Ava tersenyum lebar ke arah kamera yang mengabadikan dirinya saat memakai toga. Setelahnya dia berfoto ria dengan kedua orangtua dan teman-teman sekelasnya. Rommy bahkan datang, meskipun dia sudah lama keluar dari sekolah ini. Benar-benar keputusan yang nekat. Tapi pada akhirnya teman sekelas mereka menyambut Rommy dengan tangan terbuka meskipun sudah mengetahui apa yang terjadi padanya.
"Va! Pacar boongan lo berantem sama Dylan!!"
Ava dan beberapa gadis lain langsung menoleh ke sumber suara. Jenny melambai dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya memegang DSLR yang tergantung di lehernya. Baiklah, sepertinya gadis itu lebih suka 'mengabadikan' daripada 'diabadikan' di hari besar mereka.
"Hah?!" Ava berkerut alis kebingungan. Siapa yang disebut sebagai 'pacar boongannya' di sini?
"Bercanda. Pacar boongan lo nungguin di depan Lab Sains," balas Jenny setelah tertawa melihat reaksi Ava.
Tapi Ava benar-benar tak paham apa yang gadis itu tertawakan, "Azlan maksud lo?"
Jenny mengangguk, "Kenapa? Kalian udah putus? Atau malah jadi pacar beneran? Atau udah tunangan? Atau–"
"Gue pergi deh. Dah!" Ava memotong ucapan Jenny dan berlalu meninggalkan Rommy bersama teman-temannya.
Kenapa harus Lab Sains?
Sedang apa Azlan di sana?
Kenapa Azlan menunggunya?
Banyak pertanyaan di kepala Ava. Tapi dia tak ragu untuk melangkahkan kaki. Hubungannya dengan Azlan selama beberapa bulan ini baik-baik saja. Layaknya orang yang saling kenal, tapi tidak dekat. Ah, cukup dekat. Karena sampai beberapa hari lalu cowok itu masih jadi tukang ojek pribadinya.
Tanpa sadar Ava menyunggingkan senyum saat melihat Azlan duduk di lantai koridor dengan kaki menginjak rumput taman. Toganya terlipat di sampingnya dan tatapannya fokus pada rumpun bunga di depannya.
"Hai!" sapa Ava yang berhasil membuat Azlan menoleh, cowok itu tersenyum. "Kenapa mau ketemu gue?" tanya Ava setelah duduk di samping Azlan. Agak jauh.
"Duduk sini deketan," pinta Azlan tak menjawab pertanyaan Ava.
Menurut, Ava mendekatkan diri. Lihat! Mereka kini sesantai ini. Lebih tepatnya, Ava mencoba bersikap sesantai ini. Kalau Azlan... entahlah. Selama ini cowok itu juga terlihat sama santainya.
"Bunganya bagus ya," ucap Azlan setelah kembali menatap rumpun bunga di depannya. Tangan kanannya memegang sekuntum, dan meneliti kelopaknya.
Pembicaraan ini random seperti biasanya. Tapi hal ini membuat keduanya nyaman.
"Iya, bagus," Ava menjawab lalu tersenyum, ikut menatap bunga berwarna kuning cerah itu. Teringat pernah sengaja memetiknya dulu karena Azlan.
Lalu tiba-tiba saja Azlan memotong beberapa tangkai yang jelas saja membuat Ava terkejut. "Yon! Lo gila? Bisa kena denda!" serunya tertahan. Menatap sekeliling mereka yang untungnya sepi karena tempat ini cukup jauh dari kerumunan manusia di aula.
"Gue pernah lihat seorang cewek metik ini dan nggak kena denda," balas Azlan ringan sembari menyatukan beberapa tangkai bunga yang dia petik.
Ava tau Azlan menyindirnya, jadi dia membalas, "Gue kesel banget sama lo waktu itu."
"Dan lo tumpahin ke bunga ini? Nggak kasihan? Padahal bunganya bagus."
"Bunga ini tuh ngingetin gue ke lo!"
"Oh ya? Kenapa? Menurut gue, bunga ini lebih ngingetin gue ke lo. Lo kan suka warna kuning," balas Azlan sambil lalu. Masih terlalu sibuk dengan bunganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Jadi Jodoh (Selesai)
Novela Juvenil-Azlan Zaydan Eithar- *** Judul: Kalau Jadi Jodoh Penulis: Leli Liliput Status: Selesai Genre: Fiksi Remaja *** Ava bertemu lagi dengan Azlan setelah bertahun-tahun lamanya karena sebuah perjodohan. Seharusnya Ava senang, dia sangat menyukai Azlan...