangan pada Ava, lalu membuang pandangan ke arah lain.
"Kenapa sih? Udah ayo!" ajak Ava mengamit lengan Rommy untuk melanjutkan perjalanan.
Ava menatap lurus pada tiga cowok yang berjalan dengan jarak cukup jauh dengannya dan Rommy. Tapi diantara ketiganya pun tak ada yang berjalan beriringan. Rudi paling depan, lalu Reksa, dan yang paling akhir Reynald. Masing-masing terlihat sibuk dengan urusannya sendiri.
Kenapa? Apakah ada yang Ava lewatkan? Atau tiba-tiba Ujian Sekolah dimajukan hingga tak ada lagi waktu untuk bermain-main? Tidak mungkin kan. Ini bahkan baru tanggal 08 Agustus.
Bener juga, Azlan nggak pernah main sama mereka lagi. Bahkan kayaknya gue jarang banget lihat Azlan di sekolah suara batin Ava berbicara. Gadis itu baru menyadarinya.
Rudi dan Reynald berbelok menuju parkiran sekolah, sedangkan Reksa masih berjalan lurus menuju ruang club basket.
"Va, lo ada masalah sama Azlan ya?" tanya Rommy tiba-tiba.
"Hem? Kok lo bisa mikir gitu?" Ava balik bertanya.
Rommy memang belum tau apa-apa soal kejadian di kelab malam seminggu yang lalu, gadis itu baru saja masuk hari ini sejak suratnya sampai di sekolah waktu itu. Entah apa yang terjadi, Rommy hanya mengatakan dia sakit dan hanya ingin istirahat. Bahkan saat Ava berniat menjenguk ke rumahnya pun, Rommy menolak dengan alasan tak ingin diganggu. Yah, Ava memang sempat merasa aneh, tapi mengingat tingkah Rommy yang masih sama seperti biasanya, rasanya tak ada hal buruk yang terjadi pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Jadi Jodoh (Selesai)
Teen Fiction-Azlan Zaydan Eithar- *** Judul: Kalau Jadi Jodoh Penulis: Leli Liliput Status: Selesai Genre: Fiksi Remaja *** Ava bertemu lagi dengan Azlan setelah bertahun-tahun lamanya karena sebuah perjodohan. Seharusnya Ava senang, dia sangat menyukai Azlan...