"Azlan kenapa?"
Pertanyaan itu keluar dari bibir Ava ketika Azlan baru saja berlalu. Cowok itu sempat melihat dirinya tadi, tapi memilih tetap pergi dan tidak mengacuhkan keberadaannya. Kenapa jadi begini? Azlan selalu berubah-ubah tanpa Ava tau sebabnya.
"Gue..." Reksa yang tampak tercengang menggantung ucapannya, hingga akhirnya fokusnya kembali dan menjawab, "Gue nggak tau."
Ava mengerutkan alis sekilas dan memilih mendudukkan diri di depan Reksa dengan membawa sepiring nasi goreng yang barusan dia pesan.
"Va," panggil Reksa saat Ava memilih memakan makanannya.
"Hem?"
"Apa Azlan, pernah ngalamin sesuatu yang..."
"Yang apa?" potong Ava saat Reksa tak kunjung melanjutkan ucapannya hingga membuatnya penasaran sendiri.
"Menakutkan." tambah Reksa akhirnya. Sebenarnya cukup kesulitan memilih kata-kata yang pas untuk menggambarkan apa yang dia pikirkan.
Ava berkerut alis lagi sedang bibirnya tersenyum geli, "Menakutkan gimana maksud lo?"
"Kayak yang dialami Reynald." Iya, sejujurnya bagi Reksa itu cukup menakutkan. Hemm? Sebenarnya kata menakutkan kurang cocok, tapi Reksa benar-benar tak bisa memikirkan kata lain yang lebih tepat. Otaknya buntu.
Senyum geli di bibir Ava memudar dan langsung menghilang, ekspresinya berubah datar, "Kok lo bisa ngomong gitu?"
Reksa menatap Ava lama, sadar bahwa dia telah menanamkan pikiran negatif di kepala gadis itu, Reksa berdehem dan menggeleng, "Nggak papa," katanya.
Ava terlihat memaksakan senyum, "Lo salah tanya sesuatu tentang Azlan ke gue, Rex. Gue nggak tau apa yang terjadi sama dia selama lima tahun saat kami nggak saling ketemu. Dan sekarang pun, gue rasa dia pasti lebih deket sama temennya daripada gue. Kalau lo mau tau, seharusnya lo tanya Reynald, gue denger dia temenan sama Azlan sejak SMP, artinya cerita yang gue nggak tau, Reynald mungkin tau."
Reksa memandang Ava lama tanpa ekspresi berarti, sebelum mengatakan, "Canda doang gue tadi. Serius amat lo ngeladeninnya."
Ava tersenyum tipis, tapi Reksa tau gadis itu tidak percaya dengan ucapannya.
"Oh iya, kalau lo mau ketemu Reynald, gue boleh ikutan? Ada yang mau gue omongin ke dia soal Rommy."
Belum sempat Reksa menjawab, kedatangan Rommy dan Rudi menghentikan pembicaraan mereka.
"Ah kesel, tempat Mang Puja rame banget, jadi antrenya lama. Istirahat sisa berapa menit lagi?" suara Rommy itu terdengar saat gadis itu duduk di samping Ava, sedang Rudi di samping Reksa dan berhadapan dengan Rommy.
"Masih ada lima menit lagi," balas Reksa setelah melirik jam tangannya. "Udah nggak papa, santai aja, kalau lo keselek bakso ntar kita juga yang repot."
Rommy melotot ke arah Reksa, sedang cowok itu membalasnya dengan tatapan sok polos.
***
"Langsung ke ajek ya!" seru Arjuna yang ditujukan pada teman sekelompoknya saat guru Ekonomi baru saja meninggalkan kelas setelah bel pulang berbunyi.
Zaydan dan Tamara sebagai teman kelompok Arjuna mengangguk acuh tak acuh, sedangkan Ava yang juga masuk ke kelompok mereka membalas, "Gue ada rapat, kalau lo lupa."
Arjuna berdecak ingat, "Selesai kapan kira-kira?" tanyanya kemudian.
Ava berpikir sebentar hingga akhirnya menjawab, "Nggak tau."
"Gue jam empat udah kerja," kata Arjuna, melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 15:32.
"Izin aja, Dylan pasti ngizinin!" berkali-kali Tamara mengatakan itu sejak Arjuna mengeluh dia harus kerja sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Jadi Jodoh (Selesai)
Teen Fiction-Azlan Zaydan Eithar- *** Judul: Kalau Jadi Jodoh Penulis: Leli Liliput Status: Selesai Genre: Fiksi Remaja *** Ava bertemu lagi dengan Azlan setelah bertahun-tahun lamanya karena sebuah perjodohan. Seharusnya Ava senang, dia sangat menyukai Azlan...