Part 09

1.4K 130 2
                                    

Ava melangkahkan kakinya keluar dari ruang club basket. Rapat proker untuk satu semester ke depan baru saja selesai. Dan kini dia masih harus menunggu Azlan yang tengah ekskul.

"Ke ruang karate?" tanya Rommy yang baru saja keluar bersama Reksa. Disusul Sagara di belakangnya. Sedangkan Dylan sudah lebih dulu keluar pertama kali dan kini entah sudah ada di mana, mungkin sudah pulang.

Ava mengangguk menjawab pertanyaan Rommy barusan.

"Bareng sama gue yuk, Kak!" ajak Sagara, anak kelas XI IPA 4 yang juga anak karate.

Ava mengernyit. Lalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Matanya menangkap gadis ber-hoodie putih di lorong tak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu senyum miris Ava terbit.

Ava cukup tau Sagara selalu menghindari gadis ber-hoodie putih itu. Tapi Sagara tidak pernah bercerita secara langsung alasannya.

"Yaudah, ayuk!" balas Ava akhirnya.

"Jangan bangunin singa tidur deh lo Sa," pesan Reksa sebelum Ava dan Sagara pergi.

Sagara mengerutkan alis.

"Lo ngajak jalan cewek orang, yakin di ruang karate nanti bisa selamat?" tanya Reksa.

Sudut bibir Sagara berkedut, menandakan dia tengah menahan senyuman atau tawanya.

"Bahasa lo terlalu berlebihan Bang, gue cuma ngajakin Kak Ava bareng," balas Sagara.

"Ya–"

"Urusannya sama lo apa sih?" potong Rommy akhirnya. Bingung juga kenapa Reksa tiba-tiba peduli.

"Lo diem deh," balas Reksa menunjukkan wajah malas.

"Lagian emangnya Azlan bakalan peduli?" tanya Rommy sangsi, hampir tertawa.

"Azlan selalu peduli soal Ava."

Lalu Reksa menatap Ava, Sagara, dan Rommy, yang memandangnya tak yakin. Hingga akhirnya dia menghela napas panjang.

"Yaudah deh, kayaknya gue doang yang khawatir sama Adik Sagara," kata Reksa berhasil membuat Sagara jijik.

Ava terkekeh bersamaan dengan Rommy. Lalu dia berkata, "Kalau gitu gue sama Sagara duluan. Yuk, Sa!"

Sagara mengangguk dan berjalan beriringan dengan Ava menuju ruang karate.

"Sebenarnya gue nggak tau gunanya kita kayak gini apaan," gumam Sagara.

Ava menoleh, keduanya kini sudah sampai di depan ruang karate.

"Lo sendiri yang punya ide, lo yang tau gunanya apaan," balas Ava.

"Kak," panggil Sagara.

Ava hanya mengangkat alis sebagai balasan.

"Percaya nggak? Kalau sebenarnya Bang Azlan emang peduli sama Kakak?" tanya Sagara.

Ava berpikir, "Ehmm... sedikit?"

"Banyak tau."

Ava mengangkat kedua alis tak yakin.

"Berani coba?"

"Coba apaan?"

Sagara tersenyum misterius kemudian dengan tiba-tiba merangkul pundak Ava. Berhasil membuat si empunya pundak melotot dan hampir menendang Sagara dengan kakinya.

"Maaf, Kak. Cuma buat percobaan," bisik Sagara tepat di telinga Ava sebelum kaki Ava sempat mendaratkan diri di manapun di bagian tubuhnya.

"Jangan pegang-pegang!" desis Ava.

Kalau Jadi Jodoh (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang