Part 23

1.3K 121 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 06:47 ketika Ava terburu-buru keluar dari kamar dengan seragam putih abu-abu khas anak SMA di Negeri ini. Tangan kirinya menenteng jas almamater sedang tangan kanannya membawa tas ransel kuning kesayangannya. Gadis itu menuruni anak tangga dengan cepat dan langsung meletakkan tas beserta jas almamaternya di kursi makan.

"Mama! Bee terlambat! Kenapa nggak dibangunin?!" seru Ava panik.

Raisa muncul dari pintu samping. Wanita itu melirik arlojinya dan berdiri santai bersandar pada dinding yang menjadi sekat antara dapur dan ruang tamu.

"Nggak terlambat kalau kamu cepetan, itu makan rotinya di mobil aja," balas Raisa berusaha membuat Ava tenang. Kepanikan gadis itu jelas tak akan menghasilkan hal baik.

Ava menoleh pada Raisa dan melotot, "Mama ngapain? Nggak ngantar Bee sekolah?" tanyanya. Pasalnya kini Raisa tengah memakai baju kebesarannya ketika berkebun. Lihat! Mamanya bahkan sudah membawa bunga mawar siap tanam di tangan kanannya.

Raisa menggeleng, baru akan membuka mulut, seruan Ava terdengar.

"Aduuh!! Seharusnya Mama ngomong daritadi!"

Ava bergegas meraih jas almamater dan ranselnya mengabaikan Raisa yang ingin mengatakan sesuatu.

"Bekalnya!!" teriak Raisa yang tak diindahkan oleh Ava. Masalahnya, gadis itu sudah sampai di pintu masuk utama rumahnya. Rasanya membuang waktu lagi kalau dia harus berbalik. Apalagi saat ini dia harus memakai angkutan umum yang entah kapan datangnya.

***

Suara klakson membuat Ava menoleh dan mendapati mobil yang akhir-akhir ini mulai akrab dengan penglihatannya berhenti di sampingnya. Pintu bagian belakang terbuka dan seseorang muncul dari sana.

"Kenapa nggak nungguin gue?"

Ava mengerutkan alis. Dia tak ingat bahwa mereka janjian untuk berangkat bersama.

"Kenapa juga gue harus nungguin lo?" Ava balik melempar pertanyaan. Lengkap dengan nada nyolot padahal orang di hadapannya itu bertanya dengan wajah datar tanpa ekspresi seperti biasanya.

"Bukannya kemarin gue udah bilang kalau mulai hari ini kita berangkat bareng lagi?"

"Kapan lo ngomong gitu?"

"Lo nggak denger?"

"Bukan gue nggak denger, lo emang nggak ngomong, Ion!" kesal Ava. Gara-gara cowok di hadapannya ini Ava terlambat. Semalaman Ava banyak memikirkan sesuatu karena cowok ini! Gara-gara Azlan!

"Masa?" Azlan mengangkat kedua alis dan berlagak tidak tau.

Ava memutar bola matanya enggan menanggapi. Dia kembali teringat bahwa dia bisa terlambat kalau terus meladeni Azlan. Jadi, tanpa memedulikan Azlan lagi, gadis itu bergegas melanjutkan langkahnya menuju halte bus yang sudah ada di depan mata.

Tapi gagal!

Karena tangan kiri Azlan sudah menarik tas ransel kesayangannya. Hampir membuat Ava terjungkang kalau saja cowok itu menambah sedikit kekuatannya.

Please deh! Kenapa harus tas?! Tangan kan bisa!! teriak batin Ava. Gadis itu berbalik keras membuat tangan Azlan terlepas dari tasnya.

"Kenapa, Yon?! Gue terlambat! Kalau lo mau minta bantuan gue lagi, nanti di sekolah!"

"Ngapain gue minta bantuan lo?" balas Azlan sinis.

Ava melotot tak percaya dengan balasan Azlan. Cowok ini lupa ya dengan apa yang dia lakukan hampir seminggu ini? Bukannya dia selalu meminta bantuan Ava ketika–

Kalau Jadi Jodoh (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang